Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan
  • GNA Internasional
  • Jadi Member
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Akar Rumput
  • Muda
  • Siaran Pers
  • Corporate Sustainability
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Waste Crisis Center dapat Atasi Isu Pengelolaan Sampah

Pemerintah membentuk Waste Crisis Center (WCC) sebagai pusat layanan percepatan pengelolaan sampah nasional. Namun, bagaimana pusat layanan ini dapat menjawab berbagai isu terkait pengelolaan sampah yang tak kunjung selesai?
Oleh Seftyana Khairunisa
8 Agustus 2025
tumpukan sampah yang menggunung di tempat terbuka

Foto: Calvin Sihongo di Unsplash.

Setiap harinya, berton-ton sampah dihasilkan dari berbagai kegiatan, terutama dari  rumah tangga dan industri. Tanpa pengelolaan yang baik, sampah akan terus mencemari lingkungan dan berdampak terhadap kesehatan masyarakat. Terkait hal ini, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) telah membentuk Waste Crisis Center (WCC) sebagai pusat layanan percepatan pengelolaan sampah nasional. Namun, bagaimana pusat layanan ini dapat menjawab berbagai isu terkait pengelolaan sampah yang tak kunjung selesai?

Isu Penumpukan Sampah yang Berlarut-larut

Penumpukan sampah telah menjadi persoalan yang tidak kunjung tuntas di Indonesia. Pada tahun 2024, data KLH mencatat timbulan sampah di seluruh kabupaten/kota mencapai 34 juta ton, atau setara dengan 93 ribu ton per hari. Dari angka itu, hanya 47% (16 juta ton) sampah yang berhasil dikelola, sementara sisanya menumpuk dan membusuk di tempat pembuangan akhir (TPA).

Produksi sampah yang tak terbendung telah membuat banyak tempat pembuangan sampah ditutup karena tidak lagi mampu menampung sampah baru, seperti yang terjadi pada TPA Piyungan. Belum lagi kebanyakan TPA di Indonesia masih menggunakan metode open dumping, yakni sistem pengelolaan sampah dengan membuang sampah di lahan terbuka tanpa penutupan, pengamanan, atau perlakuan apapun. Meski pemerintah telah berencana menutup semua TPA open dumping, namun sejauh ini realisasinya belum terlihat signifikan. Pembuangan sampah ke TPA terbuka masih terus berlanjut di banyak daerah sampai saat ini, seperti tak ada tanda-tanda bahwa TPA-TPA tersebut akan ditutup.

Di sisi lain, fasilitas pemilihan dan pengolahan sampah juga mengalami berbagai kendala. Misalnya, hanya 59% dari Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) yang telah dibangun dilaporkan beroperasi aktif. Fasilitas-fasilitas ini juga seringkali dibangun tanpa disesuaikan dengan karakteristik wilayah, pendanaan dan pendampingan minim, serta tanpa peralatan tepat guna untuk operasional.

Waste Crisis Center (WCC)

Pembentukan WCC dimaksudkan untuk menutup kesenjangan kapasitas pengelolaan sampah antarwilayah, mulai dari infrastruktur, kelembagaan, pembiayaan, penegakan hukum, hingga partisipasi masyarakat. Pusat layanan ini bertujuan untuk menjembatani kebijakan pusat dan pelaksanaan teknis di daerah dalam kerangka Kebijakan dan Strategi Nasional (Jakstranas) Pengelolaan Sampah.

Terdapat empat fungsi utama dari WCC, yaitu sebagai think tank nasional yang menyusun rekomendasi strategis berbasis data lapangan, sebagai tim manajemen proyek yang memastikan implementasi kebijakan berjalan konsisten, sebagai konsultan teknis bagi pemerintah daerah, serta menjadi pusat komando yang melakukan pengawasan dan peringatan dini berbasis sistem data real-time.

Melibatkan sejumlah pakar untuk mendukung layanan konsultasi, WCC berfokus pada keterlibatan publik termasuk dalam hal pelaporan jika terdapat pengelolaan sampah yang tidak semestinya ataupun jika terdapat Tempat Penampungan Akhir (TPA) ilegal.

“WCC kami bentuk bukan hanya sebagai simbol, tetapi sebagai pusat kendali dan solusi nyata dalam sistem pengelolaan sampah nasional yang modern, terukur, dan kolaboratif,” ujar Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Fasol Nurofiq, saat peresmian WCC.

Memperbaiki Tata Kelola

Pada akhirnya, mengatasi isu penumpukan sampah membutuhkan upaya  komprehensif untuk bisa memperbaiki pengelolaan sampah dari hulu ke hilir. Pemerintah harus memperbaiki tata kelola pengelolaan sampah agar lebih berkelanjutan, misalnya dengan meningkatkan sistem tempat pembuangan yang terpadu dengan pemilahan hingga daur ulang sampah. Di sisi lain, dunia usaha juga harus bertanggung jawab dengan menerapkan praktik-praktik yang berkelanjutan di seluruh rantai nilai dan rantai pasoknya.

Selain itu, perlu langkah yang lebih masif dan terukur dalam meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat mengenai pentingnya pemilahan dan pengelolaan sampah yang baik, semisal dengan menerapkan sistem reward dan denda. Masyarakat dapat terlibat langsung dalam mengatasi persoalan sampah melalui inisiatif-inisiatif berbasis komunitas seperti bank sampah, bank makanan, pertanian komunitas, dan sebagainya. Singkatnya, pengelolaan sampah secara menyeluruh membutuhkan kolaborasi multi-pihak yang melibatkan berbagai pendekatan.

Editor: Abul Muamar

Seftyana Khairunisa
Reporter at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Nisa adalah reporter dan asisten peneliti di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Sarjana Ilmu Hubungan Internasional dari Universitas Gadjah Mada. Ia memiliki minat di bidang penelitian, jurnalisme, dan isu-isu seputar hak asasi manusia.

  • Seftyana Khairunisa
    https://greennetwork.id/author/seftyanaauliakhairunisa/
    Mengupayakan Keadilan Ekologis
  • Seftyana Khairunisa
    https://greennetwork.id/author/seftyanaauliakhairunisa/
    Mendorong Transformasi Hijau di Sektor UMKM
  • Seftyana Khairunisa
    https://greennetwork.id/author/seftyanaauliakhairunisa/
    GovTech AI dan Transformasi Digital di Sektor Pelayanan Publik
  • Seftyana Khairunisa
    https://greennetwork.id/author/seftyanaauliakhairunisa/
    Menangkal Masifnya Penyebaran Misinformasi dan Disinformasi

Continue Reading

Sebelumnya: Buen Vivir, Filosofi Masyarakat Adat di Pegunungan Andes yang Relevan di Tengah Krisis Ekologi
Berikutnya: Mengulik Sistem Peringatan Dini Berbasis Ponsel

Lihat Konten GNA Lainnya

bangunan roboh Robohnya NZBA: Kritik, Analisis, dan Seruan untuk Perbankan Indonesia
  • GNA Knowledge Hub
  • Kolom Penasihat GNA
  • Opini

Robohnya NZBA: Kritik, Analisis, dan Seruan untuk Perbankan Indonesia

Oleh Jalal
17 Oktober 2025
Empat tangan anak-anak yang saling berpegangan Mengatasi Perundungan di Lingkungan Pendidikan dengan Aksi Kolektif
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mengatasi Perundungan di Lingkungan Pendidikan dengan Aksi Kolektif

Oleh Andi Batara
17 Oktober 2025
sekawanan bison sedang memamah di atas padang rumput yang tertutup salju Mendorong Rewilding untuk Memulihkan Krisis Ekologi
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mendorong Rewilding untuk Memulihkan Krisis Ekologi

Oleh Kresentia Madina
17 Oktober 2025
meja dengan berbagai ikan segar tersusun di atasnya Memajukan Sektor Pangan Akuatik untuk Mendukung Ketahanan Pangan
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Memajukan Sektor Pangan Akuatik untuk Mendukung Ketahanan Pangan

Oleh Seftyana Khairunisa
16 Oktober 2025
dua elang hitam kepala putih bertengger di ranting pohon yang tak berdaun Bagaimana Bahasa Potawatomi Menghidupkan dan Menghormati Alam
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Bahasa Potawatomi Menghidupkan dan Menghormati Alam

Oleh Dina Oktaferia
16 Oktober 2025
Kursi roda anak berukuran kecil di samping deretan kursi kayu, dengan latar belakang papan tulis hitam dan lantai berkarpet berwarna cerah. Mengatasi Tantangan yang Dihadapi Anak dengan Disabilitas
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Mengatasi Tantangan yang Dihadapi Anak dengan Disabilitas

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
15 Oktober 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Laporan Akar Rumput GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia