Skip to content
  • Tentang
  • GNA Advisory & Consulting
  • Kemitraan Iklan GNA
  • GNA Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Topik
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Komunitas
  • Siaran Pers
  • Muda
  • Wilayah
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Dunia
  • ESG
  • Konten Komunitas
  • Unggulan

Menempatkan Anak di Jantung Isu Iklim: Refleksi tentang Hak Anak dari ARNEC 2025

Ada banyak wawasan dan pelajaran berharga tentang pelindungan anak dan hak-hak anak yang saya peroleh selama mengikuti ARNEC 2025 di Manila.
Oleh Aisha Putri Safrianty
1 Agustus 2025
sekelompok orang berfoto bersama

Kegiatan bersama para peneliti dan praktisi Early Childhood di Pre-Conference Workshop ARNEC 2025. | Foto: Dokumentasi ARNEC.

Banyak orang telah sering mendengar istilah “‘pelindungan anak” atau “hak-hak anak”. Namun, mungkin tidak banyak yang benar-benar memahami makna dari istilah-istilah tersebut dan apa yang seharusnya dilakukan.

Pelindungan anak bukanlah tentang bantuan yang bersifat sementara, atau sekadar mengajarkan mereka huruf dan angka–misalnya. Pelindungan anak adalah tentang bagaimana menciptakan sistem yang benar-benar berpihak kepada mereka, yang memahami dengan sungguh-sungguh apa kebutuhan mereka, dan membentuk masa depan aman dan nyaman bagi mereka. Namun, menciptakan pelindungan anak dengan konsep seperti itu masih menjadi tantangan berat hingga saat ini.

Pada 1-3 Juli 2025, saya berkesempatan mengikuti konferensi Asia Pacific Regional Network on Early Childhood (ARNEC) 2025 di Manila, Filipina. Konferensi tersebut merupakan medium berbagi praktik terbaik dan inspirasi. Narasumber yang hadir berasal dari berbagai negara di Asia Pasifik, termasuk para akademisi, pembuat kebijakan, praktisi pendidikan anak usia dini, hingga perwakilan organisasi masyarakat sipil. Ada banyak wawasan dan pelajaran berharga yang saya peroleh selama mengikuti konferensi tersebut.

Mengarusutamakan Nurturing Care Framework dan Pendekatan Lintas Sektor

Salah satu pelajaran yang saya dapatkan adalah tentang pentingnya mengarusutamakan Nurturing Care Framework dalam setiap kebijakan pembangunan anak usia dini, terlebih dalam konteks perubahan iklim. Kerangka ini menekankan lima elemen utama: kesehatan yang baik, nutrisi yang memadai, keamanan dan perlindungan, pengasuhan yang responsif, serta stimulasi awal. Dalam konteks perubahan iklim, kelima aspek ini menjadi sangat rentan. Anak-anak yang hidup di wilayah rawan bencana, kekeringan, atau banjir berkepanjangan, tidak hanya kehilangan akses ke pendidikan, tetapi juga akses ke hak-hak dasar lainnya yang krusial dalam menopang tumbuh kembang mereka secara sehat dan aman.

Hal lain yang ditekankan oleh para panelis adalah pentingnya pendekatan lintas sektor dalam merespons perubahan iklim. Perubahan iklim tidak bisa diselesaikan oleh aktor-aktor di sektor lingkungan saja. Para aktor dalam sektor pendidikan, perlindungan sosial, kesehatan, hingga tata kelola sampai di tingkat desa, semuanya perlu dilibatkan dalam satu kerangka kerja yang terpadu. Di sinilah Indonesia perlu belajar banyak; khususnya dalam membangun sistem yang adaptif, kolaboratif, dan berperspektif anak.

sekelompok orang berfoto bersama
Para advokat muda dari Asia-Pasifik: Filipina, Indonesia, India, dan Kamboja beserta moderator yang berasal dari UNICEF Nepal. | Foto: Dokumentasi ARNEC.

Anak Muda Bukan hanya Mereka yang “Progresif” dan Mengikuti Forum

Satu hal yang terus menggema di benak saya selama dan setelah mengikuti konferensi ini adalah bagaimana masih banyak anak muda di Indonesia, khususnya di wilayah pedesaan atau dari kelompok marginal, yang bahkan belum memiliki akses terhadap informasi-informasi atau isu seperti ini. Tidak semua anak muda bisa hadir dalam forum-forum resmi seperti saya. Tidak semua anak-anak muda memiliki privilese untuk memahami isu perubahan iklim, apalagi menjadi bagian dari perumus solusi. Banyak anak muda yang bahkan masih berkutat dengan tantangan paling mendasar: akses listrik yang memadai, pendidikan yang layak, atau bahkan makanan bergizi dan air bersih–yang semuanya kerap sulit untuk dijangkau terutama oleh mereka yang hidup dalam kemiskinan dan/atau tinggal di wilayah terpencil dengan keterbatasan sumber daya.

Oleh karena itu, memperluas makna “anak muda” dalam narasi perubahan iklim dan pelibatan menjadi sangat penting. Anak muda bukan hanya mereka yang progresif, vokal, dan aktif di forum-forum. Anak muda adalah juga mereka yang tinggal di desa-desa pesisir, di wilayah tertinggal, atau di komunitas adat–yang jauh dari forum-forum tentang pembangunan. Mereka yang tak memiliki gawai, dan harus berjalan kaki puluhan kilometer untuk sekolah. Mereka yang hidup di hutan, dan tak mengenal konsep tentang pendidikan formal modern layaknya yang kita anut. Mereka yang merasakan dampak langsung dari krisis iklim, padahal mereka paling minim kontribusinya dalam menyebabkan krisis ini.

Mereka memerlukan akses terhadap informasi yang inklusif, pengembangan kapasitas di level komunitas, serta ruang-ruang aman untuk berpendapat dan terlibat. Maka dari itu, membangun sistem pelindungan anak di Indonesia harus dimulai dari memperluas partisipasi, memperkuat sistem pengasuhan berbasis komunitas, serta mengintegrasikan Nurturing Care Framework dalam seluruh kebijakan.

Memahami Lebih Jauh Hak-Hak Anak

Selama tiga hari konferensi, saya juga mendapatkan pemahaman penting bahwa krisis iklim dan ketimpangan sosial adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Sayangnya, banyak orang kerap lupa dan abai kepada mereka yang paling terdampak: anak-anak.

Orang-orang sering berbicara tentang hak-hak anak, dan bagaimana cara membangun masa depan yang lebih baik untuk mereka. Tetapi banyak orang luput menempatkan perspektif anak-anak dalam percakapan, dan juga dalam perumusan kebijakan. Orang-orang sering sibuk membicarakan data-data saintifik dan hal-hal teknis terkait perubahan iklim, seperti tingkat emisi karbon dan gas rumah kaca lainnya, tetapi lupa bahwa di balik setiap bencana alam yang terjadi, terdapat anak-anak yang kehilangan hal-hal yang berharga bagi mereka: rumah, orang tua, dan masa kecil mereka.

Konferensi tersebut menekankan bahwa perkembangan anak di usia dini seharusnya menjadi fondasi dalam setiap kebijakan pembangunan. Anak-anak adalah kelompok rentan yang perlu diprioritaskan, didengar, dan dipenuhi hak-haknya.

Memperjuangkan hak anak bukan hanya tugas satu atau dua pihak saja. Memperjuangkan hak anak memiliki arti bahwa kita memberikan kesempatan yang setara bagi siapapun dalam percakapan iklim. Keadilan iklim bukan hanya tentang planet yang kita tinggali, tetapi tentang siapa saja yang harus kita perjuangkan untuk tetap hidup dan tumbuh dengan layak. Anak-anak bukan penonton dalam krisis yang terjadi; mereka adalah alasan utama mengapa kita harus melakukan perubahan sekarang juga.

Editor: Abul Muamar


Berlangganan GNA Indonesia
Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Pilih Paket Langganan

Aisha Putri Safrianty
+ postsBio

Aisha adalah mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Indonesia. Ia terlibat dalam komunitas Green Welfare Indonesia, UNICEF East Asia & Pacific Young People's Action Team, dan Ikatan Duta Bahasa DKI Jakarta. Ia memiliki minat pada isu perlindungan anak, hak-hak anak, dan kesetaraan gender.

    This author does not have any more posts.

Continue Reading

Sebelumnya: Langkah Mundur India dalam Kebijakan Emisi Sulfur Dioksida

Baca Kabar dan Cerita Lainnya

pembangkit listrik tenaga termal di India dengan asap keluar dari cerobong asap Langkah Mundur India dalam Kebijakan Emisi Sulfur Dioksida
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Langkah Mundur India dalam Kebijakan Emisi Sulfur Dioksida

Oleh Nazalea Kusuma
1 Agustus 2025
lima orang berpose santai di atas panggung IBCSD dan Kadin Net Zero Hub Dorong Industri Terapkan Teknologi Bersih Terintegrasi untuk Dukung Efisiensi dan Pengurangan Emisi
  • Siaran Pers
  • Unggulan

IBCSD dan Kadin Net Zero Hub Dorong Industri Terapkan Teknologi Bersih Terintegrasi untuk Dukung Efisiensi dan Pengurangan Emisi

Oleh IBCSD
31 Juli 2025
sebuah papan pengumuman bertuliskan ‘we are hiring’ tergantu di depan pintu SE Menaker untuk Hapus Diskriminasi dalam Rekrutmen Tenaga Kerja
  • Kabar
  • Unggulan

SE Menaker untuk Hapus Diskriminasi dalam Rekrutmen Tenaga Kerja

Oleh Abul Muamar
31 Juli 2025
model 3d rumah dengan panel surya dan kincir angin Urgensi untuk Meningkatkan Pemanfaatan Peluang Energi Terbarukan Global
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Urgensi untuk Meningkatkan Pemanfaatan Peluang Energi Terbarukan Global

Oleh Kresentia Madina
31 Juli 2025
seorang guru mengajari anak-anak Mengulik Dampak Pendidikan Profesi Guru dalam Meningkatkan Kualitas Calon Guru
  • Eksklusif
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Mengulik Dampak Pendidikan Profesi Guru dalam Meningkatkan Kualitas Calon Guru

Oleh Andi Batara
30 Juli 2025
Orang-orang melihat dan berjalan-jalan di sekitar hutan bambu Bagaimana Tosepan Titataniske Memimpin Upaya Komunitas untuk Pariwisata Berkelanjutan di Meksiko
  • Kabar
  • Unggulan

Bagaimana Tosepan Titataniske Memimpin Upaya Komunitas untuk Pariwisata Berkelanjutan di Meksiko

Oleh Attiatul Noor
30 Juli 2025

Tentang Kami

  • Founder’s Letter GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Ahli GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Internship GNA
  • Hubungi Kami
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia - Indonesia.