Kisah Dua Masa Depan
Dalam bidang pembangunan berkelanjutan, kanvas masa depan sangatlah luas dan beragam, sehingga mengajak kita untuk melukiskan tindakan, kebijakan, dan kemauan kolektif. Kita berada pada titik kritis, di mana keputusan-keputusan saat ini memberi isyarat kepada kita untuk mengambil jalan yang berbeda di masa depan. Narasi ini mengeksplorasi visi masa depan, menggali nuansa filosofis dan empiris yang menentukan lanskap potensial dunia kita.
Berdiri di Persimpangan Jalan
Manusia, dengan kecerdasan dan kapasitas adaptasinya yang tak tertandingi, telah lama berada di persimpangan antara inovasi dan eksploitasi. Era modern, yang ditandai dengan kemajuan teknologi yang pesat dan keterhubungan global, telah memberi kita peluang yang belum pernah ada sebelumnya untuk mewujudkan dunia di mana pertumbuhan ekonomi, kelestarian lingkungan, dan keadilan sosial hidup berdampingan secara harmonis. Namun, bayang-bayang degradasi lingkungan, yang dipicu oleh praktik-praktik yang tidak berkelanjutan, masih menghantui dan mengancam keseimbangan ekosistem Bumi dan tatanan umat manusia.
Kisah dua masa depan (tale of two futures) muncul dari latar belakang ini, masing-masing merupakan cerminan dari pilihan yang akan kita ambil. Di satu sisi, terdapat visi dunia yang regeneratif, sebuah mercusuar harapan dimana umat manusia bangkit menghadapi tantangan pembangunan berkelanjutan. Di dunia ini, sumber energi terbarukan menerangi kota-kota, teknologi ramah lingkungan mendorong perekonomian, dan solidaritas global yang diperbarui memandu tindakan kita. Prinsip-prinsip ekonomi sirkular telah diterapkan, mengubah sampah menjadi benda bernilai dan secara drastis mengurangi jejak ekologis kita. Pertanian dan industri mulai berevolusi untuk berjalan selaras dengan alam, melestarikan keanekaragaman hayati, dan memulihkan ekosistem penting Bumi. Ini adalah dunia di mana hambatan-hambatan kesenjangan telah dihilangkan, dengan memastikan bahwa hasil-hasil kemajuan dibagi secara adil ke seluruh masyarakat dan generasi.
Sebaliknya, visi kedua memberikan gambaran yang sangat berbeda, sebuah peringatan tentang apa yang mungkin terjadi jika kita terus berpuas diri dan bersikap jangka pendek. Di sini, upaya yang tiada henti untuk mencapai pertumbuhan ekonomi dengan mengorbankan kesehatan lingkungan telah menyebabkan planet bumi terkepung. Perubahan iklim semakin cepat dan memicu serangkaian peristiwa bencana – mulai dari badai dan banjir yang dahsyat hingga gelombang panas dan kekeringan yang tak tertahankan. Hilangnya keanekaragaman hayati telah mencapai tingkat kritis, mengganggu ekosistem dan jasa yang diberikannya kepada umat manusia. Polusi mencekik udara, air, dan tanah kita, meracuni sumber daya yang kita andalkan untuk bertahan hidup. Di masa depan, kesenjangan sosial semakin mendalam, dimana kelompok rentan dan terpinggirkan menanggung beban ketidakadilan lingkungan dan ekonomi. Ini adalah dunia dimana peluang-peluang terlewatkan, tanda-tanda peringatan diabaikan, dan kesempatan untuk bertindak tertutup.
Peralihan Mendasar menuju Pembangunan Berkelanjutan
Dua masa depan yang kontras ini menggarisbawahi pentingnya pilihan yang ada di hadapan kita. Jalan menuju keberlanjutan penuh dengan tantangan, namun terdapat potensi perubahan transformatif. Hal ini membutuhkan perubahan mendasar dalam cara kita memandang hubungan kita dengan planet Bumi – dari yang semula berupa dominasi dan ekstraktif menjadi merawat dan bersifat timbal balik. Hal ini memerlukan tindakan yang tegas di semua sektor masyarakat, mulai dari pemerintah dan dunia usaha hingga komunitas dan individu. Transisi ke energi terbarukan, penerapan praktik pertanian dan industri berkelanjutan, perlindungan keanekaragaman hayati, dan peningkatan keadilan sosial bukan sekadar tujuan yang mesti dicapai; melainkan sangat penting untuk kelangsungan hidup.
Narasi ini tidak hanya berfungsi sebagai eksplorasi spekulatif mengenai apa yang mungkin terjadi, namun juga sebagai seruan untuk bertindak. Masa depan belum ditulis, dan kita memegang penanya. Pilihan yang kita ambil saat ini akan menentukan warisan yang kita tinggalkan untuk generasi mendatang. Akankah kita mampu menghadapi tantangan untuk menciptakan dunia yang menghargai kesehatan Bumi dan kemakmuran ekonomi? Akankah kita menganut prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, menciptakan jalan yang adil, berketahanan, dan menghormati alam? Atau, akankah kita mundur ke dalam kelambanan, meninggalkan warisan degradasi dan kesenjangan?
Memilih Jalan yang Benar
Kisah dua masa depan, pada intinya, merupakan cerminan dari kondisi manusia – kemampuan kita untuk melakukan perusakan atau regenerasi, potensi kita untuk bersikap apatis atau berbelas kasih. Hal ini mengajak kita untuk membayangkan dunia yang ingin kita huni dan mengambil langkah-langkah yang diniatkan untuk mewujudkan visi tersebut. Jalan menuju keberlanjutan merupakan jalan yang kompleks dan penuh ketidakpastian, namun juga penuh dengan harapan dan kemungkinan. Dengan terlibat dalam semua visi ini, kita diingatkan akan peran kita dalam membentuk masa depan, akan kekuatan tindakan kolektif dan inovasi untuk mengarahkan kita menuju dunia yang tumbuh secara harmonis dengan alam.
Saat kita berada di persimpangan jalan, kisah dua masa depan mengajak kita untuk memilih. Jalan yang kita ambil akan menjadi bukti nilai-nilai kita, pandangan ke depan, dan komitmen kita terhadap planet ini dan penghuninya. Biarkan narasi ini menjadi katalis untuk refleksi, dialog, dan tindakan. Mari kita memilih dengan bijak, dengan pemahaman bahwa masa depan yang kita impikan ada dalam genggaman kita, asalkan kita berani meraihnya
Editor: Kresentia Madina
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.
Publikasikan thought leadership dan wawasan Anda bersama Green Network Asia, pelajari Panduan Artikel Opini kami
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Budi adalah Manajer Pilar Pembangunan Ekonomi Sekretariat Nasional SDGs, Bappenas RI. Ia juga seorang Pengajar di Program Pasca Sarjana Keuangan Berkelanjutan dan Pembangunan, Universitas Udayana, dan Nexus Strategist Perkumpulan Prakarsa.