Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Topik
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Komunitas
  • Partner
  • Siaran Pers
  • Muda
  • Dunia
  • Kabar
  • Unggulan

Perempuan Akar Rumput di India Terapkan Pertanian Tahan Iklim yang Dipimpin Perempuan

Di India, perempuan akar rumput bekerja sama menerapkan model Pertanian Tahan Iklim yang Dipimpin Perempuan di bawah arahan Swayam Shikshan Prayog.
Oleh Nazalea Kusuma
4 Agustus 2023
seorang perempuan memegang seyuran dengan latar beberapa perempuan di belakangnya.

Petani perempuan di Osmanabad. | Foto: Swayam Shikshan Prayog.

Secara sekilas, pertanian mungkin tampak sebagai industri yang ramah lingkungan, lantaran berada di alam terbuka. Kenyataannya, pertanian adalah salah satu penyebab utama degradasi lingkungan. Selain itu, pertanian juga rentan terhadap perubahan iklim. Di India, para perempuan akar rumput bekerja sama menerapkan model Pertanian Tahan Iklim yang Dipimpin Perempuan (Women-Led Climate Resilient Farming/WCRF) di bawah arahan Swayam Shikshan Prayog (SSP).

Mengenal Swayam Shikshan Prayog

Swayam Shikshan Prayog (SSP) adalah organisasi nirlaba yang berupaya menciptakan ekosistem inklusif yang memberdayakan perempuan akar rumput di tengah masyarakat berpenghasilan rendah dan terancam iklim. SSP membantu mereka mandiri melalui pelatihan keterampilan, literasi keuangan dan digital, serta platform teknologi dan pemasaran.

SSP berdiri pada tahun 1998, empat tahun setelah gempa Latur dan proyek rekonstruksinya. Bertahun-tahun kemudian, SSP menerima Equator Prize dari UNDP pada tahun 2017. Pada COP27 pada tahun 2022, organisasi tersebut menerima penghargaan Local Adaptation Champions Awards dari Global Center on Adaptation (GCA). Saat ini, SSP telah menjangkau lebih dari 6.000.000 orang di 2.320 desa.

Model Pertanian Tahan Iklim yang Dipimpin Perempuan (WCRF)

Ketergantungan pada bahan kimia dan tanaman komersial membuat petani kecil di India mengalami kerawanan pangan, kekurangan air, dan degradasi lahan. Singkatnya, mereka rentan terhadap guncangan iklim.

Pada tahun 2014, SSP mengembangkan model Pertanian Tahan Iklim yang Dipimpin Perempuan (WCRF) di Marathwada. Dua tahun kemudian, SSP bermitra dengan Pemerintah negara bagian Maharashtra dan mulai berkembang dengan membentuk kader pemimpin untuk melatih lebih banyak petani perempuan.

Model WCRF memiliki empat dimensi utama: keterkaitan pasar, federasi petani perempuan, integrasi teknologi, dan irigasi mikro hemat air. Dalam model ini, perempuan pedesaan dari rumah tangga petani skala kecil meminjam tanah, kurang lebih satu hektare. Di atasnya, mereka membudidayakan tanaman pangan untuk keluarga mereka alih-alih tanaman komersial yang membutuhkan banyak air. 

Untuk memastikan keberlanjutan, para pemimpin perempuan di bawah Krishi Samvad Sahayak bertindak sebagai penghubung yang konstan antara para petani dan ekosistem model. SSP juga mengorganisir perempuan tani menjadi kolektif dan memberikan dukungan untuk mendapatkan hak atas tanah.

“Yang tadinya hanya buruh tani, perempuan sekarang telah mengambil peran ganda dan memperoleh identitas ekonomi dan sosial baru, sebagai petani sekaligus pembuat keputusan dalam rumah tangga, sebagai pengusaha, advokat akar rumput, dan pemimpin iklim,” kata Prema Gopalan, Pendiri SSP.

