Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan
  • GNA Internasional
  • Jadi Member
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Akar Rumput
  • Muda
  • Siaran Pers
  • Corporate Sustainability
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Mengulik Tren Gaya Hidup Minimalis di TikTok

Apakah tren gaya hidup minimalis benar-benar menyuarakan hidup berkelanjutan dengan mempromosikan kebiasaan berbelanja yang penuh kesadaran dan tidak berlebihan?
Oleh Sukma Prasanthi dan Nazalea Kusuma
22 Mei 2025
Miniatur troli terjatuh dengan kardus kosong dan kartu kredit yang berserakan

Foto: Freepik.

Internet telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari banyak orang. Maka tak mengherankan jika konten di media sosial dan platform online berperan besar dalam membentuk gaya hidup seseorang. Salah satu platform yang kerap memunculkan berbagai tren adalah TikTok, dengan konten yang dikenal dengan sebutan “-cores”. Di antara tren tersebut, muncul “tren gaya hidup minimalis” (underconsumption core) yang mendorong seseorang untuk hidup lebih sederhana dan minim konsumsi. Lantas, apakah tren ini mendorong gaya hidup berkelanjutan?

Apa itu Tren Gaya Hidup Minimalis?

Tren gaya hidup minimalis yang tengah populer di TikTok mendorong gaya hidup sederhana dan menolak konsumerisme berlebihan. Tren ini menekankan pentingnya membeli barang sesuai kebutuhan, memanfaatkan kembali barang yang masih layak pakai, dan menggunakan barang dengan maksimal sebelum diganti, alih-alih mengejar barang terbaru.

Pada pertengahan 2024, tren ini telah menginspirasi lebih dari 44,9 juta unggahan di TikTok. Para kreator menampilkan kebiasaan minimalis, seperti menghabiskan produk perawatan kulit hingga tetes terakhir, memakai sepatu yang sama selama bertahun-tahun, dan mendaur ulang barang sehari-hari seperti toples kaca untuk fungsi yang berbeda.

Meskipun mirip dengan deinfluencing, tren gaya hidup minimalis menyampaikan pesan yang berbeda. Populer mulai akhir 2023, deinfluencing melibatkan para influencer yang menyarankan untuk tidak membeli produk tertentu sekaligus memberikan rekomendasi alternatif. Sebaliknya, underconsumption menolak untuk membeli apapun. Tren underconsumption tidak mengatakan, “beli yang ini saja”, melainkan “kamu tidak membutuhkannya sama sekali.”

Respons terhadap Krisis Lingkungan dan Tantangan Ekonomi

Meningkatnya tren gaya hidup minimalis secara langsung mematahkan budaya konsumsi berlebihan, yang menyebabkan kerusakan lingkungan akibat pengurasan sumber daya dan penumpukan sampah.

Menurut Global Footprint Network, manusia mengonsumsi sumber daya 1,7 kali lebih cepat dari kemampuan Bumi untuk beregenerasi. Artinya, manusia membutuhkan hampir dua Bumi untuk mempertahankan tingkat konsumsi saat ini. Selain itu, tumpukan sampah masih menjadi masalah serius. Industri fesyen, misalnya, menyumbang ribuan ton limbah pakaian setiap tahunnya, termasuk ke Gurun Atacama, Chili. Seiring meningkatnya kesadaran dan kekhawatiran masyarakat terhadap perubahan iklim, kemauan untuk berubah merupakan langkah awal yang baik.

Tantangan ekonomi juga turut mendorong tren gaya hidup minimalis, terutama di kalangan Gen Z dan milenial. Di Singapura, lebih dari 90% warganya merasakan dampak dari kenaikan biaya hidup, dan banyak dari mereka yang menghemat dan menunda pembelian yang tidak mendesak hingga harganya lebih terjangkau.

Alhasil, kesadaran untuk hidup minimalis semakin meningkat, terutama di kalangan generasi muda. Laporan ThredUp mencatat bahwa 65% konsumen Gen Z ingin berbelanja dengan cara yang lebih berkelanjutan, yang menunjukkan adanya penolakan terhadap fast fashion dan budaya konsumsi yang berlebihan.

