Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • GNA Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Soft News
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Komunitas
  • Siaran Pers
  • Muda
  • ESG
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Kematian 3 Harimau di Medan Zoo: Urgensi Penguatan Sistem Pengelolaan Lembaga Konservasi

Kematian tiga harimau di Medan Zoo dan di berbagai lembaga konservasi lainnya mesti menjadi alarm akan pentingnya memperkuat sistem pengelolaan lembaga konservasi.
Oleh Abul Muamar
15 Januari 2024
seekor harimau sumatera sedang tidur

Foto: Sam di Unsplash.

Sejak berabad-abad yang lalu, manusia telah menciptakan kebun binatang, yang menempatkan hewan-hewan langka di dalamnya. Pada umumnya, orang-orang mengunjungi kebun binatang untuk mengenal lebih dekat berbagai satwa langka atau sekadar mencari hiburan. Namun mirisnya, dalam banyak kasus, kebun binatang menjadi tempat yang membuat hewan-hewan hidup dalam penderitaan dan jauh dari kehidupan alamiahnya. Pada awal Januari 2024, tiga harimau dilaporkan mati di Kebun Binatang Medan (Medan Zoo) dalam kurun waktu November-Desember 2023.  

Tiga harimau tersebut terdiri dari dua harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) dan satu harimau benggala (Panthera tigris tigris). Pengelolaan kebun binatang yang buruk disebut-sebut sebagai penyebab utama kematian tiga harimau tersebut.

Kematian Harimau dan Kondisi Medan Zoo

Harimau pertama yang mati adalah Erha, seekor harimau sumatera jantan berumur 11 tahun pada awal November 2023. Kemudian, pada awal Desember, menyusul kematian seekor harimau Benggala bernama Avatar. Terakhir adalah harimau Sumatera betina berusia 9 tahun bernama Nurhaliza, yang mati pada 31 Desember 2023 setelah mengalami pneumonia dan penyakit ginjal.

Kematian tiga harimau tersebut tidak terlepas dari krisis keuangan yang dialami Medan Zoo dalam beberapa tahun terakhir. Reportase Kompas menyebutkan bahwa krisis keuangan Medan Zoo telah berlangsung sejak Pandemi COVID-19 dan tidak kunjung teratasi. Puncaknya, kebun binatang tersebut berutang biaya pakan ternak kepada vendor selama empat bulan. Selain itu, gaji para pegawai juga tidak dibayarkan sejak Agustus 2023.

Medan Zoo merupakan kebun binatang yang berada di bawah naungan Pemerintah Kota Medan, dengan status sebagai perusahaan daerah. Kondisi Taman Margasatwa Kota Medan itu terbengkalai dalam beberapa tahun terakhir, dengan sebagian besar kandang kotor dan rusak dan rumput-rumput ilalang tumbuh tinggi tak terurus.

Berdasarkan pemantauan dan evaluasi Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara, pengelolaan satwa di Medan Zoo belum memenuhi standar pengelolaan lembaga konservasi, terutama pada aspek kesejahteraan hewan dan tata kelola lingkungan. “Hal ini terlihat dari kandang satwa buas yang kurang baik seperti kandang yang sudah mulai rusak dan lembab yang mengakibatkan penurunan kesehatan satwa,” kata Kepala BBKSDA Sumut, Rudianto Saragih.

Memperkuat Sistem Pengelolaan Lembaga Konservasi

Kematian satwa di lembaga konservasi seperti yang terjadi di Medan Zoo bukanlah yang pertama kali terjadi di Indonesia, melainkan sudah cukup sering. Hal ini mesti menjadi alarm akan pentingnya memperkuat sistem pengelolaan lembaga konservasi, terutama dalam kondisi ketidakpastian akibat berbagai krisis yang tengah melanda dunia. 

