SukkhaCitta Dorong Industri Fesyen Berkelanjutan melalui Produksi Kapas Organik dan Berdayakan Petani Perempuan
Sebagian besar pakaian yang tergantung di lemari kita terbuat dari kapas. Namun, penanaman kapas yang berlebihan untuk bahan baku tekstil dapat menguras dan merusak tanah akibat penggunaan air dalam jumlah besar. Belum lagi penggunaan pestisida yang berdampak buruk bagi ekosistem.
Menurut laporan WWF, untuk menghasilkan 1 kilogram kapas dibutuhkan 20.000 liter air. Ironisnya, kapas banyak dihasilkan oleh negara-negara yang menghadapi kelangkaan air. Sebagai contoh di India, lebih dari 160 juta orang tidak dapat mengakses air bersih saat negara itu menghasilkan lebih dari 6,4 juta metrik ton kapas di akhir musim panen.
Selama beberapa tahun terakhir, dampak negatif yang dihasilkan dari industri fesyen telah meningkat pesat. Sebanyak 92 juta ton produk tekstil berakhir di tempat pembuangan sampah. Secara keseluruhan, industri ini diperkirakan menyumbang 10% emisi karbon secara global.
SukkhaCitta, sebuah wirausaha sosial yang bergerak di industri fesyen, mencoba mengatasi persoalan tersebut melalui pengembangan pertanian dan produksi kapas organik dengan metode yang lebih ramah lingkungan serta memberdayakan petani perempuan di dalam prosesnya.
Pemberdayaan Petani Kapas Organik
Langkah keberlanjutan SukkhaCitta di bidang fesyen dimulai dengan meminimalisir emisi karbon yang mungkin timbul dari proses produksinya. Salah satunya adalah menanam pohon kapas secara organik.
Satu ton kapas organik memproduksi karbon dioksida 46 persen lebih rendah dibandingkan kapas non-organik. Menurut Peter Melchett, Direktur The Soil Association seperti dikutip Huffington Post, kapas organik terbukti lebih ramah lingkungan dan juga lebih aman karena tidak menggunakan pestisida.
SukkhaCitta memberdayakan petani kapas, khususnya para perempuan di Desa Gaji, Tuban, Jawa Timur, dan di Desa Jlamprang, Batang, Jawa Tengah. Sejak tahun 2020, para petani perempuan ini diberdayakan untuk menanam kapas menggunakan sistem tumpang sari. Para ibu di dua desa ini didukung untuk menanam kapas organik di halaman belakang rumahnya, di mana kotoran sapi lokal digunakan sebagai pupuk alami.
“Dari kebun ke karya atau farm to closet, kita akan mengeksplorasi proses dan dampak dari apa yang kita pakai. Mengajak publik untuk mengingat kembali tumpang sari, cara bertanam yang mengembalikan hubungan timbal balik kita dengan tanah. Berfokus pada solusi krisis iklim dimana kita berpijak, dan apa yang bisa kita lakukan untuk berkontribusi,” kata CEO SukkhaCitta, Denica Riadini.
Metode ini terbukti lebih ramah terhadap tanah, membuat tanah lebih sehat dan tahan terhadap perubahan iklim serta meningkatkan kadar karbon dalam tanah hingga 50 persen. Dengan menanam beragam tanaman di satu lahan perkebunan dan menghindari penggunaan pupuk kimia dan pestisida sintetis, kondisi tanah yang telah rusak dapat pulih. Sistem tumpang sari juga menahan air hujan 25 persen lebih banyak dan menyerap lebih banyak karbon dioksida dari atmosfer.
Perlunya Dukungan
Merujuk laporan South East Asia Fashion Sustainability 2021, kawasan Asia Tenggara memiliki potensi besar untuk memimpin perubahan masa depan industri fesyen yang lebih memperhatikan aspek lingkungan serta sosial. Sebagai upaya mewujudkannya, SukkhaCitta berani mengambil peran dalam kampanye ini.
Dengan dukungan dana hibah dari DBS Foundation Grant Programme (DBSFGrant), SukkhaCitta telah melakukan berbagai inisiatif keberlanjutan selama tujuh tahun berdiri. Beberapa di antaranya adalah meningkatkan pendapatan para perempuan hingga 60 persen dan membantu lebih dari 1.400 anggota keluarga untuk memiliki kehidupan yang lebih layak.
Dukungan finansial seperti dana hibah DBS sangat berarti bagi pengembangan bisnis fesyen berkelanjutan berskala UMKM seperti yang dilakukan SukkhaCitta. Selain itu, dalam cakupan yang lebih luas, mewujudkan industri fesyen yang berkelanjutan juga memerlukan dukungan regulasi dan komitmen dari semua pihak agar dampaknya benar-benar dapat dirasakan oleh semua.
Editor: Abul Muamar
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Maulina adalah Reporter & Peneliti untuk Green Network Asia - Indonesia. Dia meliput Indonesia bagian barat, tengah, dan timur.