Mewujudkan Gaya Hidup yang Lebih Berkelanjutan

Meski masih terlalu dini untuk mengukur dampak jangka panjang, tren gaya hidup minimalis mencerminkan pergeseran budaya yang signifikan menuju gaya hidup berkelanjutan. Banyak pengguna TikTok mulai mengadopsi kebiasaan sederhana namun berdampak, seperti menghindari pembelian impulsif dan memilih pakaian bekas daripada fast fashion. Di tingkat individu, perubahan ini mungkin terlihat kecil; namun secara kolektif, perubahan ini menunjukkan tumbuhnya kesadaran untuk hidup lebih bertanggung jawab. Menurut Ellen MacArthur Foundation, memperpanjang usia pakai pakaian selama sembilan bulan dapat mengurangi jejak karbon, konsumsi air, dan limbah hingga 20–30% per item, membuktikan bahwa pilihan konsumen yang bijak dapat membawa dampak yang besar.

Selain itu, tren gaya hidup minimalis menunjukkan perubahan positif dalam pola pikir konsumen menuju pilihan yang lebih ramah lingkungan dan mendukung peningkatan kesejahteraan. Tren ini dapat menjadi langkah efektif untuk mempromosikan gaya hidup berkelanjutan dengan cara yang mudah dipahami dan diikuti. Namun, perlu diingat bahwa tanggung jawab terhadap krisis iklim bukan hanya tanggung jawab individu. Jika tren ini bertahan dan diadopsi secara luas, bisnis juga harus bertransformasi, dari eksploitasi dan produksi berlebihan menuju praktik dan pengadaan produk dan layanan yang lebih berkelanjutan. Pada akhirnya, pemerintah di seluruh dunia, perusahaan besar, dan kelompok ekonomi atas memegang tanggung jawab terbesar dalam mengatasi krisis iklim. Mereka memiliki kekuatan untuk mendorong perubahan demi keberlangsungan hidup manusia dan Bumi.

Penerjemah: Kesya Arla

Editor: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia

Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Belajar, berbagi, berjejaring, dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Jadi Member Sekarang

Continue Reading

Sebelumnya: Meningkatkan Upaya Pelindungan Data Pribadi
Berikutnya: Mendorong Pengembangan Ekonomi Restoratif di Desa untuk Dukung Ketahanan Ekonomi

Lihat Konten GNA Lainnya

Cover buku We are Eating the Earth: The Race to Fix Our Food System and Save Our Climate oleh Michael Grunwald. Bagaimana Memberi Makan Sembilan Miliar Orang Sembari Mendinginkan Langit?
  • GNA Knowledge Hub
  • Kolom Penasihat GNA
  • Resensi Buku

Bagaimana Memberi Makan Sembilan Miliar Orang Sembari Mendinginkan Langit?

Oleh Jalal
27 Oktober 2025
orang-orang diatas pohon saling membantu naik ke atas Bukan Sekadar Memimpin, tapi Juga Melakukan Transformasi: Bagaimana Perempuan Membentuk Kembali Keadilan Iklim di Asia
  • GNA Knowledge Hub
  • Opini

Bukan Sekadar Memimpin, tapi Juga Melakukan Transformasi: Bagaimana Perempuan Membentuk Kembali Keadilan Iklim di Asia

Oleh Cut Nurul Aidha dan Aimee Santos-Lyons
27 Oktober 2025
siluet pabrik dengan asap yang keluar dari cerobong dan latar belakang langit oranye dan keabuan Menyoal Akuntabilitas dalam Tata Kelola Perdagangan Karbon
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Menyoal Akuntabilitas dalam Tata Kelola Perdagangan Karbon

Oleh Seftyana Khairunisa
24 Oktober 2025
fotodari atas udara mesin pemanen gabungan dan traktor dengan trailer yang bekerja di ladang yang berdekatan, satu berwarna hijau dan yang lainnya berwarna keemasan Transformasi Sistem Pangan Dunia untuk Bumi yang Sehat
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Transformasi Sistem Pangan Dunia untuk Bumi yang Sehat

Oleh Kresentia Madina
24 Oktober 2025
Tiga anak sedang mengikuti lomba balap karung di antara balon yang tergantung, sementara dua anak di samping memberi taburan bedak. Mereka mengenakan kaos merah putih dan berada di jalan tanah di antara pepohonan. Memperkuat Pendidikan Nonformal untuk Perluas Akses Pendidikan bagi Semua
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Memperkuat Pendidikan Nonformal untuk Perluas Akses Pendidikan bagi Semua

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
23 Oktober 2025
Dua orang duduk di perahu menyusuri perairan dengan salah seorang menebar benih ikan. Memberdayakan Pembudidaya Ikan Skala Kecil untuk Akuakultur Berkelanjutan
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Memberdayakan Pembudidaya Ikan Skala Kecil untuk Akuakultur Berkelanjutan

Oleh Attiatul Noor
23 Oktober 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Laporan Akar Rumput GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia