Koarmada III TNI AL Sediakan Perpustakaan Apung di Atas Kapal untuk Anak-anak Pesisir Papua
Kemajuan sebuah bangsa berkaitan erat dengan tingkat literasi dan minat baca masyarakatnya. Namun, di berbagai wilayah terpencil dan pesisir Indonesia, upaya peningkatan literasi seringkali terkendala akses bacaan berkualitas yang sulit dijangkau. Di Papua, infrastruktur yang terbatas dan kondisi geografis yang kompleks menjadi salah satu faktor penghambat. Terkait hal ini, Komando Armada III TNI AL “menyulap” salah satu kapalnya menjadi perpustakaan terapung, sebagai upaya untuk membantu meningkatkan minat baca dan literasi anak-anak pesisir Papua.
Literasi di Papua
Tingkat literasi Provinsi Papua merupakan yang terendah di Indonesia, dengan rata-rata hanya 36,1% anak kelas 3 SD yang memiliki keterampilan membaca dengan pemahaman. Kurang tersedianya guru yang berkualitas dan kompeten menjadi salah satu tantangan dalam meningkatkan literasi di Papua. Di Asmat, misalnya, guru yang melakukan kegiatan literasi dasar di sekolah tak sampai 10% jumlahnya. Bahkan, masih banyak guru di Papua yang minat bacanya rendah.
Rendahnya minat baca ini juga disebabkan oleh kurangnya akses ke bahan bacaan. Hampir sebagian besar sekolah di Papua tidak memiliki ketersediaan buku yang memadai. Variasi buku yang tersedia masih terbatas dan seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa. Selain itu, hanya 30% sekolah dasar di daerah ini yang dilengkapi dengan perpustakaan. Faktor-faktor tersebut menjadikan Papua sebagai provinsi dengan persentase kunjungan ke perpustakaan paling rendah.
“Kondisi literasi di Papua masih jauh dari memuaskan, bahkan gedung perpustakaan daerah saja kondisinya sangat memprihatinkan sehingga tidak membuat para pengunjung nyaman dalam membaca dan meminjam buku. Padahal, ruang publik seperti perpustakaan itu sangat penting untuk menunjang minat baca warga,” ujar Michael J Yarisetouw, Duta Baca Provinsi Papua.
Perpustakaan Apung di Atas Kapal
Komando Armada (Koarmada) III TNI AL memanfaatkan salah satu kapal mereka, yakni KRI Teluk Weda-526, untuk dijadikan sebagai perpustakaan apung, yang bertujuan untuk mendorong anak-anak pesisir timur Indonesia agar gemar membaca dan membantu meningkatkan literasi mereka. Untuk membangun perpustakaan apung di atas kapal ini, Koarmada III bekerja sama dengan Perpustakaan Nasional dan Komunitas Kargo Baca.
Perpustakaan apung ini berawal dari ide Komandan KRI Teluk Weda-526 Letkol Laut (P) Ricky Tacoma. Ia tergerak untuk mengadakan perpustakaan apung setelah menyaksikan langsung kondisi anak-anak di pesisir Papua yang tidak bersekolah saat ia bertugas di wilayah tersebut pada tahun 2004-2005. Lantas, pengalamannya melihat budaya membaca yang tinggi saat menjalani latihan militer internasional di Ecole de Guerre-Terre, Prancis, pada tahun 2019-2020, semakin memantapkan niatnya untuk membangun perpustakaan bagi anak-anak pesisir Papua.
“Budaya membaca yang tinggi di Eropa menjadi semangat kami untuk mengaplikasikan program literasi ini. Awalnya kami hanya mau membagikan buku, tapi ternyata animo masyarakat sangat luar biasa, sehingga kami jadi lebih semangat untuk membuat kapal perang menjadi lebih nyaman untuk aktivitas membaca,” kata Ricky.
Perpustakaan apung ini beroperasi di sela-sela kegiatan patroli KRI Teluk Weda-526. Selain buku bacaan yang disumbangkan oleh Perpustakaan Nasional dan Komunitas Kargo Baca, perpustakaan apung ini juga menyediakan pengajaran membaca dan menulis yang diajarkan oleh para anggota TNI AL yang bertugas. Selain dapat dibaca di tempat, anak-anak juga dapat membawa pulang buku-buku yang mereka minati sebagai milik pribadi.
“Selain melaksanakan patroli dan menjaga keamanan wilayah kerja Koarmada III, kapal-kapal perang yang sandar di daerah pesisir diharapkan dapat memberikan sesuatu yang bermanfaat dan berkontribusi positif bagi masyarakat,” kata Panglima Koarmada III Laksamana Muda TNI Rachmad Jayadi.
Perlu Langkah yang Lebih Masif
Inisiatif perpustakaan apung di atas KRI Teluk Weda-526 ini tidak hanya memberikan akses terhadap bahan bacaan, tapi juga memberikan dorongan bagi anak-anak di pesisir Papua untuk memperoleh pendidikan. Ini menunjukkan bahwa kolaborasi berbagai pihak dan multisektor dapat membantu memberikan solusi dalam meningkatkan literasi dan minat baca di daerah yang membutuhkan. Namun, inisiatif ini tidak boleh menjadi satu-satunya pendekatan untuk meningkatkan literasi dan minat baca di wilayah pesisir. Menyediakan akses pendidikan, termasuk buku-buku berkualitas, kepada semua orang harus dilakukan dengan langkah-langkah yang lebih masif dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan terkait.
Editor: Abul Muamar
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Busra adalah Intern Reporter di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Pendidikan Bahasa Inggris dari Universitas Mataram. Ia memiliki ketertarikan pada dunia kepenulisan dengan topik seputar pendidikan, sosial, dan budaya.