Regulasi, kebijakan, hingga panduan nasional terkait pengelolaan lembaga konservasi mesti diperbarui dan ditingkatkan, termasuk dalam hal penyelamatan satwa dalam kondisi darurat atau insidental dan menjamin kesejahteraan pekerja di dalamnya. Yang tak kalah penting, pemberian izin, pemantauan dan evaluasi, hingga penegakan sanksi terkait kinerja lembaga konservasi juga mesti diperkuat di semua tingkatan. Meningkatkan kemitraan dengan berbagai pihak yang memiliki visi dan misi yang sejalan dengan lembaga konservasi juga dapat langkah yang berarti meski bukan solusi tunggal.

Pada akhirnya, lebih dari sekadar institusi tempat pelestarian dan perlindungan satwa, lembaga konservasi juga mesti mendukung upaya mewujudkan target pembangunan berkelanjutan, termasuk menciptakan pekerjaan yang layak dan peluang pengembangan ekonomi berkelanjutan.

Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan Langganan GNA Indonesia.

Jika konten ini bermanfaat, harap pertimbangkan Langganan GNA Indonesia untuk mendapatkan akses digital ke wawasan interdisipliner dan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Pilih Paket Langganan Anda

Abul Muamar
Managing Editor at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Amar adalah Manajer Publikasi Digital Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah alumnus Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor untuk beberapa media tingkat nasional di Indonesia. Ia juga adalah penulis, editor, dan penerjemah, dengan minat khusus pada isu-isu sosial-ekonomi dan lingkungan.

  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Dunia yang Kian Gemerlap dan Kelap-kelip Kunang-Kunang yang Kian Lenyap
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Peta Jalan Dekarbonisasi Industri untuk Tekan Emisi di Subsektor Intensif-Energi
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Menciptakan Keadilan Pajak untuk Kesejahteraan Bersama
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Pembaruan Kemitraan Indonesia-PBB dalam Agenda SGDs 2030

Continue Reading

Sebelumnya: Deklarasi E-sak Ka Ou Serukan Pengakuan terhadap Hak-Hak Masyarakat Adat dan Aksi Iklim
Berikutnya: Inisiatif SEAHEARTS WHO untuk Percepat Penanganan Penyakit Kardiovaskular di Asia Tenggara

Lihat Konten GNA Lainnya

ilustrasi misinformasi; manekin kepala dengan bagian atas terbuka menerima koran yang dilabeli tulisan palsu Menangkal Masifnya Penyebaran Misinformasi dan Disinformasi
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Menangkal Masifnya Penyebaran Misinformasi dan Disinformasi

Oleh Seftyana Khairunisa
12 September 2025
Seorang anak berkacamata menerima piring berisi makanan. Menengok Bagaimana Program Makan Gratis di Sekolah di Amerika Latin dan Karibia
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Menengok Bagaimana Program Makan Gratis di Sekolah di Amerika Latin dan Karibia

Oleh Attiatul Noor
12 September 2025
pembagian makanan kepada anak-anak Menyalakan Kemanusiaan dengan Menyelamatkan dan Mendistribusikan Makanan Berlebih
  • GNA Knowledge Hub
  • Komunitas

Menyalakan Kemanusiaan dengan Menyelamatkan dan Mendistribusikan Makanan Berlebih

Oleh Dilla Atqia Rahmah
11 September 2025
Seorang perempuan pengguna kursi roda sedang meraih tombol lift. Kunci untuk Memastikan Sistem Transportasi Perkotaan yang Inklusif di Asia-Pasifik
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Kunci untuk Memastikan Sistem Transportasi Perkotaan yang Inklusif di Asia-Pasifik

Oleh Dinda Rahmania
11 September 2025
foto udara pemukiman padat yang ada di dekat bantaran sungai perkotaan Jerat Kemiskinan di Perkotaan
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Jerat Kemiskinan di Perkotaan

Oleh Seftyana Khairunisa
10 September 2025
seorang anak perempuan menulis dengan kapur di papan tulis hitam Bagaimana Pendidikan Lingkungan Dukung Ketahanan di Odisha, India
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Pendidikan Lingkungan Dukung Ketahanan di Odisha, India

Oleh Attiatul Noor
10 September 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia