Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan
  • GNA Internasional
  • Jadi Member
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Akar Rumput
  • Muda
  • Siaran Pers
  • Corporate Sustainability
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Merawat Masa Depan Air untuk Mewujudkan Kesejahteraan dan Perdamaian

Laporan UNESCO menyoroti keterkaitan antara pengelolaan air berkelanjutan, kesejahteraan, dan perdamaian.
Oleh Seftyana Khairunisa
4 Juni 2024
seseorang memakai caping berdiri di pinggir perahu di tengah danau saat siang hari

Foto: Su Wai di Unsplash.

Air adalah sumber daya penting untuk pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Ketersediaan air minum yang aman dan layanan sanitasi yang baik adalah hak asasi, sehingga penting untuk mengelola sumber daya air secara berkelanjutan dan berkeadilan. 

Pada World Water Forum 2024 yang diselenggarakan di Bali 18-25 Mei, UNESCO, atas nama UN-Water,  meluncurkan versi Bahasa Indonesia dari Laporan PBB tentang Perkembangan Sumber Daya Air 2024. Peluncuran laporan ini merupakan komitmen UNESCO terhadap inklusivitas global dan pengakuan terhadap Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi. Laporan ini menyoroti keterkaitan antara pengelolaan air berkelanjutan, kesejahteraan, dan perdamaian.

Status Sumber Daya Air Dunia

Kebutuhan global akan air bersih mengalami peningkatan, terutama di negara-negara berkembang dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat. Sayangnya, laporan UNESCO mencatat bahwa tujuan pembangunan berkelanjutan dalam menyediakan air dan sanitasi yang layak masih belum tercapai. Masih terdapat 2,2 miliar orang yang tidak memiliki akses air minum yang aman dan 3,5 miliar orang tanpa akses sanitasi. 

Belum lagi, sumber daya air menghadapi berbagai ancaman di tengah perubahan iklim akibat pemanasan global yang terus berlanjut. Berbagai bencana seperti banjir dan kekeringan semakin meningkat intensitas dan frekuensinya. UNESCO mengungkap bahwa sekitar setengah dari jumlah penduduk dunia mengalami kelangkaan air parah yang berdampak pada stabilitas sosial dan peningkatan migrasi. Selain itu, peristiwa cuaca ekstrem juga menyebabkan peningkatan insiden penyakit yang ditularkan melalui air hingga kerusakan pada ekosistem air bersih.

Negara-negara berkembang seperti Indonesia dan juga negara-negara pulau kecil akan menjadi pihak yang paling terdampak dari perubahan iklim yang mengancam sumber daya air. Di sisi lain, laporan UNESCO juga menunjukkan bahwa negara-negara ini masih memiliki kualitas air lingkungan yang cenderung buruk akibat rendahnya tingkat pengolahan air limbah. 

Air untuk Kesejahteraan dan Perdamaian

Sumber daya air dapat mewujudkan kesejahteraan melalui pemenuhan kebutuhan dasar hidup manusia, terwujudnya kesehatan masyarakat, peningkatan perekonomian, serta pemeliharaan lingkungan hidup. 

Di negara-negara berkembang, diperkirakan 80% pekerjaan bergantung pada air terutama karena dominasi pertanian sebagai pekerjaan utama. Indonesia, misalnya, angka pekerja informal di sektor pertanian pada tahun 2022 mencapai 88% dan pertanian menjadi penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar ketiga pada 2023. Selain bergantung pada penggunaan air, sektor pertanian juga sangat rentan terhadap risiko air terkait iklim. Oleh karena itu, memastikan infrastruktur irigasi yang baik terutama bagi petani kecil menjadi hal yang sangat penting.

Sementara di sektor industri, kualitas dan aksesibilitas air dapat menciptakan risiko bagi industri dan mengganggu rantai pasok. Perusahaan, terutama yang berskala kecil, dapat mengalami penurunan penjualan ketika layanan air perkotaan terganggu. Kekeringan yang berkepanjangan juga dapat berpotensi menyebabkan kerugian besar. 

Hubungan antara air dan perdamaian atau konflik juga sama kompleksnya. Masih banyak terjadi serangan yang menargetkan infrastruktur air sipil yang merupakan pelanggaran hukum internasional. Rusaknya infrastruktur penting ini dapat membatasi akses terhadap sumber daya termasuk air dan sanitasi. Selain itu, dampak konflik terkait air memiliki banyak aspek dan seringkali tidak langsung, seperti migrasi paksa, menurunnya ketahanan pangan, dan meningkatnya paparan terhadap ancaman kesehatan. Dalam hal ini, perempuan dan anak-anak menjadi kelompok yang paling rentan terdampak. 

Tata Kelola Air Berkeadilan

Dalam laporan tersebut, UNESCO menekankan pentingnya tata kelola air yang adil dengan koordinasi lintas sektor dan mekanisme pembiayaan yang kreatif. Selain itu, diperlukan pengembangan kapasitas terutama pada pemangku kepentingan untuk memantau dan mengumpulkan data untuk mengatasi tantangan ekonomi dan sosial terkait air. Kemajuan teknologi informasi dapat dimanfaatkan untuk pengelolaan air yang diselaraskan dengan partisipasi publik dan pengetahuan lokal atau tradisional. 

Selain itu, kerja sama untuk mengelola wilayah sungai lintas batas juga dapat dimanfaatkan untuk memelihara perdamaian, meminimalisir potensi konflik akibat sumber daya air, dan memperkuat integrasi regional.  

“Air, ketika dikelola secara berkelanjutan dan adil, dapat menjadi sumber perdamaian dan kesejahteraan. Air juga merupakan kebutuhan pokok pertanian, penggerak sosial-ekonomi utama bagi miliaran manusia.” kata Alvaro Lario, Ketua UN-Water.

Editor:  Abul Muamar

Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Belajar, berbagi, berjejaring, dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Jadi Member Sekarang

Seftyana Khairunisa
Reporter at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Nisa adalah reporter dan asisten peneliti di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Sarjana Ilmu Hubungan Internasional dari Universitas Gadjah Mada. Ia memiliki minat di bidang penelitian, jurnalisme, dan isu-isu seputar hak asasi manusia.

  • Seftyana Khairunisa
    https://greennetwork.id/author/seftyanaauliakhairunisa/
    Mekanisme Anti-SLAPP Lewat Putusan Sela: Harapan Baru bagi Pembela Lingkungan?
  • Seftyana Khairunisa
    https://greennetwork.id/author/seftyanaauliakhairunisa/
    Memajukan Sektor Pangan Akuatik untuk Mendukung Ketahanan Pangan
  • Seftyana Khairunisa
    https://greennetwork.id/author/seftyanaauliakhairunisa/
    Deklarasi Sira: Memperjuangkan Pengakuan dan Perlindungan Hak Masyarakat Adat
  • Seftyana Khairunisa
    https://greennetwork.id/author/seftyanaauliakhairunisa/
    Mengupayakan Keadilan Ekologis

Continue Reading

Sebelumnya: Degradasi Ekosistem Mangrove dan Risiko yang Ditimbulkan
Berikutnya: Melestarikan Bahasa Daerah dengan Teknologi

Lihat Konten GNA Lainnya

Fasilitas LNG di dekat laut. Menilik Dampak Proyek LNG di Tengah Pusaran Transisi Energi
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Menilik Dampak Proyek LNG di Tengah Pusaran Transisi Energi

Oleh Andi Batara
29 Oktober 2025
Sebuah nampan berisi ikan yang di sekitarnya terdapat sikat, pisau, dan makanan laut lainnya. Memanfaatkan Limbah Makanan Laut sebagai Peluang Ekonomi Biru yang Berkelanjutan
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Memanfaatkan Limbah Makanan Laut sebagai Peluang Ekonomi Biru yang Berkelanjutan

Oleh Attiatul Noor
29 Oktober 2025
Pembangkit listrik tenaga nuklir dengan dua menara pendingin besar yang mengeluarkan uap di malam hari, dikelilingi lampu-lampu dan struktur industri lainnya. Menilik PLTN Terapung: Potensi dan Tantangan Energi Nuklir di Indonesia
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Menilik PLTN Terapung: Potensi dan Tantangan Energi Nuklir di Indonesia

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
28 Oktober 2025
Seorang pria menjual dan mengipas jagung bakar di samping meja yang penuh dengan kelapa muda. Mengintegrasikan Keberlanjutan dalam Upaya Gastrodiplomasi Indonesia
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mengintegrasikan Keberlanjutan dalam Upaya Gastrodiplomasi Indonesia

Oleh Nazalea Kusuma dan Dina Oktaferia
28 Oktober 2025
Cover buku We are Eating the Earth: The Race to Fix Our Food System and Save Our Climate oleh Michael Grunwald. Bagaimana Memberi Makan Sembilan Miliar Orang Sembari Mendinginkan Langit?
  • GNA Knowledge Hub
  • Kolom Penasihat GNA
  • Resensi Buku

Bagaimana Memberi Makan Sembilan Miliar Orang Sembari Mendinginkan Langit?

Oleh Jalal
27 Oktober 2025
orang-orang diatas pohon saling membantu naik ke atas Bukan Sekadar Memimpin, tapi Juga Melakukan Transformasi: Bagaimana Perempuan Membentuk Kembali Keadilan Iklim di Asia
  • GNA Knowledge Hub
  • Opini

Bukan Sekadar Memimpin, tapi Juga Melakukan Transformasi: Bagaimana Perempuan Membentuk Kembali Keadilan Iklim di Asia

Oleh Cut Nurul Aidha dan Aimee Santos-Lyons
27 Oktober 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Laporan Akar Rumput GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia