Buku, Perpustakaan, dan Komunitas untuk Mereka yang Terdampak Konflik dan Perang
Membaca buku memberikan pengalaman berharga, baik itu berupa wawasan baru atau cerita yang menarik. Dalam hal ini, keberadaan perpustakaan menjadi penting dalam memastikan ketersediaan buku. Di tengah konflik dan perang yang berlangsung di berbagai tempat, perpustakaan dan komunitas dapat menumbuhkan harapan bagi mereka yang terkena dampak. Hal inilah yang diupayakan oleh Bibliothèques Sans Frontières (Libraries Without Borders), sebuah organisasi kemanusiaan nirlaba yang membantu menyebarkan pengetahuan untuk orang-orang yang membutuhkan, termasuk mereka yang terdampak konflik dan perang.
Buku dan Perpustakaan untuk Mereka yang Terdampak Konflik dan Perang
Perang dan konflik menciptakan dampak jangka panjang terhadap manusia dan lingkungan. Terhadap aspek pendidikan, perang dan konflik dapat meningkatkan peluang putus sekolah. Para murid dan orang-orang yang terkena dampak juga dapat kehilangan akses terhadap buku karena mereka tidak mampu membelinya secara mandiri, atau karena perpustakaan telah hancur. Di Gaza, misalnya, perpustakaan dan toko buku termasuk di antara banyak bangunan yang hancur akibat serangan pasukan Israel.
Ketika semua harapan sirna akibat konflik, buku dan cerita dapat menjadi alat yang ampuh untuk mencari hiburan dan kekuatan. Buku juga dapat membantu mempertahankan akses terhadap pendidikan dan melestarikan budaya selama masa perang. Untuk memungkinkan hal ini, keberadaan perpustakaan dan komunitas menjadi sangat penting.
Libraries Without Borders
Perpustakaan dan komunitas merupakan aspek penting dalam mengupayakan bantuan, termasuk dalam situasi konflik. Dalam hal ini, Libraries Without Borders (LWB/Perpustakaan Tanpa Batas) menerapkan pendekatan inovatif untuk membangun perpustakaan dan komunitas di lokasi konflik.
Salah satu program LWB adalah Kotak Ide, yakni pusat multimedia seluler dan pusat pembelajaran. Perpustakaan pop-up ini terdiri dari buku-buku, bahan-bahan kerajinan tangan, satelit untuk koneksi internet, laptop, tablet, dan peralatan lainnya yang menyediakan sumber daya pendidikan dan budaya bagi para pengungsi, orang-orang terlantar, dan komunitas lainnya yang membutuhkan. Bagi anak-anak yang membutuhkan perawatan khusus selama krisis kemanusiaan, buku dan hiburan lainnya dapat membantu mereka mengatasi stres dan mengembangkan ketahanan.
“Perpustakaan ini mengingatkan kita bahwa pendidikan dan kebudayaan adalah sumber daya fundamental selama perang. Mereka memberikan arah, cakrawala yang lebih luas. Mereka adalah sumber daya yang membantu orang-orang bertumbuh dan menjadi lebih sehat, lebih bahagia, dan lebih terinspirasi dalam masyarakat,” kata Hlib Lobanov dari organisasi masyarakat sipil Ceko, People in Need. People in Need bermitra dengan LWB untuk menyalurkan Kotak Ide di Drohobytch, Ukraina, setelah perang memanas pada 2022. LWB sendiri saat ini telah menyebarkan tujuh Kotak Ide di Ukraina, bekerja sama dengan komunitas lokal.
Selain itu, program Kotak Ide ini juga memberikan ruang bagi komunitas untuk berkembang. “Suatu hari pada bulan Desember, kami menyambut lebih dari 500 anak dan remaja dari wilayah pendudukan di sekitar Donetsk,” kata Anastassia Moldovan, Direktur Pusat Pemuda Regional Kvadrat di Vinnytsia, Ukraina.
Membina Perpustakaan dan Komunitas dalam Krisis
Di dunia ini, ada lebih dari 100 juta orang yang terpaksa mengungsi. Untuk itu, memastikan akses terhadap buku, informasi, dan pendidikan sangat penting untuk memberdayakan orang-orang yang terkena dampak. Menyediakan perpustakaan dan membina komunitas adalah salah satu jalan yang dapat ditempuh.
Namun, pada akhirnya, yang paling dibutuhkan adalah mengakhiri segala bentuk perang, konflik, dan kekerasan. Pemerintah negara-negara di dunia dan organisasi internasional bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan di mana masyarakat dapat berkembang dengan aman dan sehat.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.
Kami harap konten ini bermanfaat bagi Anda.
Berlangganan Green Network Asia – Indonesia untuk mendapatkan akses tanpa batas ke semua kabar dan cerita yang didesain khusus untuk membawakan wawasan lintas sektor tentang pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan keberlanjutan (sustainability) di Indonesia dan dunia.
Madina adalah Reporter di Green Network Asia. Dia adalah alumni program sarjana Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Dia memiliki tiga tahun pengalaman profesional dalam editorial dan penciptaan konten kreatif, penyuntingan, dan riset.