Upaya Natha Satwa Nusantara Akhiri Penyiksaan terhadap Hewan di Indonesia
Selama berabad-abad, manusia dan hewan telah hidup berdampingan. Selain sebagai peliharaan, hewan terkadang juga berperan sebagai sahabat, bahkan keluarga, bagi manusia yang merawatnya. Akan tetapi, pada yang saat yang sama, penyiksaan hewan juga terus berlangsung di berbagai tempat. Sebuah komunitas bernama Natha Satwa Nusantara berupaya untuk mengakhiri penyiksaan terhadap hewan di Indonesia.
Penyiksaan terhadap Hewan di Indonesia
Penyiksaan terhadap hewan terjadi di mana-mana, bahkan mungkin juga termasuk di lingkungan sekitar kita. Sebagian dari kita mungkin pernah menyaksikan pemandangan seperti kucing ditendang, ayam diadu, atau anjing ditelantarkan–bahkan dijagal–dan hal itu terkadang terjadi berulang-ulang. Penjagalan seekor kucing di Medan pada tahun 2021 merupakan salah satu kasus kekerasan terhadap hewan yang paling menggemparkan di Indonesia. Kasus lainnya adalah penyiksaan hingga pembunuhan sadis belasan lutung dan monyet ekor panjang oleh dua pemuda di Tasikmalaya pada tahun 2022.
Pada tahun 2021, Social Media Animal Cruelty Coalition (SMACC), mengeluarkan sebuah laporan tentang monetisasi penyiksaan hewan di internet. Laporan tersebut menemukan bahwa dari 5.480 konten penyiksaan yang dikumpulkan, sebanyak 1.626 di antaranya berasal dari wilayah Indonesia. Angka tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil konten kekerasan terhadap hewan terbanyak di dunia.
Mirisnya, hiburan menjadi salah satu faktor yang mendorong seseorang melakukan tindak kekerasan terhadap hewan. Contoh yang banyak dijumpai di Indonesia adalah sabung ayam–yang seringkali disertai dengan perjudian, dan penyiksaan terhadap ayam yang kalah.
Banyaknya penyiksaan terhadap hewan yang terjadi juga disebabkan karena belum adanya peraturan khusus tentang perlindungan hak dan kesejahteraan hewan di Indonesia. Penegak hukum yang masih meremehkan laporan terkait penyiksaan hewan juga masih banyak ditemukan. Lemahnya penegakan hukum ini menyebabkan penyiksaan hewan di Indonesia sulit diberantas.
Yang Dilakukan Natha Satwa Nusantara
Natha Satwa Nusantara berupaya untuk mengakhiri berbagai bentuk kekerasan dan penyiksaan terhadap hewan di Indonesia melalui beberapa program, salah satunya edukasi. Komunitas ini aktif melakukan kampanye dan sosialisasi edukasi mengenai satwa, baik secara langsung di lapangan maupun di media sosial untuk menciptakan pemahaman terkait kesejahteraan hewan.
Selain itu, Natha Satwa juga aktif melakukan penyelamatan hewan yang menjadi korban kekerasan dan penyiksaan di berbagai tempat. Hewan-hewan yang sakit dan terlantar mereka evakuasi dan mereka pulihkan, sebelum kemudian mereka tawarkan kepada orang-orang yang bersungguh-sungguh ingin merawat.
Saat ini terdapat ratusan anjing dan kucing yang tengah dirawat oleh Natha Satwa Nusantara, dimana 80% di antaranya adalah hewan-hewan yang dulunya memiliki pemilik namun kemudian terlantar atau disiksa. Untuk mendukung perawatan yang baik bagi para hewan tersebut, komunitas ini tengah berfokus pada pembangunan selter, kantor, klinik, ruang terapi hewan, dan pusat pendidikan bagi hewan-hewan yang berada dalam selter.
Gerakan mereka membantu meningkatkan kesadaran masyarakat atas pentingnya perlindungan terhadap hewan. Banyak bantuan masyarakat berupa donasi, pengajuan untuk menjadi pengasuh, dan laporan-laporan terkait kasus penyiksaan dan penelantaran. Laporan-laporan yang masuk kemudian ditindaklanjuti oleh Natha Satwa Nusantara dengan melaporkannya ke pihak berwenang.
Namun, dalam upaya mereka menyelamatkan hewan, Natha Satwa Nusantara juga menghadapi sejumlah tantangan, termasuk over populasi di lingkungan masyarakat yang menimbulkan ancaman terhadap kesehatan lingkungan manusia, termasuk penyebaran zoonosis. Terkait hal ini, Natha Satwa Nusantara berkoordinasi dengan pemerintah untuk melaksanakan program sterilisasi dan vaksinasi, baik untuk hewan peliharaan maupun hewan jalanan, sebagai upaya untuk mencegah penularan zoonosis.
Perlu Regulasi
Kesejahteraan hewan adalah bagian penting dalam pembangunan berkelanjutan. Namun, mengakhiri penyiksaan terhadap hewan tidak dapat dilakukan hanya oleh komunitas akar rumput semata. Dukungan dan partisipasi seluruh pihak dibutuhkan agar tujuan tersebut dapat dicapai. Dalam hal ini, regulasi yang jelas, tegas, dan spesifik terkait perlindungan dan kesejahteraan hewan menjadi salah satu hal yang paling dibutuhkan sebagai langkah awal.
“Kami ingin merangkul pemerintah dan aparat hukum untuk merevisi UU Perlindungan Hewan, juga memberikan edukasi agar tidak hanya menyelamatkan (hewan), tapi memberi pemahaman kepada masyarakat soal kesejahteraan hewan,” ujar Davina, pendiri Yayasan Natha Satwa Nusantara.
Editor: Abul Muamar
Kami harap konten ini bermanfaat bagi Anda.
Berlangganan Green Network Asia – Indonesia untuk mendapatkan akses tanpa batas ke semua kabar dan cerita yang didesain khusus untuk membawakan wawasan lintas sektor tentang pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan keberlanjutan (sustainability) di Indonesia dan dunia.
Busra adalah Intern Reporter di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Pendidikan Bahasa Inggris dari Universitas Mataram. Ia memiliki ketertarikan pada dunia kepenulisan dengan topik seputar pendidikan, sosial, dan budaya.