“Air Bersih untuk Semua!” Bukan Hal yang Sulit Dipahami
Bagi kebanyakan dari kita yang tinggal di kota besar, di mana air bersih dapat diperoleh hanya dengan membuka keran dan air minum dapat kita teguk hanya dengan membuka botol atau menekan tuas dispenser, mungkin akan sulit membayangkan harus berjalan sejauh puluhan kilometer untuk mendapatkan air.
Tujuan 6 atau Goal 6 dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (TPB/SDGs) berbunyi, “Memastikan ketersediaan dan keberlanjutan pengelolaan air dan sanitasi untuk semua.” Kenyataannya, kurang dari sepuluh tahun menjelang 2030, terlepas dari progres yang telah dibuat, masih ada satu dari tiga orang yang tak punya akses mendapatkan air minum dan 637 juta orang masih buang air di tempat terbuka.
Berkaca dari kunjungan terakhir saya ke Timor Tengah Selatan (TTS) dan Nagekeo, dua wilayah di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang berlokasi di Pulau Timor dan Pulau Flores, saya menemukan bahwa akses terhadap air bersih masih menjadi masalah besar bahkan hingga detik ini.
Pada 2018, hanya 39,2% dari populasi Nagekeo yang mendapat akses terhadap air bersih, menurut Rencanaan Pembangunan Jangka Menengah Daerah Nagekeo 2019–2023 (RPJMD). Di TTS, situasi serupa juga ditemukan; pada 2020, 44% masih tak terjangkau akses terhadap air yang bersih dan aman diminum, menurut RPJMD TTS 2018-2024.
Paradoksnya, pertanian justru menjadi tonggak perekonomian lokal di kedua wilayah tersebut. Air sangat penting untuk pertanian, dan tanpa pasokan air yang cukup, pertanian tak akan memberikan potensi terbesarnya, seperti yang kami lihat di kedua wilayah tadi. Tingkat stunting atau kekurangan gizi juga tinggi di TTS dan Nagekeo. Dalam pengalaman dan pantauan Plan Indonesia, hal ini berkaitan dengan kurangnya kualitas air dan sanitasi di sana.
Saya mengunjungi dua wilayah tersebut pada 7–13 November dan melihat langsung bagaimana bantuan Plan Indonesia dalam pembangunan fasilitas air bersih dan pembentukan komunitas pengelola air telah menolong 5.000 anak-anak beserta keluarga mereka mendapatkan akses terhadap air bersih.
“Sekarang anak-anak kami bisa mandi setiap hari,” ujar Kepala Desa Nggolonio di Nagekeo. “Saya tak harus keluar sebelum subuh jam 4 pagi untuk mengambil air,“ imbuh seorang mama—bahasa lokal untuk memanggil seorang perempuan dewasa. Sebagai tambahan, selain memasang pipa dan pompa air, Plan Indonesia juga memberikan penyuluhan soal sanitasi, kebersihan, dan air.
Kami tidak akan berhenti hingga seluruh anak-anak di TTS dan Nagekeo mendapat akses terhadap air yang bersih dan aman karena air adalah penyokong dan pendorong utama untuk mencapai keadilan sosial, gender, dan ekonomi. Kami tidak akan berhenti sampai semua anak-anak dapat berkata, “Air bersih su ada!”—Air bersih sudah ada! Tak sulit untuk dipahami, bukan?
Editor: Marlis Afridah
Penerjemah: Inez Kriya
Dini Widiastuti ikut berpartisipasi dalam Run for Equality 2021. Bergabung bersama Dini dan bantu anak-anak Nusa Tenggara Timur untuk mendapatkan air bersih dengan berdonasi di sini.
Untuk membaca versi asli tulisan ini dalam bahasa Inggris, klik di sini.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Dini adalah Direktur Eksekutif Plan Indonesia.