Pemetaan Emisi Metana sebagai Strategi untuk Batasi Pemanasan Global
Tahukah Anda bahwa metana merupakan penyumbang pemanasan global terbesar kedua? Meskipun menempati urutan kedua setelah emisi karbon, metana lebih berbahaya dalam jangka panjang. Terkait hal ini, berbagai organisasi memetakan emisi metana menggunakan citra satelit sebagai bagian dari strategi pengurangan emisi mereka untuk membatasi pemanasan global 1,5 °C.
Mengenal Emisi Metana
Metana adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan sangat mudah terbakar. Metana merupakan senyawa organik paling melimpah di planet ini dan merupakan komponen utama gas alam. Senyawa ini dapat terbentuk secara alami maupun akibat aktivitas manusia.
Sebagian besar metana yang diproduksi secara alami dibuang ke dalam penyerap alami, yang meliputi tanah dan proses oksidasi metana di atmosfer. Namun, aktivitas manusia menghasilkan metana lebih cepat dan lebih banyak daripada yang dapat ditenggelamkan.
Akibatnya, metana menyebabkan sekitar 30% kenaikan suhu global sejak Revolusi Industri. Meski kontribusinya lebih sedikit dibandingkan karbon dioksida (CO2), metana 86 kali lebih berbahaya dibandingkan CO2 dalam skala waktu 20 tahun.
Badan Energi Internasional (IEA) melaporkan bahwa emisi metana global diperkirakan sebesar 355,801kt pada tahun 2022. Asia Pasifik menyumbang emisi terbesar, yakni 38,2%. Sektor pertanian menjadi penyumbang terbesar (40%) dari sektor industri, diikuti oleh sektor energi dan sampah.
Citra Satelit untuk Pemetaan
Mengurangi emisi metana menjadi hal yang penting untuk menjaga suhu bumi agar tidak melampaui ambang batas 1,5 °C. Banyak organisasi dan perusahaan telah memanfaatkan citra satelit untuk mengidentifikasi emisi dan kebocoran metana yang besar. Secara umum, satelit mendeteksi dan mengukur keberadaan metana dengan mengamati atmosfer bumi dan menggunakan pita inframerah. Hal ini juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi tren keseluruhan di berbagai industri dan wilayah, serta mendukung upaya lain untuk pembangunan berkelanjutan.
Di sektor energi, data IEA menunjukkan total 3 juta ton kebocoran metana dari pengoperasian bahan bakar fosil terdeteksi oleh satelit pada tahun 2022. Salah satu contohnya adalah satelit milik perusahaan luar angkasa dan teknologi GHGSat yang mendeteksi kebocoran dari empat pipa gas di Nord Stream, Laut Baltik, dengan kecepatan 79.000 kg/jam. Ini sama halnya dengan membakar lebih dari 1 juta kilogram batu bara per jam.
Pemanfaatan citra satelit untuk memetakan emisi metana di sektor sampah juga penting karena sampah merupakan salah satu penyumbang utama. Sebuah organisasi nirlaba, Carbon Mapper, berencana menggunakan data dan instrumen satelit NASA untuk melakukan survei penginderaan jarak jauh di tempat pembuangan sampah di Amerika Serikat, Kanada, dan lokasi tertentu di Amerika Latin, Afrika, dan Asia.
Global Methane Hub juga mengembangkan platform global yang disebut Waste Methane Assessment Platform (Waste MAP) untuk pemetaan emisi metana dari sektor sampah menggunakan pemantauan satelit. Versi beta platform saat ini menampilkan data dari beberapa titik panas, termasuk Mumbai, New Delhi, Mexico City, dan Casablanca.
Mengurangi Emisi Metana
Metana adalah gas rumah kaca yang penting untuk dijadikan target pengurangan emisi, dan diperlukan tindakan yang tegas untuk itu. Terkait hal ini, inisiatif Global Methane Pledge diluncurkan pada tahun 2021 untuk mengurangi emisi metana global dan menjaga agar tujuan membatasi pemanasan global tidak melampaui 1,5 °C tetap tercapai. Sekitar 150 negara kini telah bergabung dengan Global Methane Pledge, dengan tujuan untuk mengurangi emisi metana dari aktivitas manusia sebesar 30% dari tingkat emisi 2020 pada tahun 2030.
Data pemetaan akan membantu pemerintah, organisasi, dan perusahaan untuk mengatasi permasalahan saat ini dan mencegah kebocoran di masa depan. Untuk mendukung hal ini, Program Lingkungan PBB (UNEP) baru-baru ini meluncurkan sistem pemetaan metana satelit bernama Methane Alert and Response System (MARS) untuk mendeteksi kebocoran yang sangat besar dan memperingatkan para operator dan regulator.
Bagaimana pun, pengurangan emisi metana dari operasi industri merupakan prioritas utama. Dengan data yang dikumpulkan melalui pemetaan metana citra satelit, pelaku industri dapat memantau dampak lingkungan dari operasi mereka. Selain itu, pemerintah juga dapat memanfaatkan data ini untuk menegakkan peraturan dan sanksi bila diperlukan. Dibarengi dengan upaya multi-pemangku kepentingan, pemetaan ini merupakan langkah penting dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan membatasi suhu global.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.