FOLO Farm: Menjaga Kesehatan dari Dalam dengan Sayuran Organik
Setelah lulus dari University of Calgary, Kanada, Dokter Lemuel Ng memulai praktiknya sebagai dokter pada tahun 1999 di berbagai negara-negara Asia, Amerika, dan Eropa. Dan sejak 2013, ia mulai bertani bersama lima orang sahabatnya: Will Chua, T.Y. Tang, Gerald Ling, Jason Lim, dan Jacqueline Lim. Di wilayah Kempas, Johor Bahru, Malaysia, mereka membuka lahan pertanian bernama Feed Our Loved Ones (FOLO) Farm.
Sembari bertani, Dokter Lamuel tetap menjalankan tugasnya sebagai tenaga medis. Setelah bertani, pendekatan yang ia gunakan dalam upaya penyembuhan pasien sangat berbeda dari sebelumnya. Ia percaya bahwa selain pengobatan medis, para pasien juga harus mendapatkan penyembuhan holistik dan menyeluruh, yang berasal dari kualitas kesehatan pangan dan lingkungan. Ia menyandingkan stetoskopnya dengan sekop, dan menganjurkan para pasiennya untuk sering-sering berkunjung ke ladang sayuran.
“Sebelumnya kami terpencar di berbagai negara, lalu setelah salah satu saudara kami didiagnosis gagal ginjal pada usia 25, kami semua pulang dan memulai proyek FOLO Farm ini,” terang Dokter Lemuel.
Mereka berangkat dengan melakukan penelitian terhadap bahan pangan yang beredar di Malaysia. Hasilnya, mereka menyimpulkan bahwa banyak sekali sayuran di Malaysia yang mengandung kadar pestisida terlalu tinggi. Bahkan, ada beberapa kondisi tingkat pestisida yang lebih tinggi dibanding sayuran impor dari China dan Thailand.
Begitu pula halnya dengan pakan hewan. Banyak yang sudah terkontaminasi beragam jenis antibiotik, dan hal ini membuat mereka kuatir. Jika kondisi ini terus berlangsung, beberapa jenis hama akan menjadi kebal terhadap pestisida dan antibiotik, dan efeknya terhadap tubuh dan kesehatan manusia pun akan menjadi berbahaya.
“Bukan salah petani,” kata Dokter Lemuel, “Mereka memang terpaksa melakukan hal itu sebab kondisi yang mengharuskan; Kejar target panen, kejar permintaan pasar, dan seterusnya. Selama ini saya menganjurkan kepada pasien-pasien saya untuk perbanyak makan sayur dan buah. Namun ada yang luput dari saya, yakni kualitas bahan pangan yang mereka makan. Padahal tubuh manusia bisa ‘melawan’ untuk menyembuhkan diri, dan itu tergantung dari kualitas nutrisi yang masuk ke dalam tubuhnya.”
Alih-alih menyalahkan pihak lain, Dokter Lemuel dan kawan-kawannya berinisiatif membuat lahan pertanian sendiri yang—menurut mereka—lebih sehat. Sebelumnya mereka sama sekali tidak memiliki pengetahuan tentang bertani. Mereka mulai belajar dari petani setempat yang mereka sebut Shifu Lek, serta memanfaatkan tutorial dari kanal YouTube dan artikel-artikel blog yang otoritatif. Lahan seluas 0,2 hektar milik orang tua mereka adalah tempat pertama yang mereka gunakan.
Seiring berjalannya waktu, Dokter Lamuel dan kawan-kawannya berhasil menanam 40 jenis sayur mayur di lahan seluas 4,04 hektar yang berlokasi di Ban Foo, Kempas, dan lahan lain seluas 2,4 hektar di Kukup. Tanaman pangan yang mereka tumbuhkan meliputi selada, bit, pakcoy, jagung, brinjal, dan banyak lagi. Melalui lahan ini mereka bisa menyuplai bahan pangan dan sayuran segar bagi 150 keluarga dengan biaya 2.440 ringgit Malaysia (sekitar 8 juta rupiah) selama 24 pekan.
Semua sayuran tersebut diproduksi secara organik, tanpa pestisida sedikitpun. Penyuburan tanaman dilakukan menggunakan pupuk kompos sepenuhnya. Tiap hari mereka berkeliling kota untuk mengepul sampah dapur dari restoran, hotel, dan tempat-tempat lainnya. Sampah dapur tersebut diolah menjadi kompos selama 4 bulan, kemudian digunakan untuk memupuk lahan.
Dokter Lemuel masih terus memberikan layanan medis, terutama konsultasi nutrisi kepada anggota komunitas FOLO Farm. Salah satu orang yang sangat bersyukur adalah ayahnya sendiri, Caleb Ng, yang didiagnosis menderita jantung koroner. Setelah mendapat perawatan dan pola makan sehat dari hasil tanam FOLO Farm, kesehatannya berangsur membaik.
“Dulu, saya pernah bilang kepada enam anak itu; kalian pengkhayal!” kata sang ayah, “Apalagi ketika melihat anak saya mulai mengepul sampah-sampah dapur, sedih dan sakit hati rasanya. Padahal kariernya sudah bagus sebagai dokter, dan ia mencapai semua itu dengan bersusah payah. Namun, setelah melihat hasilnya kini, saya tidak lagi melihat pencapaian anak saya dari banyaknya uang yang dihasilkan, tapi dari dampak yang ia berikan kepada masyarakat. Hari ini saya bisa mengatakan bahwa saya sangat bangga padanya.”
FOLO Farm juga membuka tur keliling lahan plus pendampingan bagi siapapun yang ingin belajar tentang pertanian, bahan pangan sehat, dan pembuatan kompos mandiri. Atas dedikasinya, FOLO Farm mendapat bantuan dana pengembangan dari pemerintah sebesar 100.000 ringgit Malaysia (sekitar 328 juta rupiah). Mereka juga mendapat hadiah sebesar 10 ribu dolar dari Chivas Venture, sebuah kompetisi tahunan untuk mendanai startup inspiratif dan potensial dari seluruh dunia, yang digunakan untuk membeli traktor baru.
Langkah-langkah strategis FOLO Farm menjadi upaya untuk menjadi solusi berkelanjutan bagi masalah kesehatan masyarakat mulai dari akarnya, yakni isu pangan sehat. Selain itu, metode yang digunakan FOLO Farm ini juga berkontribusi dalam pengolahan limbah pangan yang kerap jadi momok di berbagai kota besar. Dengan demikian, kegiatan-kegiatan FOLO Farm tidak hanya bernilai bisnis, tetapi juga turut menjadi solusi bagi permasalahan lingkungan dan sosial secara berkelanjutan.
Editor: Inez Kriya
Sumber: Passion Portraits
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Zia adalah penulis kontributor untuk Green Network ID. Saat ini aktif menjadi Pendamping Belajar di Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah (KBQT).