Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Topik
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Komunitas
  • Partner
  • Siaran Pers
  • Muda
  • Dunia
  • Figur

Tetsu Nakamura, Menghidupkan Kembali Lembah yang Lama Mati

Seorang dokter asal Fukuoka, Jepang, menghabiskan puluhan tahun dalam hidupnya untuk menolong para penduduk di wilayah gurun yang terletak di bagian timur Afganistan.
Oleh Zia Ul Haq dan Nazalea Kusuma
27 Mei 2021

Tetsu Nakamura bersama warga di Afghanistan | Foto: KYODO dari Japan Times

Pada 1991, Tetsu Nakamura, bersama sebuah regu dari Peace Medical Service Japan, membuka tiga klinik di Darai Noor, Provinsi Nangarhar, wilayah timur Afganistan. Nakamura mendedikasikan diri untuk melayani kebutuhan kesehatan masyarakat pedalaman selama bertahun-tahun. Ia mempelajari bahasa yang digunakan oleh penduduk lokal dan memperlakukan mereka dengan hormat. Tentu sebagai gantinya, warga sekitar juga membalasnya dengan penghormatan dan rasa terima kasih yang sama besar.

Mulai tahun 2000, kemarau berkepanjangan melanda wilayah rawan konflik tersebut dan berdampak pada wabah penyakit akibat minimnya kebersihan dan kekurangan gizi. Saat itu, Nakamura mencetuskan bahwa para penduduk tersebut lebih membutuhkan sebuah sistem sanitasi yang baik dibandingkan 100 orang dokter.

Masalah bertambah ketika pada tahun 2001 meletus perang di Afghanistan. Nakamura dan rekan-rekannya harus pindah ke wilayah yang lebih aman. Ketika kembali ke Darai Noor, ia melihat keadaan masyarakat jauh lebih parah dari sebelumnya.

Tetsu Nakamura meyakini bahwa kurangnya asupan makanan adalah akar dari tindak kejahatan yang terjadi, seperti pencurian, kekerasan, keterlibatan dengan narkoba, bahkan keikutsertaan dalam melawan atau membela Taliban. Ia menyimpulkan bahwa mengembalikan kemampuan masyarakat dalam menghasilkan bahan makanan dan kebutuhan pokok lainnya adalah agenda utama yang musti mereka lakukan.

Tahun 2003, Nakamura lantas mengawali sebuah proyek pembangunan saluran air dari Sungai Kunar ke Gurun Gambari dengan tujuan menyediakan pasokan air untuk penduduk sekitar. Orang-orang dari Darai Noor kemudian ikut bergabung membantunya dalam proyek jangka panjang ini.

Para pekerja tersebut mendapatkan upah harian, sehingga para pengungsi kemudian memutuskan untuk kembali dan turut bekerja di saluran itu sebagai sumber pencaharian pengganti bertani. Nakamura dan timnya sempat mengalami berbagai kendala teknis pada masa-masa tersebut, namun mereka tetap bersikukuh.

“Aku hanyalah seorang dokter,” candanya. Nakamura tak pernah merasa gengsi untuk meminta saran dari para penduduk lokal maupun mencari referensi dari negara asalnya, Jepang.

Melalui jerih payahnya selama dua belas tahun, Saluran Marwarid berhasil dibangun. Dengan panjang mencapai 27 kilometer, saluran ini menyalurkan air dari Sungai Kunar ke wilayah sekitar Gurun Gambari untuk kepentingan pengairan lahan pertanian.

Setahun kemudian, Nakamura kembali memimpin proyek pembangun delapan saluran tambahan. Saluran-saluran air itu kini memasok area seluas 16.000 hectar, yang dihuni oleh lebih dari 600.000 penduduk. Gurun Gambari, yang dulu dijuluki sebagai Lembah Kematian, kini berubah menjadi lahan kaya yang dipenuhi oleh sawah padi, peternakan, lumbung makanan, dan disibukkan oleh perdagangan.

Bagi penduduk Darai Noor yang telah memperoleh semangat hidupnya kembali, mulai memikirkan apa saja yang perlu mereka lakukan untuk bertahan dan melanjutkan kebaikan yang telah mereka peroleh. Nakamura dipercaya oleh orang-orang tersebut untuk membantu mereka dan memeriksa proyek-proyek yang ia rencanakan—dan ia selalu menepati janjinya.

Nakamura terus membimbing masyarakat sekitar dalam proyek-proyek yang dibuat berdasarkan kebutuhan mereka. Salah satu di antaranya yang paling berdampak adalah pembangunan masjid, yang kemudian juga berfungsi sebagai pusat kegiatan masyarakat, sekolah atau madrasah yang mengajarkan mata pelajaran dasar dan pendidikan agama untuk lebih dari 600 orang anak, selain juga sebagai tempat pelaksanaan ritual keagamaan.

“Air, bukan senjata,” adalah prinsip yang diyakini Nakamura. Ia juga menekankan bahwa perdamaian bukanlah tujuan, melainkan hasil yang diperoleh dari perbaikan kehidupan masyarakat.

Kematiannya di tahun 2019 sangat memukul rakyat Afganistan. Kaka Murad, panggilan mereka untuk Nakamura, begitu dihormati oleh warga Afganistan sehingga ia dikaruniai status warganegara kehormatan di sana.

Menjelang akhir masa hidupnya, Nakamura meluncurkan sebuah proyek untuk membangun pusat pelatihan guna meneruskan pengalaman dan pengetahuannya dalam membangun saluran pengairan, yang disebut Metode Nakamura, kepada para teknisi muda dari area-area kekeringan dari seluruh penjuru negeri. Dan dengan demikian, warisan Tetsu Nakamura menjadi abadi.

Penerjemah: Inez Kriya

Versi asli tulisan ini dalam bahasa Inggris dapat dibaca di sini.


Berlangganan Green Network Asia – Indonesia
Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Pilih Paket Langganan

Zia Ul Haq
Reporter at Green Network Asia | Website |  + posts Bio

Zia adalah Reporter di Green Network Asia. Ia adalah lulusan program sarjana Pendidikan Islam dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Saat ini Ia aktif menjadi Pendamping Belajar di Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah (KBQT).

  • Zia Ul Haq
    https://greennetwork.id/author/ziatuwel/
    Bayar Kuliah dengan Inovasi: Pendidikan Berkelanjutan ala DTECH-ENGINEERING
  • Zia Ul Haq
    https://greennetwork.id/author/ziatuwel/
    Komitmen Tingkatkan Debit Air Tanah, Desa Warugunung Gelar Aksi Menanam Pohon
  • Zia Ul Haq
    https://greennetwork.id/author/ziatuwel/
    Aksi Menanam Pohon Bersama Sakola Wanno, Layanibumi, dan Green Network Asia
  • Zia Ul Haq
    https://greennetwork.id/author/ziatuwel/
    Mimpi Gerakan LindungiHutan Tanam 270 Juta Pohon
Nazalea Kusuma
Editor at Green Network Asia | Website |  + posts Bio

Naz adalah Manajer Publikasi Digital Internasional di Green Network Asia. Ia pernah belajar Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota dan tinggal di beberapa kota di Asia Tenggara. Pengalaman pribadi ini memperkaya persepektifnya akan masyarakat dan budaya yang beragam. Naz memiliki sekitar satu dekade pengalaman profesional sebagai penulis, editor, penerjemah, dan desainer kreatif.

  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Mengulik Tren Gaya Hidup Minimalis di TikTok
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Mengatasi Tantangan dalam Implementasi Adaptasi Berbasis Ekosistem (EbA)
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Polusi Cahaya dan Dampaknya terhadap Manusia dan Makhluk Hidup Lainnya
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Menurunnya Keterampilan Literasi Orang Dewasa di Seluruh Dunia

Continue Reading

Sebelumnya: Dua Puluh Lima Tahun Kerja Sadiman Merawat Bumi
Berikutnya: Tugas Tanpa Henti Zhang Junping: Dari Bekas Tambang Menjadi Tanah Permai

Artikel Terkait

Edy Suranta Ginting, Menyulap Sampah Plastik menjadi Lukisan
  • Figur
  • Unggulan

Edy Suranta Ginting, Menyulap Sampah Plastik menjadi Lukisan

Oleh Abul Muamar dan Agung Bukit
21 November 2024
seorang perempuan memakai pakaian adat berdiri di sebuah stand Sulawesi Tengah Fitriani Bintang Akaseh, ASN yang Bekerja Melampaui Kewajiban untuk Pemberdayaan Masyarakat
  • Figur
  • Unggulan

Fitriani Bintang Akaseh, ASN yang Bekerja Melampaui Kewajiban untuk Pemberdayaan Masyarakat

Oleh Abul Muamar
10 Juni 2024
Insan Kebudayaan Penggerak Perubahan Sosial dan Lingkungan
  • Figur
  • Founder's Letter
  • Unggulan

Insan Kebudayaan Penggerak Perubahan Sosial dan Lingkungan

Oleh Marlis Afridah
21 November 2023
seorang pria botak duduk di depan sebuah pohon besar di hutan. Dedikasi Alex Waisimon Menjaga Hutan Adat dan Satwa Endemik Papua
  • Figur
  • Partner
  • Unggulan

Dedikasi Alex Waisimon Menjaga Hutan Adat dan Satwa Endemik Papua

Oleh Abul Muamar
14 September 2023
seorang perempuan berpakaian merah rajutan berdiri di depan pintu dengan dedaunan di atasnya. Lian Gogali, Menghidupkan Kembali Harmoni di Poso Lewat Sekolah Perdamaian
  • Figur
  • Partner
  • Unggulan

Lian Gogali, Menghidupkan Kembali Harmoni di Poso Lewat Sekolah Perdamaian

Oleh Abul Muamar
13 September 2023
seorang perempuan berkaca mata sedang mengajar dengan memegang papan tulis dengan huruf-huruf alfabet. Butet Manurung, Memberikan Pendidikan yang Memerdekakan untuk Masyarakat Adat Orang Rimba
  • Figur
  • Partner
  • Unggulan

Butet Manurung, Memberikan Pendidikan yang Memerdekakan untuk Masyarakat Adat Orang Rimba

Oleh Abul Muamar
11 September 2023

Tentang Kami

  • Founder’s Letter GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Siaran Pers GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Internship GNA
  • Hubungi Kami
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia - Indonesia.