PERTAKINA Memberdayakan TKI Purna di Blitar
Saat berbicara tentang pekerja migran, salah satu hal yang barangkali akan muncul di kepala adalah julukan “pahlawan devisa negara”. Bekerja di luar negeri, para tenaga kerja Indonesia (TKI) atau pekerja migran Indonesia (PMI) biasanya akan mengirimkan uang untuk keluarga mereka di kampung halaman. Dengan demikian, mereka menyumbang pemasukan devisa negara dalam bentuk remitansi masuk (inward remittance).
Namun, selepas bekerja di luar negeri, tidak sedikit TKI purna yang mengalami masalah ketahanan ekonomi. Keterbatasan informasi, wawasan & pengetahuan, jaringan, modal, dan hal-hal teknis lainnya membuat mereka tidak memiliki banyak pilihan untuk bekerja di sektor formal maupun untuk memulai usaha baru.
Atas dasar kenyataan itulah Perkumpulan Tenaga Kerja Indonesia Purna (PERTAKINA) terbentuk. Organisasi non-pemerintah ini percaya bahwa pendidikan, pemberdayaan, dan diseminasi berbagai informasi mengenai usaha-usaha yang produktif, migrasi, dan ketenagakerjaan, adalah kunci untuk mengatasi masalah ketahanan ekonomi TKI purna.
Berdayakan Mantan Buruh Migran
PERTAKINA didirikan pada tahun 2010 oleh Sucipto dan Sulistiyaningsih, mantan TKI bersama beberapa teman seperjuangan mereka. Bermarkas di Desa Dayu, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, PERTAKINA memotivasi dan mendorong para mantan TKI untuk dapat membuka usaha baru ataupun bekerja di dalam negeri. Organisasi ini mendasarkan penguatan basis ekonomi komunitas di pedesaan, membangun jejaring dengan pihak-pihak terkait, khususnya BNP2MI dan lembaga pemerintah lainnya sebagai strategi untuk memberdayakan para TKI purna.
Beranggotakan para mantan TKI dan keluarga buruh migran yang masih aktif bekerja di luar negeri, saat ini jumlah anggota PERTAKINA sekitar 256 orang. Sebagian telah memiliki usaha tetap dan sebagian lainnya masih merintis. Adapun bidang usaha yang dikembangkan oleh anggota PERTAKINA secara mandiri meliputi:
- Produk-produk olahan (seperti camilan, kue, dan penganan basah)
- Pertanian dan peternakan (berbagai tanaman kultur dan organik, peternakan ayam, kambing, dan sapi)
- Jasa (rental alat-alat pesta, salon, rias pengantin dan event organizer)
- Kerajinan tangan (kendang, tas berbagai bahan baku, batik, sandal dan sepatu kulit)
Perlu Dukungan Berbagai Pihak
Keterbatasan pengetahuan, alat produksi, dan skil dalam proses produksi; kurangnya pengetahuan tentang bagaimana membangun jaringan pemasaran; serta modal yang terbatas adalah segelintir persoalan yang dihadapi oleh para anggota PERTAKINA. Untuk itu, para pengurus PERTAKINA melakukan beberapa langkah seperti:
- Mengadakan pengembangan kapasitas berupa pelatihan keterampilan sesuai kebutuhan para mantan TKI sebagai modal keahlian untuk membuka usaha baru atau sebagai bekal untuk mencari pekerjaan.
- Membuka koperasi di mana para anggota dapat meminjam uang untuk modal membuka usaha baru.
- Memfasilitasi TKI purna dengan alat-alat dasar yang diperlukan saat baru membuka usaha. Sedangkan bagi yang telah memiliki usaha, akan dibantu dalam proses perizinan dan mempromosikan produknya.
- Mengajak para anggota untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan pemerintah untuk meningkatkan kapasitas dan wawasan sekaligus memanfaatkannya sebagai peluang untuk memasarkan produk-produk dari hasil usaha yang dijalankan.
“Dukungan dari perusahaan, lembaga pemerintah, dan pihak-pihak lainnya akan sangat berpengaruh untuk kemajuan PERTAKINA ini,” kata Ketua PERTAKINA Sulistiyaningsih.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Amar adalah Manajer Editorial Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor.