Pesantren Darul Ashom Sediakan Pendidikan Islam untuk Anak-Anak Tuli
Akses terhadap pendidikan adalah hak setiap individu, termasuk pendidikan agama Islam bagi anak-anak muslim dengan disabilitas. Meskipun pendidikan agama Islam telah banyak diterapkan di pondok pesantren, sekolah, maupun lembaga pendidikan non-formal, masih banyak anak-anak muslim dengan disabilitas yang kesulitan mendapatkan akses ini karena keterbatasan fasilitas dan media pendukung. Menjawab tantangan tersebut, Pondok Pesantren Darul Ashom menyediakan tempat bagi anak-anak muslim Tuli untuk belajar agama Islam, khususnya tahfidz Al-Qur’an.
Kurangnya Akses Pendidikan bagi Anak Difabel di Indonesia
UNICEF mengungkapkan bahwa anak-anak difabel di Indonesia menghadapi tantangan besar dalam mendapatkan akses pendidikan yang memadai. Laporan dari UNICEF menunjukkan bahwa 36% anak difabel di Indonesia tidak menghadiri sekolah. Hal ini yang menjadikan anak-anak difabel sering tertinggal dalam berbagai indikator perkembangan, termasuk pendidikan.
Tidak hanya pendidikan umum, dalam pendidikan Islam pun kondisinya juga demikian, termasuk dalam pelajaran mengenai Al-Qur’an. Faktor-faktor seperti keterbatasan dengar dan kurangnya motivasi adalah hambatan utama yang menyulitkan anak-anak difabel dalam membaca Al-Qur’an. Kegagalan pendidikan khusus dalam mengembangkan kemampuan membaca Al-Qur’an pada anak dengan gangguan pendengaran sering disebabkan oleh metode pengajaran yang tidak efektif dan keterbatasan teknologi pendukung.
Kementerian Agama telah mengeluarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 90 Tahun 2013 yang menyatakan bahwa madrasah wajib menyediakan akses bagi peserta didik berkebutuhan khusus. Selain itu, UU Nomor 08 Tahun 2016 juga menjamin hak difabel untuk mendapatkan akses terhadap kitab suci dan lektur keagamaan. Namun, terdapat banyak hambatan dalam penyelenggaraan pendidikan agama bagi anak difabel, mulai dari terbatasnya Guru Pembimbing Khusus (GPK) yang kompeten, kemampuan dalam adaptasi kurikulum dan pembelajaran yang masih rendah, serta minimnya ketersediaan media pembelajaran yang aksesibel.
Selain itu, ketiadaan program khusus di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) untuk menghasilkan pendidik yang kompeten dalam pendidikan agama inklusif menunjukkan kekurangan dalam sistem pendidikan saat ini. Hal ini menyulitkan dalam menyediakan layanan pendidikan agama Islam yang memadai bagi anak-anak difabel.
Pesantren Darul Ashom
Pondok Pesantren Darul Ashom merupakan pesantren khusus anak-anak Tuli yang berlokasi di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pesantren ini dirancang khusus sebagai tempat bagi anak-anak dengan hambatan pendengaran untuk belajar agama, mulai dari Ilmu Tauhid hingga Tahfidz (menghafal Al- Qur’an) yang merupakan program unggulan di pondok pesantren ini.
Pada awal pembentukannya, pendiri Darul Ashom, Abu Kahfi, telah memberikan transfer ilmu pengetahuan dan berinteraksi dengan komunitas Tuli sejak tahun 2010. Ia melihat mayoritas Tuli masih memiliki keterbatasan dalam memperoleh akses pendidikan agama sebagai hak dasar mereka. Alasan itulah yang mendorong pendirian Pesantren Darul Ashom pada 19 September 2019. Dengan menggunakan metode universal, bahasa Isyarat digunakan sebagai pendekatan utama dalam pembelajaran di pesantren ini, termasuk sebagai metode menghafal Al Qur’an, dimana huruf hijaiyah diisyaratkan huruf demi huruf.
Saat ini, Darul Ashom menaungi 125 santri laki-laki dan 50 santri perempuan yang berasal dari berbagai daerah seperti Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan. Pesantren ini memiliki 12 tenaga pendidik yang berasal dari berbagai latar belakang pendidikan, termasuk penghafal Al Qur’an (Hafidz/Hafidzah) dan lulusan Pendidikan Luar Biasa (PLB). Pengasuh santri di pesantren ini juga merupakan individu dengan hambatan pendengaran, yang membantu pelaksanaan program dan pelayanan kebutuhan para santri.
Darul Ashom dan para donatur juga menyediakan dana bagi anak-anak dari keluarga miskin untuk belajar secara gratis, mencakup biaya pendaftaran, buku, seragam, dan perlengkapan mandi.
“Anak saya dulunya minder, dia tahu dia berbeda. Namun sejak dia datang ke sini dia tidak lagi malu berada di tempat umum. Dia mengatakan kepada saya bahwa Allah membuatnya seperti ini, dan dia telah menerima dirinya sepenuhnya,” kata Zainal Arifin, salah satu orang tua santri di Darul Ashom.
Sinergi Antar Lembaga
Inisiatif Pondok Pesantren Darul Ashom bukan hanya memberikan pendidikan agama bagi santri-santri Tuli, tetapi juga menumbuhkan rasa kepercayaan diri untuk terlibat di masyarakat. Hal ini merupakan praktik yang baik untuk mendukung kesetaraan akses pendidikan bagi anak-anak dengan disabilitas, sebagai langkah penting dalam memajukan hak anak-anak dengan disabilitas di Indonesia. Untuk itu, diperlukan sinergi dari berbagai pihak untuk menghapus hambatan-hambatan yang ada dan memastikan bahwa semua anak, terutama anak-anak difabel, mendapatkan akses yang sama terhadap pendidikan agama yang berkualitas.
Editor: Abul Muamar dan Marlis Afridah
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Busra adalah Intern Reporter di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Pendidikan Bahasa Inggris dari Universitas Mataram. Ia memiliki ketertarikan pada dunia kepenulisan dengan topik seputar pendidikan, sosial, dan budaya.