AC Ventures: ESG dan Investasi Berdampak untuk Startup Asia Tenggara

Lauren Blasco, Principal - Head ESG di AC Ventures. | Foto oleh AC Ventures.
Belakangan ini Asia Tenggara menjadi hot spot bagi perkembangan perusahaan rintisan (startups). Jumlah pengguna internet di Asia Tenggara hingga tahun 2021 mencapai 440 juta, yaitu sekitar 75% total populasi. Namun, jumlah pengguna internet yang besar itu timpang relatif terhadap aksesibilitas dan sumber daya yang masih rendah di kawasan. Di sinilah startup mengambil peran, menjembatani kesenjangan antara konsumen dengan layanan yang mereka inginkan.
Google, Temasek, Bain & Co melaporkan bahwa ekonomi digital Asia Tenggara meningkat tiga kali lipat antara tahun 2015 hingga 2020. Pada tahun 2025, Jungle Ventures memproyeksikan jumlah itu dapat mencapai valuasi 1 triliun USD.
Jumat pagi (14/10/2022), Green Network mewawancarai Lauren Blasco, Kepala ESG di AC Ventures. Lauren berbagi wawasan tentang iklim startup di Asia Tenggara saat ini, ESG, dan mengapa kita mesti melakukan investasi berdampak (impact investing).
Bisa ceritakan tentang organisasi dan peran Anda?
AC Ventures adalah perusahaan modal ventura yang memberikan pendanaan tahap awal dan berfokus pada para disruptor teknologi digital di Indonesia.
Saya memegang multi-peran– dengan fokus pada pelaporan dan kebijakan; menciptakan filosofi dampak perusahaan dan pertimbangan ESG, memutuskan mekanisme pelaporan dan komitmen yang ingin kami integrasikan, membuat tesis pasar (market thesis) seputar ESG dan teknologi iklim serta penciptaan nilai (value creation) yang mencakup kolaborasi dan konsultasi dengan perusahaan portofolio kami dengan berfokus pada penilaian dampak bersih (net impact assessments), pengembangan kebijakan tata kelola, dan mendukung keberagaman dalam manajemen perusahaan untuk meningkatkan pertumbuhan.
Kami juga menggabungkan peta jalan khusus industri dan perusahaan serta membuat penilaian risiko dan mengembangkan strategi untuk mengurangi risiko yang ada. Dalam hal penciptaan nilai, kami menyarankan perusahaan portofolio kami tentang bagaimana menciptakan dampak dan kebijakan ESG, yang merupakan kombinasi dari tujuan perusahaan dan praktiknya. Hal itu mesti ditunjukkan dalam perubahan yang mereka coba ciptakan dan pilihan operasional yang mereka buat.
Saya juga fokus pada peluang investasi terkait ESG, teknologi bersih, dan teknologi iklim.
Apa komitmen perusahaan Anda untuk keberlanjutan (sustainability)?
ESG melekat dalam kerangka pra-investasi kami untuk mendorong penciptaan nilai berbasis dampak. Saat ini kami bekerja dengan Upright Project untuk menyusun penilaian dampak bersih kami karena kami sangat menghargai dan memahami pentingnya platform pihak ketiga untuk memastikan transparansi penuh terhadap semua pemangku kepentingan (stakeholders) kami. Rasio dampak bersih keseluruhan bagi AC Ventures dan portofolionya menghasilkan rasio dampak bersih positif sebesar 37%. Sebagai tolok ukur yang komparatif dan bermanfaat, Nasdaq Small Cap Index menghasilkan rata-rata 29% dan S&P 500 sebesar 2%.
Kami juga baru-baru ini menandatangani UNPRI (Prinsip Investasi Bertanggung Jawab PBB) dan UNWEP (Prinsip Pemberdayaan Perempuan PBB).
Selain itu, kami berpartisipasi dalam Program Invest2Equal IFC, membuat komitmen untuk inklusi gender baik di tingkat perusahaan maupun dalam investasi. Komitmen kami saat ini adalah memiliki tim yang seimbang secara gender (gender balance) 50:50, yang mana telah kami capai, dan membuat 30% dari investasi kami untuk para pendiri (founders) perempuan. Saat ini, 37% investasi kami ditujukan pada pendiri perempuan.
Bagaimana Anda menerapkan prinsip-prinsip ESG di seluruh operasional bisnis dan investasi Anda?
Di AC Ventures, pertimbangan ESG sangat penting bagi praktik operasional kami. Kami bekerja sama dengan perusahaan portofolio potensial yang ada untuk mengidentifikasi dan mengelola peluang dan risiko ESG selama proses investasi mereka. Manajemen risiko ESG yang hati-hati adalah kunci untuk memfasilitasi dampak positif terbesar bagi semua stakeholders dan juga menginformasikan keputusan investasi yang lebih baik yang memberikan pengembalian finansial yang unggul.
Apa tantangan tersulit Anda dalam mengimplementasikan ESG dan bagaimana Anda mengatasinya?
Yang paling sulit dan menantang adalah pelaporan dan data. ESG di Indonesia masih dalam tahap awal, upaya pendidikan dan pengumpulan data adalah dua hal terpenting untuk dapat membuat garis dasar (baseline) dan melakukan semua upaya ESG. Menurut saya, sebagian besar startup teknologi tidak benar-benar mengumpulkan data ini. Kita harus membuat mereka memahami informasi apa yang perlu mereka kumpulkan dan mengapa itu perlu. Saya pikir akan jauh lebih baik jika orang mengerti mengapa mereka mesti melakukan sesuatu.
Jika Anda sekadar berpikir tentang teknologi secara umum, ada begitu banyak dampak bawaan yang tertanam dalam startup teknologi. Misalnya, jika Anda melihat platform pinjaman untuk UKM, mereka menyediakan inklusi dan literasi keuangan. Jika Anda melihat platform teknologi limbah dan iklim, mereka menciptakan lapangan kerja bagi pemulung informal. Jika Anda melihat beberapa perusahaan portofolio kami yang lain, mereka memberikan pendidikan dan meningkatkan upah bagi masyarakat petani dan nelayan, juga membantu mereka mengidentifikasi praktik operasional terbaik untuk mengurangi jejak karbon. Jika mereka benar-benar bisa mempelajari apa saja yang perlu diukur, apa yang harus dilakukan, maka mereka akan benar-benar dapat mengidentifikasi cara membuat strategi seputar hal ini.
Menurut saya sebagian besar startup mungkin tidak menerapkan ESG ke dalam keseluruhan strategi mereka, tetapi itu adalah sesuatu yang sedang kami upayakan dari perspektif penciptaan nilai. Beberapa perusahaan portfolio kami sudah melangkah lebih jauh dalam perjalanan ESG mereka sehingga mereka sudah memiliki semacam kerangka kerja yang terbangun, namun sebagian lainnya masih berada di tingkat akar rumput. Kami membantu mereka mengetahui bagaimana mereka dapat membuat baseline, lalu mencari tahu area apa yang mereka sudah lakukan dengan sangat baik dan area apa yang mesti mereka tingkatkan.
Bisa ceritakan lebih banyak tentang perusahaan portofolio Anda?
Saat ini kami memiliki sekitar 120 perusahaan portofolio tempat kami berinvestasi. Sebagian besar dari mereka berada di Indonesia. Saya bisa mengatakan bahwa kami berfokus pada Indonesia hingga 90%, meskipun kami juga memiliki beberapa perusahaan portfolio di seluruh Asia Tenggara.
Apakah Anda memiliki kebijakan atau persyaratan tertentu bagi startup tempat Anda berinvestasi?
Ini sebenarnya salah satu hal yang kami integrasikan pasca-investasi. Semua startup kami memiliki fokusnya masing-masing. Jelas kami ingin mereka melangkah lebih jauh dalam perjalanan ESG mereka, tetapi kami berinvestasi ke berbagai startup terlepas mereka berada di tahap mana pun dalam perjalanan ESG mereka. Jadi tergantung di mana investasi itu berada, semuanya akan berada pada fokus yang berbeda. Itu termasuk bagian yang kami bantu untuk mereka. Jika kami percaya pada pendirinya, maka kami pasti akan membantu mereka menerapkan ESG sebagai bagian dari strategi keseluruhan mereka.
Ini semacam proses berkelanjutan di mana Anda memulai di satu tempat, dan kemudian setelah Anda mengetahuinya, Anda akan melangkah ke tempat berikutnya. Jadi ini merupakan proses yang tidak pernah selesai, Anda selalu bisa menjadi lebih baik.
Bagaimana Anda memberdayakan startup untuk menciptakan dampak yang selaras dengan ESG?
Jika Anda berbicara tentang startup, mereka cukup fokus pada banyak hal, bisnis inti mereka, penggalangan dana, dll. Jadi, ESG sepertinya bukan prioritas nomor satu mereka. Meskipun demikian, saya tahu bahwa sebagian besar startup memahami optimalisasi nilai, dan strategi ESG sejalan dengan itu untuk membantu mereka mengurangi risiko, memuluskan operasional, mengidentifikasi peluang, mengakses modal dan kenaikan (upside) valuasi. Intinya, ketika Anda baru saja mulai seperti pada startup, sebenarnya lebih mudah bagi Anda untuk menerapkan strategi ESG daripada mencoba mengubah keseluruhan rencana bisnis untuk mengimplementasikannya seperti pada korporasi besar.
Dengan menggunakan portofolio kami sebagai referensi, semua orang sangat berpikiran terbuka dan bersedia untuk menginkorporasi ESG karena mereka melihat potensi peningkatan valuasi bagi masa depan pertumbuhan bisnis mereka.
Bisa ceritakan setidaknya satu kisah berdampak (impact story) dari perusahaan portofolio Anda yang membuat Anda terkesan?
Eden Farm adalah perusahaan agroteknologi yang secara serius mengurangi jejak karbon mereka. Mereka mengupayakan cara untuk memuluskan operasional logistik, dan salah satu cara yang mereka lakukan adalah dengan memasang fasilitas pendingin di beberapa pusat distribusi untuk mengurangi pengiriman harian menjadi hanya dua kali seminggu. Jadi, jejak karbon mereka bisa berkurang drastis karena berhasil mengurangi intensitas pengiriman. Itu adalah contoh praktik baik dari perusahaan portofolio kami yang benar-benar mencoba untuk fokus mengurangi jejak karbon mereka sejak awal.

Kami melihat impact story lainnya pada Koinworks. Koinworks adalah platform pinjaman yang berfokus pada UKM. Inklusi keuangan dan literasi keuangan adalah sebagian dari dampak yang mereka ciptakan. Dari perspektif gender, mereka juga fokus pada literasi keuangan untuk pendiri perempuan di tingkat UKM.
Bagaimana Anda melihat lanskap startup di Asia Tenggara, khususnya yang terkait ESG?
Berdasarkan pengalaman saya dengan 120 perusahaan portofolio kami yang beragam, setiap orang terlihat berpikiran terbuka dan senang hati mempelajari cara-cara terbaik untuk menginkorporasi ESG. Salah satu hal yang kami upayakan adalah melakukan penilaian baseline melalui Upright Project. Kami mengukur impact ratio di semua portofolio kami. Ini benar-benar memberi perusahaan portofolio kami pemahaman tentang area apa yang sudah dilakukan dengan sangat baik dan area apa yang perlu ditingkatkan, karena adanya baseline sebagai titik berangkat.
Bagaimana Anda melihat investasi berdampak (impact investing) di Asia Tenggara khususnya dan Asia umumnya?
Komunitas investasi sangat tertarik dan mulai mengajukan lebih banyak pertanyaan seputar ESG dan dampak. Kami sudah mulai melihat pergerakan dari ‘general exclusion list’, semacam fase awal, untuk memastikan pertimbangan ESG dan filosofi dampak. Itu untuk Asia Tenggara dan Asia pada umumnya.
Ini adalah ruang gerak yang sangat cepat, jadi saya pikir kalau kita membahas ini lagi dalam tiga bulan ke depan, jawaban saya mungkin bisa lebih mendalam. Saya akan mengatakan, enam sampai dua belas bulan yang lalu lebih fokus utamanya lebih ke ‘exclusion list’, dan sekarang sudah masuk ke pertimbangan ESG, filosofi dampak, dan kerangka kerja.
Praktik baik apa yang Anda pelajari mengenai ESG di industri Anda yang juga dapat dipelajari oleh sesama rekan-rekan kepala ESG dan praktisi keberlanjutan?
Karena ini adalah ruang yang semakin penting, membuat baseline mungkin adalah hal yang paling penting karena Anda tidak dapat mengelola apa yang tidak Anda ukur. Saya pikir itu saran terbaik yang bisa saya berikan kepada Anda, untuk setiap startup atau bisnis apa pun, ciptakan baseline itu. Tanpa itu, sangat sulit untuk terjun ke dalam strategi, kerangka kerja, dll.
Banyak startup dalam jangkauan pembaca kami, boleh berbagi beberapa saran yang mungkin berguna bagi komunitas startup untuk berkembang?
Kami baru-baru ini menerbitkan laporan dampak dengan BCG, berjudul “Memperluas Dampak dengan Teknologi”. Saya akan mengatakan untuk siapa pun di dalam lingkup ini, startup, atau yang ingin memasukkan ESG, laporan tersebut akan menjadi bacaan yang bagus untuk Anda. Ketika kami mulai menulis laporan tersebut, idenya adalah untuk membuat kerangka kerja yang akan memberi panduan bagi perusahaan teknologi dan investor yang melihat paradigma baru ESG dan pelaporan dampak yang akan terjadi di pasar negara-negara berkembang (emerging market).
Tidak ada waktu yang lebih baik dari sekarang untuk memasukkan ESG ke dalam strategi keseluruhan. Satu langkah di depan peraturan-peraturan yang tak terhindarkan akan sangat menambah manfaat. Saya pikir itulah salah satu hal yang kami bicarakan dengan perusahaan portofolio kami. Perlu menyelesaikan ini dan menempatkan Anda pada pijakan terbaik sebelum regulasi terbentuk, karena begitu regulasi disahkan, saat itulah semua orang berebut, bingung, atau terperosok. Anda tidak harus melakukan semuanya sekaligus, lakukan saja sedikit demi sedikit.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa inggris di Green Network Asia.