Dampak terhadap Perempuan Akar Rumput

Output dari model WCRF berfokus pada empat bidang: pemberdayaan, mata pencaharian, ketahanan pangan, dan perlindungan sumber daya alam. Dalam tujuh tahun, 75.000 petani perempuan di 750 desa di tujuh negara bagian telah memulai menerapkan pertanian yang tahan iklim. Mereka juga meningkatkan hasil tanaman pangan sebesar 25% dan menurunkan biaya sebesar 25%.

Malan Raut, pemimpin petani perempuan dari Nagarsoga, menceritakan bahwa sebagian perempuan mulai menjual produk organik mereka di pasar. Sebagian lainnya mulai menjual poppadom dan masalas buatan sendiri dan beralih ke peternakan dan unggas. Dia bilang, “Kami sekarang mandiri, mendapatkan susu dari ternak kami dan sayuran dan biji-bijian dari ladang kami sendiri. Suami kami juga konsultasi dulu dengan kami dalam urusan rumah tangga sebelum mengambil keputusan.”

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa inggris di Green Network Asia.


Berlangganan Green Network Asia – Indonesia
Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Pilih Paket Langganan

Nazalea Kusuma
Editor at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Naz adalah Manajer Publikasi Digital Internasional di Green Network Asia. Ia pernah belajar Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota dan tinggal di beberapa kota di Asia Tenggara. Pengalaman pribadi ini memperkaya persepektifnya akan masyarakat dan budaya yang beragam. Naz memiliki sekitar satu dekade pengalaman profesional sebagai penulis, editor, penerjemah, dan desainer kreatif.

  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Mengulik Tren Gaya Hidup Minimalis di TikTok
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Mengatasi Tantangan dalam Implementasi Adaptasi Berbasis Ekosistem (EbA)
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Polusi Cahaya dan Dampaknya terhadap Manusia dan Makhluk Hidup Lainnya
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Menurunnya Keterampilan Literasi Orang Dewasa di Seluruh Dunia

Continue Reading

Sebelumnya: Potret Kemiskinan Anak di Selandia Baru
Berikutnya: COP28 Luncurkan Agenda Sistem Pangan dan Pertanian

Artikel Terkait

Mengulik Peluang dan Tantangan Saham Syariah dalam Mendukung Pembangunan Berkelanjutan
  • Opini
  • Unggulan

Mengulik Peluang dan Tantangan Saham Syariah dalam Mendukung Pembangunan Berkelanjutan

Oleh Sri Maulida
2 Juli 2025
bendera tuvalu Australia Sediakan Visa Iklim untuk Warga Negara Tuvalu
  • Kabar
  • Unggulan

Australia Sediakan Visa Iklim untuk Warga Negara Tuvalu

Oleh Kresentia Madina
2 Juli 2025
seorang nelayan berdiri di kapal kecil di tengah perairan Kolaborasi untuk Dukung Penghidupan Nelayan Skala Kecil melalui SeaBLUE
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Kolaborasi untuk Dukung Penghidupan Nelayan Skala Kecil melalui SeaBLUE

Oleh Abul Muamar
1 Juli 2025
tembok memanjang di hadapan air laut dengan burung-burung bertengger di atasnya Ambisi Pembangunan Giant Sea Wall di Pantura dan Dampak Yang Harus Diantisipasi
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Ambisi Pembangunan Giant Sea Wall di Pantura dan Dampak Yang Harus Diantisipasi

Oleh Seftyana Khairunisa
30 Juni 2025
kaca yang retak Femisida yang Terus Berulang: Alarm tentang Kekerasan terhadap Perempuan
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Femisida yang Terus Berulang: Alarm tentang Kekerasan terhadap Perempuan

Oleh Abul Muamar
27 Juni 2025
kumbang kepik menempel di dedaunan Penurunan Jumlah Serangga yang Kian Mengkhawatirkan
  • Kabar
  • Unggulan

Penurunan Jumlah Serangga yang Kian Mengkhawatirkan

Oleh Kresentia Madina
27 Juni 2025

Tentang Kami

  • Founder’s Letter GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Siaran Pers GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Internship GNA
  • Hubungi Kami
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia - Indonesia.