Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan
  • GNA Internasional
  • Jadi Member
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Akar Rumput
  • Muda
  • Siaran Pers
  • Corporate Sustainability
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Sanad Initiative: Menjembatani Kesenjangan Layanan untuk Pengungsi Palestina di Mesir

Sanad Initiative berupaya membantu menjembatani kesenjangan layanan bagi pengungsi Palestina di Mesir.
Oleh Dinda Rahmania
17 September 2024
hand giving heart to other hands

Photo: Freepik.

Pendudukan Israel di Palestina telah memaksa ribuan warga Palestina meninggalkan negaranya untuk mencari keselamatan dan keamanan. Sayangnya, banyak pengungsi Palestina, termasuk mereka yang berada di Mesir, tidak memiliki status legal sebagai pengungsi, sehingga mereka kesulitan dalam mengakses berbagai layanan penting. Merespons hal ini, sekelompok pengungsi Palestina di Kairo meluncurkan Sanad Initiative untuk membantu pengungsi Palestina lainnya dan menjembatani kesenjangan dalam akses layanan.

Biaya Hidup dan Pengungsian

Pendudukan Israel atas wilayah Palestina telah berlangsung selama beberapa dekade. Krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung di negara itu telah menyebabkan sekitar 41.118 warga Palestina kehilangan nyawa, dan lebih dari 95.125 lainnya terluka sejak Oktober 2023. Jika ditambah dengan empat kematian tidak langsung dari setiap kematian langsung dan kasus yang tidak dilaporkan, maka jumlah korban tewas yang sesungguhnya dapat melebihi 186.000 jiwa.

Selain itu, pendudukan Israel juga telah memaksa banyak warga Palestina mengungsi, termasuk ke luar negeri. Di Mesir, ada lebih dari 100.000 warga Palestina yang mencari perlindungan.

Sayangnya, pengungsi Palestina di Mesir tidak memiliki status legal pengungsi karena pemerintah Mesir menolak mengakui mereka sebagai pengungsi. Penolakan ini didorong oleh kekhawatiran akan pengusiran permanen dan ketakutan bahwa Israel akan menghalangi kepulangan mereka. Akibatnya, mereka tidak memenuhi syarat untuk menerima sebagian besar bantuan internasional yang diperuntukkan bagi pengungsi.

Sanad Initiative: Dari dan Untuk Pengungsi Palestina

Mengakui kesenjangan dalam layanan pengungsi, masyarakat akar rumput di Mesir memutuskan untuk mengambil tindakan. Salah satunya adalah Sanad Initiative. 

Sanad Initiative dibentuk oleh sekelompok pengungsi Palestina di Kairo yang berupaya mendukung pengungsi Palestina lainnya di Mesir. Mereka beroperasi di Kairo dan Gaza untuk membantu pengungsi internal dan eksternal Palestina. 

Inisiatif ini menyediakan kebutuhan pokok seperti makanan, obat-obatan, dan pakaian bagi pengungsi Palestina di Kairo, serta memenuhi kebutuhan pengungsi internal Gaza dengan memasok produk-produk kebersihan, sanitasi, dan air bersih. Selain itu, dukungan psikososial dan sesi teman sebaya juga ditawarkan untuk membangun lingkungan komunitas yang mendukung.

Inisiatif ini dijalankan berdasarkan donasi dan respons yang dipimpin oleh komunitas. Melalui pengalaman bersama, mereka memahami secara mendalam tantangan dan kebutuhan unik para pengungsi Palestina di Mesir. 

Urgensi Dukungan Kemanusiaan yang Inklusif

Melindungi hak-hak komunitas pengungsi dan memastikan perawatan dan dukungan yang tepat di luar tanah air mereka yang dilanda konflik sangatlah penting. Perawatan ini juga harus mencakup dukungan psikologis dan mental untuk membantu mereka mengatasi trauma dan membantu membangun kembali kehidupan mereka. Oleh karena itu, respons yang dipimpin oleh komunitas, seperti Sanad Initiative, sangatlah penting di tengah ketidakpastian situasi.

Penting untuk diingat dan dipahami bahwa para pengungsi terpaksa meninggalkan tanah air mereka karena keadaan mendesak, dan kurangnya dokumentasi yang tepat atau status hukum yang jelas dapat berdampak besar terhadap kehidupan mereka. Oleh karena itu, penting untuk mengatasi kesenjangan yang muncul dan menjamin dukungan kemanusiaan yang inklusif. 

Pada akhirnya, merupakan tanggung jawab para pemimpin dunia dan penegak hukum internasional untuk memprioritaskan penghentian konflik, persekusi, dan pelanggaran hak asasi manusia lainnya di seluruh dunia sehingga setiap orang dapat menjalani kehidupan yang aman dan damai tanpa terkecuali. 

Editor: Kresentia Madina

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia

Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Belajar, berbagi, berjejaring, dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Jadi Member Sekarang

Dinda Rahmania
Reporter at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Dinda adalah Reporter di Green Network Asia. Ia belajar Ilmu Hubungan Internasional di President University. Dinda bersemangat menulis seputar isu keberagaman, konsumsi berkelanjutan, dan pemberdayaan.

  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    Menengok Pelatihan Pemuda Desa di India untuk Kembangkan Pariwisata Berkelanjutan
  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    Kunci untuk Memastikan Sistem Transportasi Perkotaan yang Inklusif di Asia-Pasifik
  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    Mengatasi Heat Stress Okupasional Demi Keselamatan dan Kesehatan Pekerja
  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    Polusi Udara dan Risiko Demensia yang Lebih Tinggi

Continue Reading

Sebelumnya: Regulasi yang Lebih Tegas terkait PLTU Captive di Indonesia
Berikutnya: Menengok Praktik Pengelolaan Ruang Laut Berkelanjutan di Desa Kadoda, Sulteng

Lihat Konten GNA Lainnya

bangunan roboh Robohnya NZBA: Kritik, Analisis, dan Seruan untuk Perbankan Indonesia
  • GNA Knowledge Hub
  • Kolom Penasihat GNA
  • Opini

Robohnya NZBA: Kritik, Analisis, dan Seruan untuk Perbankan Indonesia

Oleh Jalal
17 Oktober 2025
Empat tangan anak-anak yang saling berpegangan Mengatasi Perundungan di Lingkungan Pendidikan dengan Aksi Kolektif
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mengatasi Perundungan di Lingkungan Pendidikan dengan Aksi Kolektif

Oleh Andi Batara
17 Oktober 2025
sekawanan bison sedang memamah di atas padang rumput yang tertutup salju Mendorong Rewilding untuk Memulihkan Krisis Ekologi
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mendorong Rewilding untuk Memulihkan Krisis Ekologi

Oleh Kresentia Madina
17 Oktober 2025
meja dengan berbagai ikan segar tersusun di atasnya Memajukan Sektor Pangan Akuatik untuk Mendukung Ketahanan Pangan
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Memajukan Sektor Pangan Akuatik untuk Mendukung Ketahanan Pangan

Oleh Seftyana Khairunisa
16 Oktober 2025
dua elang hitam kepala putih bertengger di ranting pohon yang tak berdaun Bagaimana Bahasa Potawatomi Menghidupkan dan Menghormati Alam
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Bahasa Potawatomi Menghidupkan dan Menghormati Alam

Oleh Dina Oktaferia
16 Oktober 2025
Kursi roda anak berukuran kecil di samping deretan kursi kayu, dengan latar belakang papan tulis hitam dan lantai berkarpet berwarna cerah. Mengatasi Tantangan yang Dihadapi Anak dengan Disabilitas
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Mengatasi Tantangan yang Dihadapi Anak dengan Disabilitas

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
15 Oktober 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Laporan Akar Rumput GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia