Skip to content
  • Tentang
  • GNA Advisory & Consulting
  • Kemitraan Iklan GNA
  • GNA Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Topik
  • Wilayah
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Komunitas
  • Siaran Pers
  • ESG
  • Muda
  • Dunia
  • Kabar
  • Unggulan

Pameran ‘What If Lab: Sustainable Public Spaces’: Ruang Publik Berkelanjutan di Perkampungan Jakarta

Pameran ‘What If Lab: Sustainable Public Spaces’ adalah program antarbudaya Indonesia dan Belanda yang bertujuan untuk merancang ruang publik berkelanjutan bersama komunitas Kampung Susun Kunir, Jakarta Barat.
Oleh Busra Aulya
5 April 2024
Pohon buah-buahan dalam ruang pameran

Pameran ‘What If Lab: Sustainable Public Spaces’. | Foto: Busra Aulya.

Jakarta tumbuh sebagai salah satu kota terpadat di dunia. Sayangnya, jumlah penduduk yang besar di kota ini belum didukung dengan infrastruktur yang memadai secara merata. Padatnya permukiman, ditambah faktor-faktor lain, telah mengancam penduduk Jakarta ke dalam berbagai kerentanan lingkungan seperti gelombang panas, banjir, dan polusi udara, serta meningkatnya permasalahan sosial. Menjawab tantangan tersebut, Erasmus Huis Jakarta, Dutch Design Foundation, dan Playo meluncurkan pameran ‘What If Lab: Sustainable Public Spaces’, sebuah program antarbudaya yang bertujuan untuk bersama-sama menciptakan ruang publik yang berkelanjutan di komunitas kampung di Jakarta.

Program ini melibatkan para desainer dari Indonesia dan Belanda yang tergabung dalam sebuah tim bernama Kampung Kollektief. Prototipe dan rancangan desain yang dibuat oleh para desainer ini ditampilkan dalam pameran ‘What If Lab: Sustainable Public Spaces’ di Pusat Kebudayaan Belanda Erasmus Huis, Jakarta Selatan, yang berlangsung sejak 17 Februari dan akan berakhir pada 30 April 2024. Pameran ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat setempat guna menata ulang dan merevitalisasi ruang publik mereka, khususnya di Komunitas Kampung Susun Kunir.

Model kertas perkampungan kumuh di Jakarta
Model kertas perkampungan di Jakarta. | Foto: Busra Aulya.

Kampung Kunir adalah sebuah perkampungan yang berada di Jalan Kemukus, Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat. Pada tahun 2015, tercatat sekitar 77 keluarga hidup di Kampung Kunir. Kampung ini pernah memenangkan Jakarta Green and Clean Award pada tahun 2010. Namun, kampung ini mengalami penggusuran pada 27 Mei 2015 sebagai dampak dari kebijakan mitigasi banjir melalui pembangunan jaringan jalan inspeksi di tepi Sungai Ciliwung. Hal ini dikarenakan cara hidup masyarakat di kampung ini dianggap sebagai penyebab pencemaran sungai.

Narasi Kampung Kunir dalam pameran
Narasi kondisi Kampung Kunir sebelum dan sesudah penggusuran. | Foto: Busra Aulya.

Pascapenggusuran, penduduk Kampung Kunir terpaksa mencari hunian baru. Selama bertahun-tahun, mereka menolak tawaran untuk pindah ke rumah susun dan memilih untuk menyuarakan kebutuhan mereka akan hunian yang layak, yang menghormati nilai-nilai komunitas, ekonomi, dan identitas warga kampung kota.

Setelah menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, pada September 2022, berdirilah Kampung Susun Kunir. Sebanyak 33 rumah tangga mulai menghuni dan beradaptasi dengan kehidupan Kampung Susun Kunir.

Lewat beberapa kunjungan dan lokakarya, para desainer bersama warga di kampung Susun Kunir membangun makna ruang publik ideal yang mewakili aspirasi para ibu, ayah, dan anak-anak sekitar. Ide-ide seperti keinginan memiliki roller coaster di sungai atau balon udara di atap banyak bermunculan. Ide-ide ini kemudian dikembangkan menjadi solusi bersama.

Para desainer mengenalkan beberapa ide intervensi ruang publik yang memanfaatkan infrastruktur di sekitar Kampung Kunir seperti jalan, ruang antara tembok sungai, dan sungai. Ide tersebut divisualisasikan secara fisik melalui interaksi dengan modul skala kampung dan model cetak 3D. Melalui model ini, warga Kampung Kunir berkesempatan untuk menyentuh, berdiskusi, mengkritik, menempatkan, dan memutuskan ide yang mungkin dapat diterapkan pada infrastruktur di lingkungan sekitar.

Maket Kampung Kunir terbuat dari kayu
Maket infrastruktur Kampung Kunir. | Foto: Busra Aulya.

Para desainer juga merancang sebuah sistem penerapan ruang publik sementara di jalan yang diberi nama Rujak Plaza. Nama ini berasal dari kenangan hangat warga Kampung Kunir sebelum penggusuran, dimana mereka menghabiskan waktu bersama sambil menyantap rujak. Rancangan ini dibuat menggunakan konsep daur ulang sampah dan menjadi ruang publik yang mudah diganti, dipindah, disimpan, dan dapat dibuat dimanapun.

Pembuatan rancangan ini melibatkan warga Kampung Susun Kunir dengan memperhatikan hubungan penduduk dengan alam, sesama manusia, dan kenangan masa lalu, serta menjaga kemudahan akses jalan oleh kendaraan darurat.

Narasi pameran What If Lab Rujak Plaza
Seorang pengunjung membaca narasi What If Lab Rujak Plaza. | Foto: Busra Aulya.

Meskipun dirancang sebagai pameran sementara, namun program ini rencananya akan dilanjutkan dengan nama baru, yaitu Kampung Kollektief, yang berfokus pada kolaborasi dan kreasi bersama komunitas dengan pendekatan ‘co-creation’ untuk menciptakan ruang publik yang lebih berkelanjutan.

Kisah transformasi Kampung Kunir yang disampaikan dalam pameran ini dapat menjadi inspirasi bagi kota-kota di manapun dalam penataan perkampungan kumuh dan menghadirkan permukiman yang layak huni. Kolaborasi dan kreasi bersama pemerintah, komunitas lokal, dan masyarakat, dapat menghadirkan solusi inovatif, dan memperhatikan kebutuhan serta aspirasi penduduk dalam pembangunan ruang publik yang berkelanjutan serta mendorong terciptanya komunitas yang kuat dan tangguh.

Editor: Abul Muamar

Busra Aulya
Website |  + postsBio

Busra adalah Intern Reporter di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Pendidikan Bahasa Inggris dari Universitas Mataram. Ia memiliki ketertarikan pada dunia kepenulisan dengan topik seputar pendidikan, sosial, dan budaya.

  • Busra Aulya
    https://greennetwork.id/author/busraaulya/
    Mekanisasi Pertanian Berkelanjutan untuk Tingkatkan Produktivitas dan Kesejahteraan Petani
  • Busra Aulya
    https://greennetwork.id/author/busraaulya/
    Indonesia-Vietnam Jalin Kerja Sama dalam Bidang Teknologi Pemanfaatan Lahan Rawa
  • Busra Aulya
    https://greennetwork.id/author/busraaulya/
    Memperkuat Strategi Penanggulangan Malaria di Tengah Krisis Iklim
  • Busra Aulya
    https://greennetwork.id/author/busraaulya/
    Pemprov Bali Terapkan Pajak Wisata untuk Lindungi Budaya dan Lingkungan

Continue Reading

Sebelumnya: Meningkatnya Perburuan Cetacea Kecil dan Dampaknya terhadap Ekosistem Laut
Berikutnya: Mengarusutamakan Konstruksi Rendah Karbon dengan Praktik Kuno

Baca Kabar dan Cerita Lainnya

seorang perempuan sedang menggoreng kerupuk yang ditaruh di atas tampah Mengulik Tantangan Pembiayaan Hijau untuk UMKM di Indonesia
  • Eksklusif
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Mengulik Tantangan Pembiayaan Hijau untuk UMKM di Indonesia

Oleh Abul Muamar
11 Agustus 2025
seseorang memegang ponsel Mengulik Sistem Peringatan Dini Berbasis Ponsel
  • Kabar
  • Unggulan

Mengulik Sistem Peringatan Dini Berbasis Ponsel

Oleh Kresentia Madina
11 Agustus 2025
tumpukan sampah yang menggunung di tempat terbuka Bagaimana Waste Crisis Center dapat Atasi Isu Pengelolaan Sampah
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Bagaimana Waste Crisis Center dapat Atasi Isu Pengelolaan Sampah

Oleh Seftyana Khairunisa
8 Agustus 2025
dua wanita Quechua duduk menghadap belakang di atas bukit berumput dengan latar belakang pegunungan Buen Vivir, Filosofi Masyarakat Adat di Pegunungan Andes yang Relevan di Tengah Krisis Ekologi
  • Kabar
  • Unggulan

Buen Vivir, Filosofi Masyarakat Adat di Pegunungan Andes yang Relevan di Tengah Krisis Ekologi

Oleh Attiatul Noor
8 Agustus 2025
Jalanan dengan mobil, pengendara motor, pengendara sepeda, dan orang-orang yang berjalan kaki di atasnya. Bagaimana Karakteristik Demografis Memengaruhi Emisi Karbon Individu
  • Eksklusif
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Bagaimana Karakteristik Demografis Memengaruhi Emisi Karbon Individu

Oleh Andi Batara
7 Agustus 2025
deretan pohon tebu Mengulik Dampak Lingkungan dari Perkebunan Tebu Monokultur
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Mengulik Dampak Lingkungan dari Perkebunan Tebu Monokultur

Oleh Seftyana Khairunisa
6 Agustus 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Internship GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia