Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • GNA Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Soft News
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Komunitas
  • Siaran Pers
  • Muda
  • ESG
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Pemetaan Emisi Metana sebagai Strategi untuk Batasi Pemanasan Global

Berbagai organisasi memetakan emisi metana dengan menggunakan citra satelit sebagai bagian dari strategi pengurangan emisi GRK untuk membatasi pemanasan global.
Oleh Kresentia Madina dan Nazalea Kusuma
15 November 2023
pemandangan asap tebal keluar dari sebuah pabrik besar

Foto: Marcin Jozwiak di Unsplash.

Tahukah Anda bahwa metana merupakan penyumbang pemanasan global terbesar kedua? Meskipun menempati urutan kedua setelah emisi karbon, metana lebih berbahaya dalam jangka panjang. Terkait hal ini, berbagai organisasi memetakan emisi metana menggunakan citra satelit sebagai bagian dari strategi pengurangan emisi mereka untuk membatasi pemanasan global 1,5 °C.

Mengenal Emisi Metana

Metana adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan sangat mudah terbakar. Metana merupakan senyawa organik paling melimpah di planet ini dan merupakan komponen utama gas alam. Senyawa ini dapat terbentuk secara alami maupun akibat aktivitas manusia.

Sebagian besar metana yang diproduksi secara alami dibuang ke dalam penyerap alami, yang meliputi tanah dan proses oksidasi metana di atmosfer. Namun, aktivitas manusia menghasilkan metana lebih cepat dan lebih banyak daripada yang dapat ditenggelamkan.

Akibatnya, metana menyebabkan sekitar 30% kenaikan suhu global sejak Revolusi Industri. Meski kontribusinya lebih sedikit dibandingkan karbon dioksida (CO2), metana 86 kali lebih berbahaya dibandingkan CO2 dalam skala waktu 20 tahun.

Badan Energi Internasional (IEA) melaporkan bahwa emisi metana global diperkirakan sebesar 355,801kt pada tahun 2022. Asia Pasifik menyumbang emisi terbesar, yakni 38,2%. Sektor pertanian menjadi penyumbang terbesar (40%) dari sektor industri, diikuti oleh sektor energi dan sampah.

Citra Satelit untuk Pemetaan

Mengurangi emisi metana menjadi hal yang penting untuk menjaga suhu bumi agar tidak melampaui ambang batas 1,5 °C. Banyak organisasi dan perusahaan telah memanfaatkan citra satelit untuk mengidentifikasi emisi dan kebocoran metana yang besar. Secara umum, satelit mendeteksi dan mengukur keberadaan metana dengan mengamati atmosfer bumi dan menggunakan pita inframerah. Hal ini juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi tren keseluruhan di berbagai industri dan wilayah, serta mendukung upaya lain untuk pembangunan berkelanjutan.

Di sektor energi, data IEA menunjukkan total 3 juta ton kebocoran metana dari pengoperasian bahan bakar fosil terdeteksi oleh satelit pada tahun 2022. Salah satu contohnya adalah satelit milik perusahaan luar angkasa dan teknologi GHGSat yang mendeteksi kebocoran dari empat pipa gas di Nord Stream, Laut Baltik, dengan kecepatan 79.000 kg/jam. Ini sama halnya dengan membakar lebih dari 1 juta kilogram batu bara per jam.

Pemanfaatan citra satelit untuk memetakan emisi metana di sektor sampah juga penting karena sampah merupakan salah satu penyumbang utama. Sebuah organisasi nirlaba, Carbon Mapper, berencana menggunakan data dan instrumen satelit NASA untuk melakukan survei penginderaan jarak jauh di tempat pembuangan sampah di Amerika Serikat, Kanada, dan lokasi tertentu di Amerika Latin, Afrika, dan Asia.

Global Methane Hub juga mengembangkan platform global yang disebut Waste Methane Assessment Platform (Waste MAP) untuk pemetaan emisi metana dari sektor sampah menggunakan pemantauan satelit. Versi beta platform saat ini menampilkan data dari beberapa titik panas, termasuk Mumbai, New Delhi, Mexico City, dan Casablanca.

Mengurangi Emisi Metana

Metana adalah gas rumah kaca yang penting untuk dijadikan target pengurangan emisi, dan diperlukan tindakan yang tegas untuk itu. Terkait hal ini, inisiatif Global Methane Pledge diluncurkan pada tahun 2021 untuk mengurangi emisi metana global dan menjaga agar tujuan membatasi pemanasan global tidak melampaui 1,5 °C tetap tercapai. Sekitar 150 negara kini telah bergabung dengan Global Methane Pledge, dengan tujuan untuk mengurangi emisi metana dari aktivitas manusia sebesar 30% dari tingkat emisi 2020 pada tahun 2030.

Data pemetaan akan membantu pemerintah, organisasi, dan perusahaan untuk mengatasi permasalahan saat ini dan mencegah kebocoran di masa depan. Untuk mendukung hal ini, Program Lingkungan PBB (UNEP) baru-baru ini meluncurkan sistem pemetaan metana satelit bernama Methane Alert and Response System (MARS) untuk mendeteksi kebocoran yang sangat besar dan memperingatkan para operator dan regulator.

Bagaimana pun, pengurangan emisi metana dari operasi industri merupakan prioritas utama. Dengan data yang dikumpulkan melalui pemetaan metana citra satelit, pelaku industri dapat memantau dampak lingkungan dari operasi mereka. Selain itu, pemerintah juga dapat memanfaatkan data ini untuk menegakkan peraturan dan sanksi bila diperlukan. Dibarengi dengan upaya multi-pemangku kepentingan, pemetaan ini merupakan langkah penting dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan membatasi suhu global.

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.

Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan Langganan GNA Indonesia.

Jika konten ini bermanfaat, harap pertimbangkan Langganan GNA Indonesia untuk mendapatkan akses digital ke wawasan interdisipliner dan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Pilih Paket Langganan Anda

Kresentia Madina
Reporter at Green Network Asia | Website |  + posts Bio

Madina adalah Asisten Manajer Publikasi Digital di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Program Studi Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Madina memiliki 3 tahun pengalaman profesional dalam publikasi digital internasional, program, dan kemitraan GNA, khususnya dalam isu-isu sosial dan budaya.

  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Melestarikan Situs Warisan di Tengah Perubahan Iklim
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Strategi Regional Afrika untuk Prioritaskan Layanan Rehabilitasi
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Menilik Peran Kaum Muda dalam Mendorong Kemajuan Pembangunan Berkelanjutan
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Potret Polusi Plastik di Asia Tenggara dan Asia Timur
Nazalea Kusuma
Managing Editor at Green Network Asia | Website |  + posts Bio

Naz adalah Manajer Publikasi Digital Internasional di Green Network Asia. Ia pernah belajar Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota dan tinggal di beberapa kota di Asia Tenggara. Pengalaman pribadi ini memperkaya persepektifnya akan masyarakat dan budaya yang beragam. Naz memiliki sekitar satu dekade pengalaman profesional sebagai penulis, editor, penerjemah, dan desainer kreatif.

  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Langkah Mundur India dalam Kebijakan Emisi Sulfur Dioksida
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Pentingnya Ruang Terbuka Hijau Perkotaan yang Aksesibel dan Inklusif untuk Semua
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Mengulik Tren Gaya Hidup Minimalis di TikTok
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Mengatasi Tantangan dalam Implementasi Adaptasi Berbasis Ekosistem (EbA)

Continue Reading

Sebelumnya: KTT Iklim Afrika 2023: Peluang pembangunan ekonomi dalam upaya dekarbonisasi global
Berikutnya: Sejauh Mana Komitmen Lingkungan Capres-Cawapres pada Pemilu 2024?

Lihat Konten GNA Lainnya

Beberapa perempuan Mollo sedang menenun Bagaimana Masyarakat Adat Mollo Hadapi Krisis Iklim dan Dampak Pertambangan
  • GNA Knowledge Hub
  • Wawancara

Bagaimana Masyarakat Adat Mollo Hadapi Krisis Iklim dan Dampak Pertambangan

Oleh Andi Batara
18 September 2025
Seorang penyandang disabilitas di kursi roda sedang memegang bola basket di lapangan. Olahraga Inklusif sebagai Jalan Pemenuhan Hak dan Pemberdayaan Difabel
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Olahraga Inklusif sebagai Jalan Pemenuhan Hak dan Pemberdayaan Difabel

Oleh Attiatul Noor
18 September 2025
alat-alat makeup di dalam wadah Fast-Beauty dan Dampaknya yang Kompleks
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Fast-Beauty dan Dampaknya yang Kompleks

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
17 September 2025
kawanan gajah berjalan melintasi ladang hijau yang subur Penurunan Populasi Gajah Afrika dan Dampaknya terhadap Ekosistem
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Penurunan Populasi Gajah Afrika dan Dampaknya terhadap Ekosistem

Oleh Kresentia Madina
17 September 2025
foto kapal di lautan biru gelap dari atas udara Memperkuat Standar Ketenagakerjaan di Sektor Perikanan
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Memperkuat Standar Ketenagakerjaan di Sektor Perikanan

Oleh Abul Muamar
16 September 2025
Siluet keluarga menyaksikan bencana kebakaran hutan Memahami Polusi Udara sebagai Risiko bagi Kesehatan Manusia dan Bumi
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Memahami Polusi Udara sebagai Risiko bagi Kesehatan Manusia dan Bumi

Oleh Kresentia Madina
16 September 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia