Investasi Rp10 Triliun untuk Pengembangan Energi Bersih
Saat ini, kita hidup di tengah pemanasan global yang salah satu penyebabnya adalah penggunaan energi konvensional berbahan bakar fosil seperti minyak, batubara, dan gas alam. Pada tahun 2019, sektor energi yang didominasi oleh energi berbahan bakar fosil menjadi penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca (GRK) Indonesia, yakni 638,8 juta ton karbon dioksida ekuivalen (CO2e).
Untuk itu, transisi energi mulai dilakukan. Dalam Nationally Determined Contribution (NDC) yang telah diperbarui, Indonesia menetapkan target penurunan emisi sebesar 31,89% dengan upaya sendiri, atau 43,20% dengan dukungan internasional pada tahun 2030. Dalam jangka yang lebih panjang, Indonesia menetapkan target emisi nol bersih pada 2060.
Menyadari tantangan berat yang dihadapi, pemerintah mengalokasikan investasi sebesar Rp10 triliun untuk mendukung transisi energi dengan pengembangan energi bersih.
Pembiayaan Energi Bersih
Energi bersih merupakan energi yang dihasilkan dengan risiko minimum pada aspek sosial, kesehatan, dan lingkungan. Pada banyak kesempatan, energi bersih sering disebut sebagai energi terbarukan. Tenaga surya, tenaga angin, panas bumi, air, gelombang serta pasang surut air laut, hidrogen, biogas, dan biomassa merupakan beberapa contoh.
Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, ada tiga faktor pendukung utama yang mesti diperhatikan dalam transisi energi, yaitu:
- Pembiayaan untuk menghentikan operasional pembangkit listrik bertenaga batu bara.
- Pendanaan untuk membangun energi baru terbarukan karena permintaan terus bertambah.
- Transisi energi harus mempertimbangkan tenaga kerja yang terlibat. Ini bertujuan agar transisi energi memberikan manfaat bagi semua orang.
Investasi sebesar Rp10 triliun pemerintah diserahkan kepada PT PLN, Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH), dan PT Sarana Multigriya Finansial dalam bentuk Penyertaan Modal Negara (PMN) dan Pooling Fund Bencana (PFB). Rinciannya, PT PLN mendapat investasi Rp5 triliun, BPDLH Rp3 triliun, dan PT SMF Rp2 triliun.
Investasi kepada PT PLN digunakan untuk membiayai pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan, salah satunya Pembangkit EBT Listrik Desa (Lisdes) sebesar Rp2.444 miliar. Sementara itu, investasi pada PT SMF digunakan untuk mendukung program satu juta rumah untuk menjaga kesinambungan pembiayaan perumahan yang terjangkau bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
Sedangkan alokasi investasi pada BPDLH dalam bentuk PFB digunakan untuk pengendalian perubahan iklim, pengelolaan hutan berkelanjutan, pengendalian kebakaran hutan dan lahan, serta pemulihan lahan gambut dan lain-lain.
“Rp10 triliun adalah dana yang sangat besar. Kita berharap dana yang berasal dari uang rakyat ini bisa menghasilkan manfaat yang maksimal bagi masyarakat dan perekonomian,” kata Menteri Keuangan.
Kolaborasi
Mempercepat pengembangan energi bersih membutuhkan kerja sama yang tidak hanya melibatkan antar-lembaga di dalam negeri, tetapi juga negara-negara di dunia dan masyarakat Indonesia. Pada KTT G20 di Bali, para menteri bidang energi dari negara-negara peserta telah menyepakati Bali Compact, yakni komitmen untuk mempercepat transisi energi yang handal dan terjangkau bagi semua, dengan 9 prinsip berikut:
- Memperkuat kepercayaan dan kejelasan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi secara nasional.
- Meningkatkan ketahanan energi, stabilitas pasar, dan keterjangkauan.
- Mengamankan pasokan energi, infrastruktur, dan sistem yang tangguh, berkelanjutan dan andal.
- Meningkatkan pelaksanaan efisiensi energi.
- Mendiversifikasi sistem dan bauran energi, serta menurunkan emisi dari semua sumber energi.
- Mengkatalisasi investasi yang inklusif dan berkelanjutan dalam skala besar ke arah sistem energi rendah emisi.
- Berkolaborasi dalam memobilisasi semua sumber pendanaan untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2030 dan Paris Agreement.
- Meningkatkan teknologi yang inovatif, terjangkau, cerdas, dan rendah emisi.
- Membangun dan memperkuat ekosistem inovasi untuk mendorong penelitian, pengembangan, demonstrasi, diseminasi, dan penerapannya.
Pada akhirnya, pengembangan energi bersih bukan hanya tentang mengejar transisi energi, tetapi juga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara inklusif pada semua lapisan.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Amar adalah Manajer Editorial Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor.