Satu Rumah Satu Kebun ala Teman Berkebun
Sejak 2017, Teman Berkebun telah mempromosikan pertanian perkotaan sebagai solusi ketahanan pangan di masa depan. Masyarakat perkotaan diajak untuk menanam kebutuhan pangan mereka sendiri. Hal ini diharapkan memberi banyak manfaat, antara lain mengurangi biaya belanja kebutuhan pokok bulanan.
Misi ini kemudian melahirkan slogan “Satu Rumah Satu Kebun”. Tak hanya berkampanye, Teman Berkebun juga melakukan pendampingan dan fasilitasi bagi masyarakat untuk mewujudkan slogan tersebut.
Program utama Teman Berkebun ialah mendukung gerakan pertanian, khususnya pertanian perkotaan. Programnya berupa kelas berkebun untuk mengedukasi masyarakat seputar optimalisasi lahan dan budidaya tanaman, pembuatan kebun sesuai kemampuan, maupun pengembangan usaha.
Misalnya, Teman Berkebun pernah mendampingi Kelompok Tani Trimulyo di kelurahan Pedurungan Tengah, Kota Semarang, Jawa Tengah. Mereka kemudian memfasilitasi antusiasme warga di Pedurungan yang ingin membuat lingkungan mereka lebih hijau dan produktif. Padahal lokasi mereka berada di daerah padat penduduk, dengan kualitas air payau yang tidak cukup baik untuk bercocok tanam.
Warga menanam beragam tanaman pangan meliputi bayam, seledri, sawi, terong dan cabai dengan sistem budidaya vertikultur dan lahan. Sebagai aksi kemasyarakatan, program ini didukung pula oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Dinas Pertanian Kota Semarang selaku mitra kerja.
Melalui program “Buat dan Rawat”, komunitas ini juga mendampingi komunitas maupun individu untuk membuat dan merawat kebun di tempat masing-masing. Mereka bisa memberi pendampingan bahkan bagi pihak-pihak yang benar-benar awam soal tanam-menanam sampai mandiri untuk mengelola kebunnya sendiri.
“Kegiatan berkebun rumahan adalah salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat, dan aksi menanam bahan pangan adalah ‘People Power’ yang sebenarnya,” tutur Sany Mardlotillah, pendiri Teman Berkebun.
Tiap individu atau organisasi yang hendak mengikuti program bertanam akan diajak membuat pemetaan terlebih dahulu. Yakni tentang tanaman apa yang ingin ditanam, model pertanian seperti apa yang akan diterapkan. Bagi pemula, Teman Berkebun menyarankan untuk menanam tanaman pangan untuk konsumsi.
Jenis pengetahuan dan keahlian yang diberikan adalah pengetahuan dasar tentang pertanian, pemanfaatan limbah untuk berkebun, persiapan lahan tanam, pemeliharaan tanaman, serta penanganan penyakit dan hama. Ilmu-ilmu dasar ini juga diajarkan di kelas-kelas terbuka yang digelar secara berkala.
Teman Berkebun juga mengupayakan pemasaran hasil kebun komunitasnya. Seperti pupuk organik cair, seedling kit yang berisi benih sayuran dan perangkat pembibitan, pestisida nabati, kompos cair, dan tentu saja sayur mayur organik hasil panen lahan.
“Sebagai bisnis, berkebun ‘nggak ada matinye’ sebab kebutuhan pangan akan selalu ada sampai kiamat. Kalaupun tak dijual, tetap bisa dikonsumsi sendiri,” ujar Sany, yang sudah berpengalaman mengikuti program-program pertanian di Swiss, Nigeria, Jerman, dan negara-negara lainnya.
Dalam bisnisnya, Teman Berkebun menciptakan nilai dengan berupaya membudayakan kemandirian masyarakat untuk meningkatkan ketahanan pangan, khususnya masyarakat perkotaan yang sering terkendala lahan. Dengan kemandirian mengelola kebun di rumah masing-masing, masyarakat bisa mengupayakan ketahanan pangan rumahan secara berkelanjutan.
Editor: Inez Kriya
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Zia adalah penulis kontributor untuk Green Network ID. Saat ini aktif menjadi Pendamping Belajar di Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah (KBQT).