Upaya Restorasi Ekosistem Laut Aral yang Kering
Eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan dapat mengubah sebuah ekosistem hingga mencapai titik kehancuran. Di Asia Tengah, keringnya Laut Aral merupakan contoh degradasi lingkungan yang parah, yang berdampak pada kehidupan banyak orang. Kabar baiknya, proses rehabilitasi sedang berlangsung.
Danau yang Mengering
Laut Aral pernah menjadi perairan kontinental terbesar keempat di dunia. Terletak di antara Kazakhstan dan Uzbekistan, danau air tawar ini awalnya memiliki luas 68.000 km persegi dan kedalaman 40 meter.
Kerusakan dimulai pada tahun 1960-an akibat pemanenan berlebihan sungai-sungai yang mengaliri danau untuk irigasi skala besar, khususnya produksi kapas. Akibatnya, Laut Aral mengalami penyusutan yang cepat dan peningkatan salinitas hingga mengering pada tahun 2010-an. Yang tersisa hanyalah tanah tandus, tanpa air yang mengalir, dan tanaman pun sulit tumbuh.
Masyarakat di sekitar danau sangat terdampak oleh kurangnya sumber air. Baik Kazakhstan maupun Uzbekistan adalah negara yang terkurung daratan, sehingga akses terhadap air bisa menjadi tantangan yang sangat besar. Selain itu, lahan kering melepaskan 80-100 juta ton debu setiap tahunnya, menyebabkan penyakit pernapasan dan masalah kesehatan masyarakat lainnya bagi masyarakat sekitar.
Upaya Restorasi Laut Aral
Untungnya, tidak semua harapan sirna. Banyak pihak yang berupaya menyelamatkan Laut Aral secara bertahap, mulai dari pemerintah hingga organisasi.
Salah satu contohnya adalah penanaman jenis vegetasi tertentu untuk menangkal penggurunan. Di bawah Proyek Lingkungan Laut Aral di Kazakhstan, tim ahli ekologi telah menanam pohon saxaul hitam di wilayah Laut Aral Utara untuk membantu menahan debu dan meningkatkan ketahanan terhadap perubahan iklim. Pohon-pohon ini mampu bertahan di lingkungan yang relatif keras, dan akarnya mampu menampung hingga 4.000 kilogram pasir.
Langkah serupa juga telah diterapkan oleh para peneliti dari UNDP sekaligus pengamatan terhadap vegetasi lain yang ada dan dapat tumbuh subur di lingkungan tersebut, seperti juzgun, akasia pasir, buckthorn laut, dan berbagai spesies pohon willow. Selain memperkenalkan vegetasi baru, UNDP juga menemukan bahwa sumber air terdapat di bawah area yang kering, hingga kedalaman 490 meter di bawah tanah. Meski begitu, air tersebut harus melalui proses desalinasi sebelum dikonsumsi.
Restorasi dan Tanggung Jawab
Lingkungan alam memberi kita sumber daya yang diperlukan untuk hidup. Kemajuan rehabilitasi Laut Aral menandakan bahwa proyek restorasi ekosistem dapat dilakukan, dan diperlukan lebih banyak dukungan untuk menciptakan dampak yang lebih luas.
Pada akhirnya, seiring pertumbuhan populasi global dan permintaan akan berbagai barang, yang lebih penting lagi adalah kita jangan mengorbankan keanekaragaman hayati dan ekosistem untuk mengakomodasi kebutuhan tersebut. Menjaga hak alam untuk hidup dan berkembang adalah cara kita menjamin masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.
Editor: Nazalea Kusuma
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Madina adalah Reporter di Green Network Asia. Dia adalah alumni program sarjana Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Dia memiliki tiga tahun pengalaman profesional dalam editorial dan penciptaan konten kreatif, penyuntingan, dan riset.