Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan
  • GNA Internasional
  • Jadi Member
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Akar Rumput
  • Muda
  • Siaran Pers
  • Corporate Sustainability
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mendorong Kebijakan Cuti Ayah untuk Tingkatkan Kesetaraan Gender dan Kesejahteraan Keluarga

Absennya peran ayah dalam pengasuhan dapat berdampak serius bagi perkembangan dan pertumbuhan anak dan stabilitas keluarga. Mendorong cuti ayah dapat mendukung kesetaraan gender dan kesejahteraan keluarga.
Oleh Maulina Ulfa
23 Mei 2023
Seorang ayah bermain bersama anak laki-laki

Foto: Komang Gita Krishna Murti di Unsplash.

Ayah memiliki peran yang sama pentingnya dengan ibu dalam proses tumbuh-kembang anak. Namun sayangnya, di berbagai tempat banyak ayah yang tidak selalu hadir dan memainkan peran tersebut, termasuk di Indonesia. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ketiga sebagai negara tanpa ayah atau fatherless country. Untuk mengurangi kondisi fatherless, diperlukan kebijakan yang mendukung peran ayah dalam pengasuhan, salah satunya dengan mendorong kebijakan cuti ayah.

Pentingnya Peran Domestik Ayah

Kementerian Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) mendefinisikan fatherless sebagai keadaan ketiadaan peran ayah dalam pengasuhan anak sehari-hari. Meskipun ayah ada atau hadir secara fisik, namun di berbagai tempat mereka tidak atau menolak terlibat dalam pengasuhan anak. 

Budaya patriarki menjadi salah satu faktor absennya ayahnya dalam pengasuhan dan perkembangan anak. Dalam struktur masyarakat patriarkis, para ayah diharapkan bekerja ke luar rumah untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan rumah tangga. Sementara, para ibu bertugas mengurus pekerjaan rumah tangga, termasuk menjaga dan mengasuh anak-anak.

Keterlibatan ayah dalam pengasuhan dapat memberikan sejumlah dampak psikologis bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Di antaranya dapat mempengaruhi perkembangan kompetensi sosial anak, kemampuan belajar di sekolah, dan pengaturan emosi. Ayah yang berkontribusi dalam memberikan materi pelajaran dan rutin berbicara dengan anak-anak mereka akan membuat si anak tampil lebih baik di sekolah dan memiliki keterampilan bahasa yang lebih baik.

Sejatinya, ayah juga dapat menjalankan peran pengasuhan bahkan ketika mereka tidak tinggal bersama anak. Pengasuhan bersama antara ayah dan ibu dapat mendukung anak mengembangkan diri lebih baik dan membuat anak-anak lebih sedikit memiliki masalah perilaku. Kehadiran ayah dalam pengasuhan juga dapat mendukung kesetaraan gender dalam rumah tangga. 

Mendorong Kebijakan Cuti Pengasuhan untuk Ayah 

Cuti Pengasuhan (Parental leave) yang di dalamnya terdapat cuti untuk ayah dulunya merupakan kebijakan yang langka di banyak negara, termasuk Indonesia. Namun dewasa ini, semakin banyak negara dan perusahaan yang menawarkan cuti kepada ayah baru. Di seluruh dunia, 90 dari 187 negara menawarkan cuti ayah berbayar wajib, dengan hampir empat dari sepuluh organisasi (38 persen) memberikan cuti berbayar di atas minimum wajib. 

Di Indonesia, cuti ayah mulai didorong melalui RUU Kesejahteraan Ibu dan Anak (RUU KIA). Di dalam draft RUU tersebut, ayah/suami diusulkan mendapatkan hak cuti pendampingan paling lama 40 hari untuk mendampingi istri melahirkan dan paling lama 7 hari jika istri mengalami keguguran.

Studi menunjukkan bahwa cuti ayah dapat mendukung peran pengasuhan bagi anak di dalam keluarga. Di negara-negara OECD (Organization for Economic Cooperation and Development), penggunaan cuti melahirkan oleh ayah meningkat secara keseluruhan, meskipun jumlah harinya masih terbilang minim. Dalam laporan OECD, cuti ayah juga memiliki berbagai manfaat, tidak hanya untuk anak namun juga untuk ibu. Misalnya, cuti ayah dapat membantu meringankan beban pekerjaan ibu tanpa mempengaruhi posisi ayah di pasar tenaga kerja. 

