Menilik Peluang dan Tantangan Penggunaan AI dalam Pendidikan
Kecerdasan buatan (AI) telah merambah ke hampir setiap aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Lantas, apa saja peluang dan tantangan penggunaan AI dalam pendidikan?
Peluang Penggunaan AI dalam Pendidikan
Secara umum, AI merujuk pada kemampuan mesin untuk menjalankan beberapa fungsi kognitif yang berkaitan dengan pikiran manusia. Banyak orang yang telah memanfaatkan AI untuk membantu pekerjaan sehari-hari, termasuk dalam urusan rumah tangga dan kerja-kerja digital. AI juga semakin banyak digunakan untuk membantu mengatasi isu-isu yang lebih spesifik, seperti pemantauan kebakaran hutan dan pertanian cerdas.
Hal serupa juga terjadi dalam dunia pendidikan. Ada banyak peluang pemanfaatan AI dalam pendidikan yang dapat mendukung pembelajaran siswa jika diterapkan dengan benar. Dalam kertas kerjanya, OECD mengeksplorasi bagaimana perangkat AI yang berpusat pada siswa dapat membantu meningkatkan pembelajaran melalui pembelajaran adaptif dan personal, pendidikan berbasis simulasi, dan dukungan tambahan untuk konten pendidikan yang dapat diakses.
Sebagai contoh, dalam sebuah eksperimen selama enam minggu di Nigeria, Bank Dunia menemukan bahwa penggunaan AI generatif di bawah pengawasan guru menghasilkan dampak positif dalam hal peningkatan nilai para siswa sekolah menengah tahun pertama. Sistem bimbingan belajar cerdas, yakni sistem pembelajaran berbasis komputer yang memanfaatkan AI untuk melacak pekerjaan siswa dan memberikan umpan balik yang disesuaikan, dapat menawarkan pembelajaran personal dan adaptif bagi siswa dari berbagai latar belakang berdasarkan karakteristik dan pola belajar mereka.
Selain itu, simulasi berbasis AI, seperti realitas virtual (VR) dan realitas tertambah (AR), juga dapat menawarkan pembelajaran yang lebih mendalam dan interaktif. Alat-alat ini dapat mendukung siswa dengan kebutuhan pendidikan khusus melalui bantuan visual, pendengaran, dan bantuan lain yang diperlukan.
Tantangan
Namun, pada saat yang sama, AI dalam pendidikan juga menimbulkan kekhawatiran serius. Popularitas perangkat AI yang naik daun seperti ChatGPT telah menyebabkan maraknya plagiarisme dalam dunia akademik. Tanpa batasan yang jelas, penggunaan AI untuk mengerjakan tugas-tugas akademik dapat sangat merusak nilai penelitian, pemikiran kritis, dan keseluruhan proses pembelajaran.
Lebih lanjut, banyak perangkat AI yang digunakan dalam pendidikan memanfaatkan dan menyimpan banyak data untuk operasinya, termasuk identitas, lokasi, dan aktivitas siswa. Hal ini berpotensi menimbulkan masalah etika dan privasi, terutama bagi anak-anak yang mungkin belum memahami implikasi dari berbagi data.
Sementara itu, kemunculan AI juga semakin memperlebar jurang kesenjangan digital dan teknologi. Di saat teknologi digital berkembang pesat, ribuan orang di seluruh dunia masih berjuang dengan listrik. Oleh karena itu, penerapan AI dalam pendidikan harus mempertimbangkan kenyataan ini. Sebaliknya, jika memungkinkan, AI harus dapat membantu menjembatani kesenjangan tersebut.
Selain itu, bias dan kesalahan yang kerap ditemukan dalam teknologi AI dapat melanggengkan ketimpangan, diskriminasi terhadap orang dengan disabilitas, dan bentuk diskriminasi lain yang dapat merugikan komunitas marginal.
Dalam konteks yang jauh lebih luas, penggunaan AI juga memiliki dampak lingkungan yang signifikan. Sebagian besar peralatan dan infrastruktur AI dibuat dengan mineral kritis dan unsur tanah langka lainnya, yang dapat menyebabkan ekstraksi sumber daya alam secara berlebihan. Tidak sampai di situ, penyimpanan data menggunakan air dalam jumlah berlebih selama konstruksi, yang berlangsung di tengah krisis air global. Meningkatnya limbah elektronik beracun dan konsumsi energi dan bahan bakar fosil yang berlebihan juga memengaruhi kesehatan manusia dan Bumi, serta memperparah perubahan iklim.
Penggunaan Teknologi yang Bertanggung Jawab
Perkembangan teknologi terbaru tidak boleh dilakukan dengan mengorbankan manusia dan planet Bumi. Keselamatan dan kesejahteraan siswa tetap harus menjadi prioritas utama dalam memajukan pendidikan.
Di tengah peluang dan tantangan tersebut, UNESCO telah menerbitkan rekomendasi mengenai etika pemanfaatan AI, dengan fokus pada empat nilai inti: HAM dan martabat manusia; hidup dalam masyarakat yang damai, adil, dan saling terhubung; memastikan keberagaman dan inklusivitas; serta lingkungan dan ekosistem yang berkembang. Selain itu, UNESCO juga meluncurkan pedoman dan kerangka kerja yang ditujukan bagi para pembuat kebijakan, guru, dan siswa untuk memastikan penggunaan AI yang aman, efektif, dan bertanggung jawab dalam pendidikan.
Saat ini, dunia masih dalam tahap awal penggunaan AI yang meluas dan umum, tetapi perluasan yang terjadi berlangsung cepat. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut, peraturan yang ketat, dan kerangka kerja yang komprehensif untuk mengarahkan perkembangan agar bahaya dapat dihindari dan tercipta masa depan yang lebih baik bagi semua.
Editor: Nazalea Kusuma
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Madina adalah Reporter di Green Network Asia. Dia adalah alumni program sarjana Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Dia memiliki tiga tahun pengalaman profesional dalam editorial dan penciptaan konten kreatif, penyuntingan, dan riset.