Pembangkit Listrik Hydrogen-Ready Pertama di Singapura
Emisi karbon adalah aspek penting yang harus kita tangani dalam perjalanan menuju dunia yang lebih berkelanjutan. Transisi ke produk dan layanan bebas karbon berlangsung di setiap sektor, termasuk energi. Sebagai kontributor utama emisi gas rumah kaca, pembangkit listrik secara perlahan beralih infrastruktur untuk menghasilkan lebih sedikit karbon hingga akhirnya menjadi nol. Di Singapura, Keppel Infrastructure, melalui Keppel Energy, berencana untuk mengembangkan pembangkit listrik hydrogen-ready pertama di negara itu menggunakan turbin gas siklus gabungan/combined cycle gas turbines (CCGT).
Apa itu CCGT?
CCGT menggabungkan siklus pembangkit listrik tenaga gas dengan pembangkit listrik tenaga uap. Pada siklus pertama, siklus gas menghasilkan listrik dan panas buang. Kemudian, panas ditangkap oleh heat recovery system generator (HRSG). Generator ini menghasilkan uap dari panas buang turbin gas, mengirimkannya ke turbin uap, dan menghasilkan listrik tambahan sebagai produk akhir. Ini akan menjadi landasan Keppel Sakra Cogen Plant.
Seiring perkembangan menuju emisi nol bersih, kebutuhan akan infrastruktur yang minim karbon menjadi mendesak bagi produsen listrik. Dalam hal ini, pembangkit listrik Keppel juga dirancang untuk beroperasi dengan hidrogen sebagai bahan bakar. Mengapa hidrogen? Karena satu-satunya emisi hidrogen adalah air.
Untuk pembangkit listrik 600 MW Keppel, rasio awal gas alam terhadap bahan bakar hidrogen adalah 70 banding 30. Namun, persentase bahan bakar hidrogen diproyeksikan bertambah menjadi 100%.
Pembangkit listrik dekarbonisasi
Pembangkit listrik tersebut akan dibangun di sektor Sakra Pulau Jurong. Perusahaan telah memberikan kontrak EPC (engineering, procurement, and construction) kepada konsorsium yang terdiri dari Mitsubishi Power Asia Pacific dan Jurong Engineering untuk membangun pembangkit listrik tersebut. Ini akan menjadi pembangkit listrik paling canggih dan hemat energi di Singapura ketika selesai pada tahun 2026.
Sektor energi menyumbang hampir 40% dari emisi karbon Singapura. Menurut Keppel, pembangkit listrik tersebut akan mengurangi hingga 220.000 ton CO2 per tahun, setara dengan penarikan sekitar 47.000 mobil dari jalan raya per tahun. Proyek ini sejalan dengan Green Plan Singapura, di mana pembangkit listrik dekarbonisasi menjadi salah satu fitur utamanya.
“Permintaan listrik Singapura diproyeksikan tumbuh dengan meningkatnya elektrifikasi dan pertumbuhan ekonomi. Karena itu, Otoritas Pasar Energi menyambut baik investasi sektor swasta untuk menghadirkan teknologi terbaik di kelasnya dalam pembangkit listrik. Dengan hydrogen-ready, pembangkit listrik garapan Keppel ini akan memberikan kontribusi terhadap efisiensi yang lebih besar dan emisi karbon yang lebih rendah. Ini akan mendukung transisi Singapura ke masa depan energi yang lebih berkelanjutan seraya memastikan keamanan dan jaminan pasokan listrik ke konsumen,” kata Ngiam Shih Chun, Chief Executive, EMA.
Menuju sektor energi yang berkelanjutan
Inovasi dan pengembangan sektor energi diperlukan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Selain kontrak konstruksi, Keppel New Energy juga menandatangani MoU dengan Mitsubishi Heavy Industries untuk mempelajari kelayakan pembangkit listrik berbahan bakar 100% amonia di Singapura. Melalui kolaborasi ini, perusahaan tersebut bertujuan untuk menciptakan sektor energi yang lebih tangguh yang berfokus pada keberlanjutan di Singapura.
Penerjemah & Editor: Abul Muamar
Baca versi asli artikel ini dalam bahasa inggris di Green Network Asia.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Madina adalah Reporter di Green Network Asia. Dia adalah alumni program sarjana Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Dia memiliki tiga tahun pengalaman profesional dalam editorial dan penciptaan konten kreatif, penyuntingan, dan riset.