Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan
  • GNA Internasional
  • Jadi Member
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Akar Rumput
  • Muda
  • Siaran Pers
  • Corporate Sustainability
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Kebakaran Hutan dan Perburuan Satwa Liar Ancam Keanekaragaman Hayati Taman Nasional Khao Yai

Kebakaran hutan dan perburuan satwa liar menimbulkan ancaman serius terhadap keanekaragaman hayati Taman Nasional Khao Yai di Thailand.
Oleh Sukma Prasanthi
27 Maret 2025
A wildfire burns through a forest, with tall flames and thick smoke.

Foto: Freepik.

Perburuan satwa liar merupakan isu besar di seluruh dunia, yang bukan hanya sekadar pembunuhan hewan. Dalam banyak kasus, perburuan satwa liar juga melibatkan pembakaran hutan. Masalah ini semakin diperparah oleh kekeringan akibat perubahan iklim, sehingga meningkatkan potensi dan intensitas kebakaran hutan. Di Thailand, kebakaran hutan dan perburuan satwa liar menimbulkan ancaman serius terhadap keanekaragaman hayati Taman Nasional Khao Yai.

Taman Nasional Khao Yai

Taman Nasional Khao Yai, bagian dari Kompleks Hutan Dong Phayayen-Khao Yai, merupakan situs Warisan Dunia UNESCO. Taman ini dikenal karena keanekaragaman hayati dan peran ekologisnya yang luar biasa. Berdiri pada tahun 1962 sebagai taman nasional pertama di Thailand, taman ini membentang seluas 2.168 kilometer persegi di empat provinsi: Nakhon Ratchasima, Saraburi, Prachinburi, dan Nakhon Nayok.

Khao Yai merupakan rumah bagi lebih dari 2.500 spesies tumbuhan dan lebih dari 800 spesies hewan, termasuk satwa liar yang terancam punah. Sayangnya, kawasan konservasi yang kaya akan sumber daya alam dan warisan budaya ini menghadapi ancaman yang semakin meningkat.

Kebakaran Hutan dan Perburuan Satwa Liar

Ancaman utama berupa kebakaran hutan di kawasan tersebut. Pada  3 Januari 2025, kebakaran hebat terjadi di belakang Wat Udomsuk di Phaya Yen, dekat Taman Nasional Khao Yai. Kebakaran tersebut membakar sekitar 200 rai (32 hektare) hutan.

Kebakaran lainnya terjadi pada 5 Januari di Ban Hua Krok, menyebar ke area Cagar Alam Khao Siad Ah dan mengancam area sekitarnya. Pada 7 Januari, angin kencang dan medan yang sulit dijangkau memperparah kobaran api, menghanguskan lebih dari 1.000 rai (160 hektare) hutan.

Pihak berwenang setempat menduga bahwa perburuan satwa liar ilegal berperan besar dalam peristiwa ini. Adanya bukti seperti selongsong peluru dan perangkap satwa liar menunjukkan bahwa pemburu sengaja membakar hutan untuk mengusir hewan dari hutan. Kondisi hutan yang kering dan angin kencang membuat api semakin sulit dikendalikan, sehingga dapat menyebar dengan cepat.

Meningkatkan Manajemen dan Mitigasi

Kebakaran hutan membahayakan banyak spesies yang bernaung di Taman Nasional Khao Yai. Perburuan dan kebakaran yang menggusur dan membunuh hewan-hewan juga merusak habitat mereka. Tidak hanya itu, hilangnya vegetasi juga mengganggu keseimbangan ekologi taman dengan mengurangi sumber makanan dan melemahkan kemampuannya untuk menyerap karbon.

Oleh karena itu, dibutuhkan serangkaian strategi komprehensif untuk melindungi Khao Yai, keanekaragaman hayati yang hidup di dalam dan di sekitarnya, serta orang-orang yang tinggal di dekat kawasan hutan tersebut. Salah satu kuncinya adalah membentuk tim tanggap kebakaran hutan dan merumuskan strategi yang secara efisien dapat mengirimkan petugas jika terjadi kebakaran hutan. Hal ini harus mencakup strategi evakuasi, jaminan pasokan air, dan dukungan tambahan seperti helikopter.

Selain itu, Khao Yai membutuhkan rencana pencegahan dan manajemen kebakaran hutan. Berinvestasi dalam sistem deteksi dini kebakaran hutan, melibatkan komunitas lokal, dan menerapkan hukuman yang lebih ketat terhadap perburuan liar adalah beberapa langkah ke arah yang benar. Tanpa tindakan proaktif, perburuan liar dan kebakaran hutan akan semakin merusak keanekaragaman hayati dan ekosistem Khao Yai yang menjadi tempat bernaung satwa liar dan sumber penghidupan masyarakat setempat.

Editor: Nazalea Kusuma

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia

Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Belajar, berbagi, berjejaring, dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Jadi Member Sekarang

Continue Reading

Sebelumnya: Ruang Bersama Indonesia untuk Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Desa
Berikutnya: Memperkuat Regulasi terkait Produk MPASI Komersial

Lihat Konten GNA Lainnya

Fasilitas LNG di dekat laut. Menilik Dampak Proyek LNG di Tengah Pusaran Transisi Energi
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Menilik Dampak Proyek LNG di Tengah Pusaran Transisi Energi

Oleh Andi Batara
29 Oktober 2025
Sebuah nampan berisi ikan yang di sekitarnya terdapat sikat, pisau, dan makanan laut lainnya. Memanfaatkan Limbah Makanan Laut sebagai Peluang Ekonomi Biru yang Berkelanjutan
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Memanfaatkan Limbah Makanan Laut sebagai Peluang Ekonomi Biru yang Berkelanjutan

Oleh Attiatul Noor
29 Oktober 2025
Pembangkit listrik tenaga nuklir dengan dua menara pendingin besar yang mengeluarkan uap di malam hari, dikelilingi lampu-lampu dan struktur industri lainnya. Menilik PLTN Terapung: Potensi dan Tantangan Energi Nuklir di Indonesia
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Menilik PLTN Terapung: Potensi dan Tantangan Energi Nuklir di Indonesia

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
28 Oktober 2025
Seorang pria menjual dan mengipas jagung bakar di samping meja yang penuh dengan kelapa muda. Mengintegrasikan Keberlanjutan dalam Upaya Gastrodiplomasi Indonesia
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mengintegrasikan Keberlanjutan dalam Upaya Gastrodiplomasi Indonesia

Oleh Nazalea Kusuma dan Dina Oktaferia
28 Oktober 2025
Cover buku We are Eating the Earth: The Race to Fix Our Food System and Save Our Climate oleh Michael Grunwald. Bagaimana Memberi Makan Sembilan Miliar Orang Sembari Mendinginkan Langit?
  • GNA Knowledge Hub
  • Kolom Penasihat GNA
  • Resensi Buku

Bagaimana Memberi Makan Sembilan Miliar Orang Sembari Mendinginkan Langit?

Oleh Jalal
27 Oktober 2025
orang-orang diatas pohon saling membantu naik ke atas Bukan Sekadar Memimpin, tapi Juga Melakukan Transformasi: Bagaimana Perempuan Membentuk Kembali Keadilan Iklim di Asia
  • GNA Knowledge Hub
  • Opini

Bukan Sekadar Memimpin, tapi Juga Melakukan Transformasi: Bagaimana Perempuan Membentuk Kembali Keadilan Iklim di Asia

Oleh Cut Nurul Aidha dan Aimee Santos-Lyons
27 Oktober 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Laporan Akar Rumput GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia