Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan dengan Kami
  • GNA Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Topik
  • Wilayah
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Komunitas
  • Siaran Pers
  • ESG
  • Muda
  • Dunia
  • Kabar
  • Unggulan

Menengok Penerapan Pariwisata Berkelanjutan di Kepulauan Batanes, Filipina

Kepulauan Batanes, Filipina, menjadi wilayah terbaru yang bergabung dengan Jaringan Observatorium Pariwisata Berkelanjutan Internasional UNWTO.
Oleh Nazalea Kusuma
1 November 2023
potret tiga bangunan tua di bukit berumput di pulau batanes Filipina

Pulau Batanes. | Foto: Rene Padillo di Unsplash.

Berwisata adalah cara yang baik untuk bersenang-senang, mengambil jeda, dan menemukan hal-hal baru. Pada saat yang sama, kegiatan wisata juga berdampak pada destinasi yang kita tuju, baik secara ekonomi, lingkungan, dan sosial. Mengingat dampaknya yang sering bersifat negatif, penting untuk memastikan kegiatan wisata tidak merugikan destinasi dan penduduk setempat. Pariwisata di Kepulauan Batanes, Filipina, yang tergabung dengan Jaringan Observatorium Pariwisata Berkelanjutan Internasional UNWTO, merupakan salah satu contoh bagaimana hal itu diterapkan. 

Kepulauan Batanes

Kepulauan Batanes adalah provinsi kepulauan yang berada di utara Filipina dan menjadi yang terkecil dalam hal jumlah penduduk dan luas daratan. Wilayah ini memiliki sepuluh pulau, namun hanya tiga pulau terbesar yang berpenghuni: Batan, Itbayat, dan Sabtang. Adapun Batanes adalah rumah bagi masyarakat Ivatan, kelompok masyarakat adat etnolinguistik Austronesia.

Pulau-pulau tersebut juga merupakan rumah bagi keanekaragaman hayati endemik dan tempat perlindungan bagi burung-burung yang bermigrasi. Misalnya, spesies tumbuhan runjung, Podocarpus costalis, hanya berbunga dan berbuah sempurna di Kepulauan Batanes. Sebagai destinasi wisata, Batanes menawarkan pengalaman unik berupa formasi batuan, perbukitan, mercusuar, kuda dan sapi yang berkeliaran bebas, tepi laut yang indah, menjadikannya tempat pelarian yang menenangkan dan damai dari hiruk pikuk kota.

Selain itu, Batanes melestarikan sebagian besar bangunan tradisional lama, seperti Sinadumparan. Sinadumparan merupakan salah satu jenis rumah adat Ivatan yang terbuat dari batu, mortar kapur, dan atap rumput cogon. Kepulauan Batanes memiliki rumah-rumah yang dibangun untuk tahan terhadap topan hebat, hujan monsun, musim panas yang panas dan lembap, dan bahkan gempa bumi—yang dijuluki Rumah Angin.

Bekerja sama dengan pemerintah provinsi dan pemangku kepentingan setempat, Pusat Pemantauan Pariwisata dan Perhotelan Batanes (Batanes Tourism and Hospitality Monitoring Center/BTHMC) memimpin partisipasi Batanes dalam Jaringan Observatorium Pariwisata Berkelanjutan Internasional (International Network of Sustainable Tourism Observatories/INSTO). Sejauh ini, proses partisipatif telah menghasilkan wawasan keberlanjutan utama yang diidentifikasi oleh masyarakat Ivatan. Observatorium tersebut berencana untuk memperluas fokusnya pada bidang lingkungan dan sosial.

Jaringan Observatorium Pariwisata Berkelanjutan Internasional (INSTO) UNWTO

Kepulauan Batanes merupakan yang terbaru di antara 38 observatorium di Jaringan INSTO di seluruh dunia. Di Asia Pasifik, terdapat delapan wilayah di Tiongkok (Yangshuo, Changshu, Kanas, dll.), lima wilayah di Indonesia (Sanur, Toba, Lombok, dll.), dan satu wilayah di Australia (Barat Daya).

Didirikan pada tahun 2004, INSTO adalah sebuah inisiatif di bawah naungan Organisasi Pariwisata Dunia PBB (UNWTO). Inisiatif ini bertujuan untuk mendukung pengelolaan pariwisata berbasis bukti. Singkatnya, observatorium ini memantau dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial dari pariwisata di tingkat destinasi.

Inisiatif ini juga secara aktif melibatkan pemangku kepentingan lokal melalui pendekatan inklusif dan partisipatif; memberdayakan mereka dengan membangun kesadaran, dan membina sistem pendukung fasilitator yang solid, dan membentuk kelompok kerja lokal.

Pada dasarnya, inisiatif ini memanfaatkan penerapan pemantauan, evaluasi, pengembangan kapasitas, dan kolaborasi yang sistematis. Hasilnya akan memberikan pedoman dan informasi penting bagi para pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan terkait lainnya untuk mewujudkan pariwisata yang lebih berketahanan dan berkelanjutan yang bermanfaat bagi penduduk lokal, pengunjung, dan juga planet Bumi.

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.

Jika konten ini bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan GNA Indonesia.

Langganan Anda akan memberikan akses ke wawasan interdisipliner dan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia, memperkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda sekaligus mendukung kapasitas finansial Green Network Asia untuk terus menerbitkan konten yang didedikasikan untuk pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder.

Pilih Paket Langganan

Nazalea Kusuma
Managing Editor at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Naz adalah Manajer Publikasi Digital Internasional di Green Network Asia. Ia pernah belajar Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota dan tinggal di beberapa kota di Asia Tenggara. Pengalaman pribadi ini memperkaya persepektifnya akan masyarakat dan budaya yang beragam. Naz memiliki sekitar satu dekade pengalaman profesional sebagai penulis, editor, penerjemah, dan desainer kreatif.

  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Langkah Mundur India dalam Kebijakan Emisi Sulfur Dioksida
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Pentingnya Ruang Terbuka Hijau Perkotaan yang Aksesibel dan Inklusif untuk Semua
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Mengulik Tren Gaya Hidup Minimalis di TikTok
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Mengatasi Tantangan dalam Implementasi Adaptasi Berbasis Ekosistem (EbA)

Continue Reading

Sebelumnya: Kampung Berkah: Pemberantasan Kemiskinan di Yogyakarta melalui Pemanfaatan Zakat
Berikutnya: NTTI Kembangkan Program Pendidikan Lingkungan di Pulau Bangka, Sulawesi Utara

Baca Kabar dan Cerita Lainnya

kubus kayu warna-warni di atas jungkat-jungkit kayu Menciptakan Keadilan Pajak untuk Kesejahteraan Bersama
  • Eksklusif
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Menciptakan Keadilan Pajak untuk Kesejahteraan Bersama

Oleh Abul Muamar
22 Agustus 2025
penggiling daging di peternakan Menghentikan Pendanaan Peternakan Industri di Vietnam: Jalan Menuju Pendanaan Sistem Pangan yang Adil dan Berkelanjutan
  • Opini
  • Unggulan

Menghentikan Pendanaan Peternakan Industri di Vietnam: Jalan Menuju Pendanaan Sistem Pangan yang Adil dan Berkelanjutan

Oleh Brian Cook
22 Agustus 2025
dua orang sedang menandatangani dokumen di atas meja Pembaruan Kemitraan Indonesia-PBB dalam Agenda SGDs 2030
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Pembaruan Kemitraan Indonesia-PBB dalam Agenda SGDs 2030

Oleh Abul Muamar
21 Agustus 2025
sekelompok perempuan dan dua laki-laki berfoto bersama. Bagaimana Para Perempuan di Kampung Sempur Bogor menjadi Aktor dalam Mitigasi Bencana Longsor
  • Konten Komunitas
  • Unggulan

Bagaimana Para Perempuan di Kampung Sempur Bogor menjadi Aktor dalam Mitigasi Bencana Longsor

Oleh Sahal Mahfudz
21 Agustus 2025
Sebuah ilustrasi karya Frendy Marcelino yang menggambarkan tumpukan tote bag dan tumbler tak terpakai yang tumpah keluar dari sebuah tumbler besar. Fenomena Penumpukan Produk Ramah Lingkungan di Indonesia
  • Kolom IS2P
  • Opini
  • Partner
  • Unggulan

Fenomena Penumpukan Produk Ramah Lingkungan di Indonesia

Oleh Nadia Andayani
20 Agustus 2025
orang-orang menonton pertunjukan teater “Robohnya Sekolah Rakyat Kami” Merenungi Suramnya Dunia Pendidikan lewat Teater “Robohnya Sekolah Rakyat Kami”
  • Konten Komunitas
  • Unggulan

Merenungi Suramnya Dunia Pendidikan lewat Teater “Robohnya Sekolah Rakyat Kami”

Oleh Nareswari Reswara Widya
20 Agustus 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia