Menengok Pengembangan Keterampilan Anak dan Remaja saat Ini
Banyak aspek kehidupan kita ditentukan oleh pengembangan keterampilan kita saat anak-anak. Akses yang tepat ke pendidikan, keamanan, fasilitas kesehatan, serta dukungan ekonomi sangatlah penting dalam memastikan anak-anak memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk berkembang di masa depan.
Namun, menurut laporan terbaru UNICEF tentang Pemulihan Pembelajaran, sekitar 3 dari 4 anak muda tidak memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk penilaian pekerjaan yang layak di masa depan. Laporan bersama antara UNICEF dan Komisi Pendidikan mengungkapkan bagaimana kondisi perkembangan keterampilan pada anak-anak usia 36-59 bulan, anak-anak sekitar usia 10 tahun, dan anak-anak muda usia 15-24 tahun.
Rendahnya Level Keterampilan
Anak-anak harus sepenuhnya mengembangkan keterampilan dasar seperti literasi-numerik, fisik, sosial-emosional, dan pembelajaran. Sementara itu, remaja membutuhkan keterampilan digital, yang dapat ditransfer, dan keterampilan kerja spesifik untuk memasuki dunia kerja. Sayangnya, laporan tersebut justru menunjukkan perkembangan dan pencapaian keterampilan yang rendah di antara anak-anak dan remaja.
“Mayoritas anak-anak dan remaja di seluruh dunia telah gagal (mengembangkan keterampilan, -penerjemah) karena sistem pendidikan mereka, membuat mereka tidak terdidik dengan baik, tidak terinspirasi, dan tidak terampil—ini masalah serius bagi ketidakproduktifan,” ujar Direktur Pendidikan UNICEF Robert Jenkins.
Ketimpangan ekonomi antar negara
Berikut ringkasan dari laporan tersebut:
- Dari 77 negara dengan data, hanya 72% anak usia 36-69 bulan berada di jalur yang tepat dalam setidaknya tiga indeks perkembangan: literasi-numerik, fisik, sosial-emosional, dan pembelajaran. Masing-masing negara menyoroti hasil yang berbeda; misalnya, di Sierra Leone, anak laki-laki 15% lebih kecil kemungkinannya untuk berada di jalur yang benar dibandingkan anak perempuan. Sedangkan di Burundi persentasenya 26%.
- Dari 121 negara dengan data, sekitar setengah dari anak-anak berusia sepuluh tahun telah mengembangkan keterampilan membaca dasar, dengan anak laki-laki 7% lebih kecil dibandingkan anak perempuan.
- Dari 38 negara dengan data, hanya dua dari lima pemuda yang berada di jalur yang benar untuk sepenuhnya mencapai keterampilan yang diperlukan untuk berkembang di dunia kerja dan kehidupan. Keterampilan ini mencakup keterampilan membaca dan matematika tingkat menengah, keterampilan yang dapat ditransfer, dan keterampilan digital.
Berdasarkan data dari tiga kelompok usia yang diteliti, didapati bahwa mereka yang hidup di negara-negara kaya memperoleh pengembangan dan pencapaian keterampilan yang lebih baik daripada mereka yang berada di negara-negara berpenghasilan rendah. Dukungan sosial ekonomi sangat krusial untuk memastikan tidak ada anak yang tertinggal dalam menggapai kehidupan yang lebih baik. Alat ukur dan pengujian yang tepat juga diperlukan untuk laporan yang lebih komprehensif di masa mendatang.
Mendobrak hambatan pendidikan
Anak-anak dan remaja adalah kunci bagi generasi mendatang. Dengan laporan tersebut, UNICEF dan Komisi Pendidikan mendesak pemerintah di semua negara untuk memberikan dukungan hidup fundamental untuk memastikan bahwa semua anak dapat memperoleh pendidikan yang mereka butuhkan untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. Strategi ini termasuk meminimalkan risiko putus sekolah dan menyesuaikan pelajaran dengan kebutuhan anak. Dengan cara ini, kita akan selangkah lebih dekat menuju kehidupan masyarakat di mana tidak ada yang tertinggal.
Baca laporan selengkapnya di sini.
Baca juga versi asli artikel ini dalama bahasa inggris di Green Network Asia.
Penerjemah & Editor: Abul Muamar
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Madina adalah Reporter di Green Network Asia. Dia adalah alumni program sarjana Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Dia memiliki tiga tahun pengalaman profesional dalam editorial dan penciptaan konten kreatif, penyuntingan, dan riset.