Cuti ayah juga dapat meningkatkan komunikasi dan kedekatan antara anak dan ayah, dan antara ayah dan ibu. Dengan demikian, kesejahteraan keluarga dapat terwujud dan pada gilirannya akan berkontribusi bagi pembangunan berkelanjutan. Untuk itu, sudah saatnya semua pihak mendorong terciptanya kebijakan yang mendukung peran pengasuhan ayah dalam keluarga.

Editor: Abul Muamar

Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Belajar, berbagi, berjejaring, dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Jadi Member Sekarang

Maulina Ulfa
Reporter at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Maulina adalah Reporter di Green Network Asia. Ia belajar program Sarjana Ilmu Hubungan Internasional di Universitas Jember.

  • Maulina Ulfa
    https://greennetwork.id/author/maulinaulfa/
    Darurat Kebakaran Hutan di Tengah Kemarau Panjang dan Bagaimana Mengatasinya
  • Maulina Ulfa
    https://greennetwork.id/author/maulinaulfa/
    Upaya Agradaya Berdayakan Petani Rempah di Menoreh
  • Maulina Ulfa
    https://greennetwork.id/author/maulinaulfa/
    Dekarbonisasi dengan Pemanfaatan Teknologi CCUS
  • Maulina Ulfa
    https://greennetwork.id/author/maulinaulfa/
    Upaya Perkuat Pembangunan Berkelanjutan Melalui Indonesian Sustainability Forum 2023

Continue Reading

Sebelumnya: Meningkatkan Kapasitas Jurnalis melalui Program Indonesian Climate Journalist Network
Berikutnya: Nasib Perempuan Adat di Tengah Kerusakan Lingkungan Indonesia

Lihat Konten GNA Lainnya

Pemandangan pesisir Pantai Utara Jawa dengan garis pantai melengkung, air laut berwarna biru kehijauan, area persawahan di sisi kiri, dan permukiman di tepi pantai. Mengulik Isu Penurunan Muka Tanah Pesisir Jawa
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Mengulik Isu Penurunan Muka Tanah Pesisir Jawa

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
30 Oktober 2025
beberapa petani perempuan memanen daun teh di kebun Kebangkitan Pertanian Permakultur Lokal di India
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Kebangkitan Pertanian Permakultur Lokal di India

Oleh Ponnila Sampath-Kumar
30 Oktober 2025
Fasilitas LNG di dekat laut. Menilik Dampak Proyek LNG di Tengah Pusaran Transisi Energi
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Menilik Dampak Proyek LNG di Tengah Pusaran Transisi Energi

Oleh Andi Batara
29 Oktober 2025
Sebuah nampan berisi ikan yang di sekitarnya terdapat sikat, pisau, dan makanan laut lainnya. Memanfaatkan Limbah Makanan Laut sebagai Peluang Ekonomi Biru yang Berkelanjutan
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Memanfaatkan Limbah Makanan Laut sebagai Peluang Ekonomi Biru yang Berkelanjutan

Oleh Attiatul Noor
29 Oktober 2025
Pembangkit listrik tenaga nuklir dengan dua menara pendingin besar yang mengeluarkan uap di malam hari, dikelilingi lampu-lampu dan struktur industri lainnya. Menilik PLTN Terapung: Potensi dan Tantangan Energi Nuklir di Indonesia
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Menilik PLTN Terapung: Potensi dan Tantangan Energi Nuklir di Indonesia

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
28 Oktober 2025
Seorang pria menjual dan mengipas jagung bakar di samping meja yang penuh dengan kelapa muda. Mengintegrasikan Keberlanjutan dalam Upaya Gastrodiplomasi Indonesia
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mengintegrasikan Keberlanjutan dalam Upaya Gastrodiplomasi Indonesia

Oleh Nazalea Kusuma dan Dina Oktaferia
28 Oktober 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Laporan Akar Rumput GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia