Ironi Pemusnahan Satwa Liar di Namibia untuk Atasi Masalah Kekeringan
Kekeringan menyebabkan berbagai dampak buruk bagi kehidupan manusia, termasuk kelangkaan air, kelaparan akut, dan kerawanan pangan. Di Namibia, pemerintah setempat melakukan pemusnahan satwa liar sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah kekeringan.
Kekeringan di Namibia dan Dampak yang Ditimbulkan
Pada Mei 2024, Pemerintah Namibia mengumumkan Keadaan Darurat karena kekeringan yang terus berlanjut di seluruh penjuru negeri. Climate Watch dari Badan Meteorologi Namibia mencatat curah hujan di bawah normal sepanjang musim hujan 2023–2024. Hal ini diperparah oleh kekeringan akibat El Niño yang dialami oleh beberapa negara di Afrika Selatan.
Kondisi ini menimbulkan dampak buruk terhadap penduduk Namibia, yang sebagian besar bergantung pada pertanian tadah hujan. Analisis menunjukkan bahwa dari Juli hingga September 2024, 1,15 juta orang di Namibia mengalami kelaparan akut. Mereka adalah kelompok yang dianggap terpinggirkan dalam masyarakat, termasuk perempuan dan anak-anak, dan seringkali tidak memiliki dokumen legal untuk mendapatkan bantuan sosial.
Pemusnahan Satwa Liar
Pemerintah Namibia telah menerapkan intervensi untuk mengatasi kekeringan dengan bantuan makanan, dukungan ternak, dan program penyediaan air. Presiden Namibia juga meminta bantuan dari Komunitas Pembangunan Afrika Selatan dan pemangku kepentingan internasional untuk menjembatani kesenjangan pendanaan untuk program bantuan sosial.
Dalam keadaan putus asa, pemerintah Namibia lantas mengumumkan rencana pemusnahan satwa liar sebagai salah satu program bantuan pada akhir Agustus 2024. Pemusnahan yang dimaksud di sini adalah pengurangan populasi satwa liar dengan pembantaian selektif. Mengingat kekeringan telah memperburuk kelangkaan air, pemusnahan ini bertujuan untuk mengurangi tekanan pada pasokan air dan penggembalaan serta untuk suplai daging bagi orang-orang yang mengalami kelaparan.
Melalui keterangan Kementerian Lingkungan Hidup, Kehutanan, dan Pariwisata, pemerintah Namibia berencana menyumbangkan total 723 ekor satwa liar yang terdiri dari 30 ekor kuda nil, 60 ekor kerbau, 50 ekor impala, 100 ekor rusa kutub biru, 300 ekor zebra, 83 ekor gajah, dan 100 ekor eland. Hewan-hewan ini diambil dari taman nasional dan kawasan komunal dengan jumlah hewan buruan yang lestari.
Hingga 26 Agustus 2024, 56.875 kilogram daging dari 157 hewan liar telah terkumpul melalui pemusnahan satwa liar.
Dunia Harus Bersatu
Pemusnahan satwa liar di Namibia mendapat tanggapan beragam, terutama dari para pegiat konservasi internasional dan organisasi hewan, yang menyatakan keprihatinan atas kemungkinan dampak buruk terhadap keanekaragaman hayati dan ekosistem di negara tersebut. Di sisi lain, pemerintah Namibia dan organisasi lokal memandang pemusnahan ini sebagai bentuk penanganan kekeringan yang tepat, mengingat tindakan tersebut dilakukan dengan prosedur yang memadai.
Apa yang terjadi di Namibia menunjukkan bahwa dunia harus bersatu untuk memastikan kelangsungan hidup manusia dan kelestarian alam tanpa harus ada yang dikorbankan.
Editor: Nazalea Kusuma
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia
Kami harap konten ini bermanfaat bagi Anda.
Berlangganan Green Network Asia – Indonesia untuk mendapatkan akses tanpa batas ke semua kabar dan cerita yang didesain khusus untuk membawakan wawasan lintas sektor tentang pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan keberlanjutan (sustainability) di Indonesia dan dunia.
Madina adalah Reporter di Green Network Asia. Dia adalah alumni program sarjana Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Dia memiliki tiga tahun pengalaman profesional dalam editorial dan penciptaan konten kreatif, penyuntingan, dan riset.