Mendukung Siswa Multibahasa dengan Pendidikan Multibahasa
Lebih dari 7.000 bahasa digunakan di dunia saat ini. Namun, hanya segelintir yang digunakan sebagai bahasa pengantar resmi di sekolah. Meskipun menggunakan satu bahasa universal dalam pendidikan tampak lebih memudahkan, hal ini dapat menjadi kendala bagi siswa multibahasa.
Penggunaan bahasa yang asing bagi siswa
Sebagian besar sekolah dimulai pada usia enam tahun. Namun, proses pembelajaran bahasa sudah dimulai pada masa awal anak-anak. Anak-anak pertama kali memperoleh bahasa melalui bahasa yang diucapkan oleh keluarga mereka di rumah. Bahasa pertama ini juga biasa disebut bahasa ibu dan gaya berbahasa bervariasi di setiap daerah.
Di sebagian besar negara, siswa sering kali memulai tahap pembelajaran awal di sekolah menggunakan bahasa yang tidak mereka gunakan di rumah. Menggunakan bahasa pengantar yang tidak biasa atau asing bagi siswa dapat berdampak negatif pada pengalaman belajar mereka. Menurut laporan Save The Children, anak-anak mengadu bahwa mereka merasa takut dan bingung karena bahasa asing yang digunakan di sekolah. Membiarkan siswa tersesat dalam penerjemahan berarti kita juga tersesat dalam perjalanan menuju pendidikan inklusif untuk semua.
Pendidikan multibahasa untuk siswa multibahasa
Globalisasi telah melazimkan penggunaan lebih dari satu bahasa. Saat ini, multilingualisme di sekolah semakin penting untuk menciptakan lingkungan yang lebih akrab dan nyaman bagi siswa multibahasa dari segala usia.
UNESCO mendefinisikan pendidikan multibahasa sebagai penggunaan lebih dari satu bahasa di kelas. Dengan metode ini, sekolah dapat menggunakan setidaknya tiga bahasa: bahasa ibu, bahasa daerah atau nasional, dan bahasa internasional. Pendekatan ini bertujuan untuk mendukung siswa multibahasa untuk belajar lebih baik, terutama mereka yang bahasa ibunya berbeda dengan bahasa pengantar.
Pendidikan multibahasa juga dapat membantu mengurangi stigma terhadap siswa multibahasa. UNESCO juga melihat pendekatan ini sebagai upaya memupuk keberagaman di kalangan siswa dan melestarikan bahasa ibu mereka.
“Pendidikan multibahasa harus anti-rasis dan anti-diskriminasi,” terang Tarcila Rivera, aktivis Quechua dan anggota Forum Permanen PBB untuk Isu-Isu Masyarakat Adat. “Salah satu dari banyak alasan mengapa orang tua dan para kakek dan nenek dari masyarakat adat dan minoritas tidak mewariskan bahasa asli mereka kepada generasi berikutnya adalah karena masih adanya rasisme, diskriminasi, Eropasentrisme, dan pengaruh kolonialisme, pengetahuan, dan ucapan.”
Fondasi penerapan pendidikan multibahasa
Mendukung siswa multibahasa dengan menerapkan pendidikan multibahasa membutuhkan partisipasi dari semua pemangku kepentingan. Tidak ada solusi tunggal untuk semua itu karena setiap daerah memiliki karakteristiknya masing-masing. Pendidik membutuhkan pelatihan dan kesadaran yang memadai untuk menggunakan multibahasa, sedangkan pemerintah perlu menerapkan strategi yang dapat mendorong penggunaan bahasa ibu di sekolah.
Untuk mendukung pendidikan multibahasa, UNESCO berencana untuk memperbarui “Pendidikan di Dunia Multibahasa” pada tahun 2023 dan menerbitkan ikhtisar kebijakan bahasa dan inklusi serta dokumen latar belakang tentang pengasuhan dan pendidikan anak usia dini dan bahasa dalam Konferensi Dunia UNESCO tentang Pengasuhan Anak Usia Dini dan Pendidikan pada November 2022.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa inggris di Green Network Asia.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Madina adalah Reporter di Green Network Asia. Dia adalah alumni program sarjana Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Dia memiliki tiga tahun pengalaman profesional dalam editorial dan penciptaan konten kreatif, penyuntingan, dan riset.