Bayar Kuliah dengan Inovasi: Pendidikan Berkelanjutan ala DTECH-ENGINEERING
Bagaimana jika ada kampus yang tidak memungut biaya pendidikan dari mahasiswanya? Bagaimana jika mahasiswa membayar kuliah dengan karya dan inovasi? Itulah yang dipraktikkan oleh DTECH-ENGINEERING, sebagai salah satu strategi mereka dalam melaksanakan proyek pendidikan berkelanjutan (Sustainable Education Project).
DTECH-ENGINEERING adalah perusahaan teknologi yang berfokus pada riset dan pengembangan teknologi baru. Sejak berdiri pada tahun 2009, dimulai dengan modal laptop bekas senilai 1,5 juta rupiah, DTECH-ENGINEERING yang berlokasi di Salatiga ini telah mengerjakan lebih dari 300 proyek inovasi dari berbagai negara di seluruh dunia. Ada empat layanan utama DTECH ENGINEERING, yaitu pengembangan produk, desain permesinan, analisa permesinan, dan pembuatan purwarupa. Pelanggannya tersebar dari berbagai negara.
Salah satu karya yang sempat viral adalah ketika pada tahun 2013 mereka berhasil menjuarai kompetisi tiga dimensi (3D) design engineering untuk jet engine bracket (penggantung mesin jet pesawat) yang diselenggarakan General Electric (GE) Amerika Serikat dan diikuti sekitar 700 peserta dari 56 negara. Mereka juga berhasil membuat pesawat nirawak, pesanan dari Amazon, yang digunakan para ilmuwan untuk meneliti lapisan es di kutub utara.
Sejak tahun 2020, DTECH-ENGINEERING bekerjasama dengan ATWM (Akademi Teknik Wacana Manunggal), mulai mencanangkan Sustainable Education Project. Misi utamanya adalah untuk menuntaskan masalah akses dan kualitas pendidikan. Yakni dengan program pendidikan bebas biaya yang mengajak mahasiswa berinovasi secara intensif dan mengaplikasikan ilmu untuk menyelesaikan masalah di dunia nyata.
Kurikulum program ini disusun agar apa yang dipelajari di sekolah dapat langsung diaplikasikan menjadi produk yang dapat dikomersialisasikan. Keuntungan yang didapat digunakan untuk membiayai kuliah serta pengembangan produk baru. DTECH ENGINEERING telah menyediakan 10 mesin CNC (Computer Numerical Control, atau ‘mesin pembuat mesin’) yang terus bertambah, agar digunakan secara maksimal untuk mewujudkan ide-ide ‘gila’ dari para mahasiswa.
Salah satu bidang yang dikerjakan oleh mahasiswa adalah inovasi part sepeda motor. Di tahun pertama, ratusan desain telah dibuat dan ribuan part yang berasal dari kreativitas mahasiswa telah diproduksi dan dipasarkan. Hasil penjualannya digunakan untuk membiayai keperluan kuliah serta riset dan pengembangan produk baru.
Jadi, pada dasarnya proyek ini bukan program beasiswa. Para mahasiswa masih harus ‘membayar’ biaya kuliah, tapi dengan ide, desain, kreativitas, atau inovasi dan bakat lain yang mereka punya. Tak hanya itu, para mahasiswa juga mendapatkan gaji yang sesuai dari hasil inovasi mereka, jauh melebihi UMR, serta asuransi kesehatan.
“Laju inovasi sangat cepat di kampus ini. Luar biasa cepat. Ide pagi hari bisa jadi produk di sore harinya, terus langsung dijual. Ada yang laris, ada yang gagal pula, karena kegagalan itu termasuk proses pembelajaran mereka. Setahun yang lalu, membayangkan pun kami tak berani. Alhamdulillah dengan semangat pemuda-pemudi ini, jadi sangat mudah jalannya,” ungkap Arfi’an Fuadi, pendiri DTECH ENGINEERING sekaligus penggagas Sustainable Education Project.
Tahun pertama program ini hanya mendampingi 20 mahasiswa, tahun berikutnya akan ditingkatkan untuk menerima 40 calon mahasiswa baru. Secara formal mereka mendapatkan ijazah setara D3 dengan waktu tempuh belajar selama tiga tahun. Setahun sejak dibukanya program pendidikan berkelanjutan ini, DTECH ENGINEERING sudah menggaet 15 lembaga vokasi, membuat 34 mesin CNC, 356 jenis produk berjumlah lebih dari 60 ribu unit, dengan pendapatan lebih dari 4 miliar rupiah.
Melalui program ini, DTECH ENGINEERING berupaya menggelar pendidikan teknik yang berkualitas dan berkelanjutan. Yakni agar lembaga pendidikan menjadi pihak yang berproduksi, sehingga tidak bergantung pada sumbangan mahasiswa (tuition based). Sekaligus mengantarkan mahasiswanya sebagai kreator yang mandiri dan berdaya.
Untuk mengikuti program ini, calon pendaftar cukup menulis esai maksimal 750 kata. Isinya terkait pribadi pendaftar, juga ide inovasi untuk menyelesaikan satu masalah yang ada di daerahnya. Esai ini harus ditulis tangan dan di-scan. Ia juga harus mengirimkan surat pernyataan yang berisi komitmen untuk belajar sungguh-sungguh dan mengikuti proses pembelajaran secara tuntas.
“Jika angkatan pertama sudah sampai di semester empat, mereka akan kami ajak untuk mengeksekusi proyek-proyek global, atau menyelesaikan masalah-masalah global, seperti krisis iklim, energi terbarukan, kualitas pendidikan, masalah sampah plastik, atau isu-isu lain yang menjadi tugas kita sebagai manusia untuk menyelesaikannya. Ini sebagai bentuk cinta dan kepedulian kita kepada bumi dan generasi-generasi mendatang,” ujar Arfi’an Fuadi, pendiri DTECH ENGINEERING.
Editor: Marlis Afridah
Aktivitas DTECH ENGINEERING dapat diikuti melalui Instagram dan YouTube.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Zia adalah penulis kontributor untuk Green Network ID. Saat ini aktif menjadi Pendamping Belajar di Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah (KBQT).