Bank Sampah Darlink Warugunung: Lestari Alamku, Lestari Desaku
Bagi masyarakat Desa Warugunung sampah tidak lagi sekadar dibuang, tetapi juga “disayang”. Mereka bisa menabung dengan setor sampah di Bank Sampah Unit Sadar Lingkungan (Darlink). Bank sampah yang berlokasi di Desa Warugunung, Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang ini telah melakukan aksi-aksi yang berdampak nyata bagi lingkungan dan masyarakat.
Sebelum ada bank sampah, warga desa Warugunung kerap membuang limbah rumah tangga mereka ke bak sampah yang disediakan pemerintah desa, dan saat itu belum punya pengangkut sampah. Kalau penuh, sampah-sampah itu akan menumpuk, menimbulkan bau dan pemandangan tak sedap. Ada juga yang membuang ke pekarangan belakang rumah. Kondisi ini sangat memprihatinkan dan berpotensi menimbulkan masalah lingkungan jangka panjang.
Masalah sampah memang bukan hanya milik desa Warugunung, tetapi juga masalah nasional bahkan dunia yang masih menjadi momok dan tantangan besar. Disebutkan di situs resmi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bahwa pada 2020 total sampah nasional mencapai angka 67,8 juta ton, meningkat dari tahun-tahun sebelumnya, dan akan terus meningkat seiring bertambahnya penduduk. Itu berarti 270 juta penduduk Indonesia per hari menghasilkan 185.753 ton sampah, atau 0,68 kilogram per orang.
Sejak tahun 2018, pemerintah desa mulai membentuk bank sampah. Namun bank sampah ini belum bisa beroperasi secara optimal. Lalu pada 2020, pemuda-pemudi yang bergiat di Karang Taruna ikut andil berkolaborasi mengelola bank sampah tersebut. Mereka pun mulai gencar membuat program, merancang alur kerja bank sampah, hingga berkampanye kepada masyarakat.
Warga yang hendak menabung sampah di Bank Sampah Darlink harus mendaftar dulu sebagai nasabah. Setelah terdaftar, nasabah bisa mulai menabung sampah rumah tangganya. Caranya, nasabah perlu memilah dulu sampah-sampah di rumahnya dan mengumpulkan sampah non-organik. Kemudian membawa sampah itu ke balai desa untuk ditimbang dan dicatat.
Penyetoran sampah dilakukan hanya dua kali sebulan, yakni pada pekan pertama dan ketiga, setiap hari Minggu pagi. Pada akhir tahun nasabah akan mendapat laporan berapa bobot sampah yang sudah ditabung, serta berapa rupiah saldo rekening bank sampahnya. Sampah yang dulu hanya dibuang, kini betul-betul disayang.
Butuh proses yang tak singkat dan kerja yang tak ringan untuk sampai pada titik ini. Sebab bank sampah milik desa ini tidak mewajibkan warganya untuk mengikuti program mereka. Peserta awal program ini adalah para pegawai kelurahan, kemudian merembet kepada warga yang lain.
“Kami ingin masyarakat bisa bergabung dalam program bank sampah dengan kesadaran mereka sendiri. Kesadaran tentang kebersihan lingkungan. Bukan karena kewajiban atau paksaan dari pemerintah desa. Ini juga menjadi salah satu bentuk upaya edukasi kami kepada masyarakat,” ujar Anjar Krisniawan, tokoh pemuda dan pegiat bank sampah Warugunung yang juga anggota DPRD Kabupaten Rembang.
Tak hanya program tabungan sampah, Bank Sampah Unit Darlink Warugunung juga menyelenggarakan kegiatan-kegiatan sosial edukatif. Anak-anak desa atau sekolah biasa datang untuk belajar memilah sampah, sampai mendaur ulang sampah-sampah plastik. Kegiatan semacam ini tentu saja sangat berdampak pada kesadaran generasi muda pada isu pengelolaan sampah.
Langkah selanjutnya yang akan dilakukan Bank Sampah Unit Darlink adalah pindah lokasi. Mereka sudah menyiapkan lahan untuk lokasi penampungan sampah agar tidak lagi pinjam pendopo balai desa. Juga mengupayakan pengadaan tempat penampungan sampah (TPS), serta bekerja sama dengan pengurus desa membentuk tim pengangkutan sampah dari rumah-rumah menuju TPS tersebut. Sehingga tidak hanya program tabungan sampah, tetapi juga pemusnahan, pengolahan, dan daur ulang sampah. Saat ini BSU Darlink masih dalam proses pengadaan TPS dan mesin pirolisis untuk pencacahan dan pengolahan sampah secara mandiri.
Bank Sampah Unit Darlink juga sedang mengupayakan bibit-bibit pohon untuk penghijauan badan jalan. Penanaman bibit-bibit pohon ini akan dilaksanakan menjelang musim hujan di akhir tahun. Pohon-pohon ini tidak hanya diproyeksikan sebagai peneduh jalan, tetapi yang lebih penting adalah sebagai pengikat air tanah. Selain itu juga ada program normalisasi bendungan yang terbengkalai agar bisa bermanfaat menampung air hujan. Jadi tidak hanya mengurusi sampah, BSU Darlink betul-betul intensif menjaga lingkungan desanya yang diproyeksikan sebagai ruang ekowisata.
Aksi-aksi Bank Sampah Unit Darlink menjadi upaya nyata untuk menciptakan lingkungan yang lestari, desa yang bersih, warga yang sadar, pemuda yang berdaya, dan anak-anak yang mulai belajar mencintai lingkungan. Aksi yang perlu diapresiasi oleh pihak manapun yang berkepentingan terhadap kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Zia adalah penulis kontributor untuk Green Network ID. Saat ini aktif menjadi Pendamping Belajar di Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah (KBQT).