Meningkatkan Inklusi Difabel dalam Dunia Kerja
Setiap orang berhak menentukan pilihan dalam hidupnya, termasuk difabel. Mendukung difabel dengan sumber daya dan lingkungan yang tepat untuk bekerja dan mencari nafkah adalah salah satu bentuk dukungan. Seiring perkembangan dunia kerja, apa saja aspek penting dalam menciptakan inklusi difabel?
Hak Bekerja bagi Difabel
Pekerjaan memungkinkan setiap orang untuk menggunakan keterampilan untuk mencari nafkah, yang dapat menentukan arah kehidupan. Hak atas pekerjaan bagi difabel ditegaskan dalam Pasal 27 Konvensi PBB tentang Hak Difabel. Konvensi ini mengakui “hak atas kesempatan untuk mencari nafkah melalui pekerjaan yang dipilih atau diterima secara bebas di pasar tenaga kerja dan lingkungan kerja yang terbuka, inklusif, dan dapat diakses oleh difabel.”
Sayangnya, pemenuhan hak atas pekerjaan bagi difabel masih menemui jalan terjal. Dalam laporan mengenai inklusi difabel dalam dunia usaha, Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) menyebutkan bahwa rata-rata difabel memiliki kemungkinan dua kali lebih kecil untuk mendapatkan pekerjaan dibandingkan dengan non-difabel. Ada hambatan terkait aksesibilitas dalam lingkungan, transportasi, produk, dan layanan yang menghalangi kemampuan mereka untuk bekerja. Selain itu, kurangnya manfaat, sumber daya, dan dukungan yang inklusif menimbulkan tantangan lebih lanjut terhadap kesejahteraan dan kesejahteraan difabel.
Tren & Tantangan
Dalam laporan lainnya, ILO menyatakan bahwa perkembangan teknologi dan skil, perubahan budaya, pergeseran demografi, dan perubahan iklim merupakan faktor-faktor yang akan mempengaruhi masa depan pekerjaan bagi difabel. Oleh karena itu, pemberi kerja harus mempertimbangkan aspek-aspek ini dalam upaya mereka meningkatkan inklusi difabel di dunia kerja yang terus berkembang.
Revolusi teknologi, pengembangan keterampilan, dan perubahan iklim mempunyai keterkaitan yang erat. Jika dirancang secara inklusif, teknologi dapat membantu difabel dengan fitur-fitur yang dapat diakses seperti navigasi keyboard, ucapan-ke-teks, dan peningkatan keterbacaan, sehingga memungkinkan akses dan peluang yang lebih baik di dunia kerja.
Namun, pada saat yang sama, perkembangan teknologi akan mengharuskan difabel untuk memiliki keterampilan tambahan untuk mengimbangi dan menghindari risiko kehilangan pekerjaan. Kini, seiring perubahan iklim, perusahaan-perusahaan telah mulai mengalihkan operasi mereka ke arah keberlanjutan. Hal ini akan menciptakan lapangan kerja baru sekaligus menuntut keterampilan baru. Menciptakan inklusi difabel dalam dunia kerja juga berarti menyediakan sumber daya dan dukungan yang memadai bagi difabel untuk terus mengembangkan keterampilan dan kemampuan agar bisa berkembang di dunia kerja.
Mewujudkan Inklusi Difabel dalam Dunia Kerja
Pembangunan Berkelanjutan bertujuan untuk menciptakan masa depan yang adil dimana tidak ada seorang pun yang tertinggal. Mengintegrasikan inklusi difabel dalam dunia kerja menjadi aspek penting dalam mencapai visi tersebut. ILO memberikan peta jalan untuk mendukung hal itu:
- Mengintegrasikan inklusi difabel ke dalam bentuk-bentuk pekerjaan dan hubungan kerja yang baru.
- Menjadikan pengembangan keterampilan dan pembelajaran seumur hidup yang inklusif bagi difabel.
- Menanamkan Desain Universal dalam pengembangan semua infrastruktur, produk, dan layanan baru.
- Menjadikan teknologi bantuan yang ada dan yang baru dikembangkan terjangkau dan tersedia bagi difabel.
- Melibatkan difabel di wilayah perekonomian yang sedang tumbuh dan berkembang.
Inklusi difabel dalam dunia kerja mencakup banyak aspek. Karena itu, diperlukan partisipasi dari seluruh pemangku kepentingan. Pengusaha, pembuat kebijakan, serikat pekerja, organisasi, dan aktor-aktor penting lainnya harus bekerja sama untuk menciptakan dunia kerja di mana difabel dapat berkembang.
Editor: Nazalea Kusuma
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.
Kami harap konten ini bermanfaat bagi Anda.
Berlangganan Green Network Asia – Indonesia untuk mendapatkan akses tanpa batas ke semua kabar dan cerita yang didesain khusus untuk membawakan wawasan lintas sektor tentang pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan keberlanjutan (sustainability) di Indonesia dan dunia.
Madina adalah Reporter di Green Network Asia. Dia adalah alumni program sarjana Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Dia memiliki tiga tahun pengalaman profesional dalam editorial dan penciptaan konten kreatif, penyuntingan, dan riset.