Kampung Mina Padi di Sleman Terapkan Sistem Pertanian yang Lebih Berkelanjutan
Indonesia diberkahi bentang alam dengan sumber daya alam melimpah. Sebagai negara agraris, pertanian menjadi salah satu potensi utama yang bisa menghasilkan berbagai komoditas unggulan, salah satunya adalah padi.
Di Pulau Jawa, pertanian menjadi jantung utama ekonomi masyarakat. Namun, praktik pertanian selaras alam yang ramah lingkungan sudah semakin ditinggalkan, tergantikan oleh model pertanian yang banyak bergantung pada penggunaan bahan-bahan kimia untuk menggenjot produktivitas, seperti pestisida dan pupuk sintetis. Celakanya, penggunaan pestisida dan pupuk kimia untuk pertanian dapat mengganggu keseimbangan tanah. Dalam penggunaan jangka panjang, bahan-bahan kimia bahkan dapat menyebabkan degradasi dan kesuburan lahan.
Di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, terdapat sebuah kampung yang menerapkan sistem pertanian yang lebih berkelanjutan yang memberi dampak ekonomi bagi warga sekitar. Kampung tersebut adalah Kampung Mina Padi yang berada persisnya di Padukuhan Samberembe, Desa Candibinangun, Kecamatan Pakem.
Cara Kerja Sistem Pertanian Mina Padi
Masyarakat di Padukuhan Samberember menerapkan program pertanian yang disebut Mina Padi. Sistem Mina Padi mengawinkan pertanian dan budidaya ikan dalam satu lahan. Masyarakat Kampung Samberembe dulunya mengandalkan sektor pertanian konvensional secara turun-menurun. Sistem pertanian Mina Padi menghidupkan kembali metode kuno yang selaras dengan alam untuk meningkatkan hasil panen.
Dalam prosesnya, benih ikan akan disebar di area persawahan dan akan bertindak sebagai pemupuk alami dengan menghasilkan kotoran dan menggemburkan tanah. Dengan demikian padi atau tanaman pangan lainnya dapat tumbuh secara organik. Pada masa panen, ikan di persawahan tersebut menjadi sumber penghasilan tambahan sekaligus sumber protein bagi petani dan keluarganya.
Dengan lahan sekitar 3 hektare, Kampung Mina Padi Samberembe memproduksi 17,92 ton ikan konsumsi per tahun. Jenis ikan yang dibudidayakan adalah ikan nila, yang cenderung mudah dalam pemeliharaan dan pangsa pasarnya. Dengan sistem ini, pendapatan petani bisa meningkat 20 hingga 25 persen dibanding pertanian konvensional.
”Hasilnya menguntungkan karena bisa memanen dua komoditas bahkan lebih sehingga memberikan nilai tambah. Untuk pengairan selama ini tidak ada kesulitan karena air melimpah sepanjang tahun dari sumber Kali Boyong,” kata Gunarto, petani di Samberembe yang sudah menerapkan pola Mina Padi sejak 2011.
Selain pertanian, Kampung Samberembe juga bertransformasi menjadi desa wisata dengan program Kampung Mina Wisata Technopark. Beberapa kelompok masyarakat terlibat dalam pengembangan kampung ini, antara lain Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Mina Muda, Kelompok Pengolah dan Pemasar (Poklahsar) Mina Laras Mandiri, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), dan Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) Mina Padi Mino Mudo.
Perlu Ditingkatkan
Kampung Mina Padi adalah salah satu percontohan praktik pertanian yang lebih berkelanjutan di Indonesia. Pengembangan kearifan lokal berupa sistem pertanian kuno yang lebih ramah lingkungan dapat meningkatkan potensi ekonomi suatu daerah sekaligus nilai tambah yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Agar dampaknya dapat dirasakan masyarakat dalam skala yang lebih luas, inisiatif seperti ini perlu ditingkatkan dan diadaptasi di daerah-daerah lain di Indonesia dengan dukungan dari berbagai pihak.
Editor: Abul Muamar
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Maulina adalah Reporter & Peneliti untuk Green Network Asia - Indonesia. Dia meliput Indonesia bagian barat, tengah, dan timur.