Langkah Bank Indonesia Dorong Instrumen Keuangan Berkelanjutan
Kegiatan ekonomi pada dasarnya tidak hanya menghasilkan pertumbuhan ekonomi itu sendiri, tetapi juga membawa dampak terhadap lingkungan. Salah satunya adalah meningkatkan emisi gas rumah kaca (GRK) dari berbagai sektor.
Data menunjukkan, emisi GRK di Indonesia pada tahun 2019 mencapai 1,86 miliar ton karbon dioksida ekuivalen (CO2e). Tingginya emisi GRK berdampak pada perubahan iklim, yang akhirnya merugikan secara ekonomi. Kementerian ESDM memperkirakan kerugian ekonomi akibat perubahan iklim mencapai USD 129 Miliar.
Atas keprihatinan itu, Bank Indonesia berkomitmen untuk mendorong instrumen keuangan berkelanjutan untuk mencapai ekonomi hijau.
Keuangan Berkelanjutan
Keuangan berkelanjutan (sustainable finance) adalah dukungan dari industri jasa keuangan terhadap pertumbuhan berkelanjutan yang diperoleh dari keselarasan antara kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup. Keuangan berkelanjutan bermanfaat untuk memetakan pembangunan ekonomi yang selaras dengan lingkungan hidup.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti menjelaskan arah kebijakan keuangan berkelanjutan di Indonesia adalah untuk menuju transisi energi bersih demi ekonomi rendah karbon. Hal ini selaras dengan komitmen Indonesia untuk mengurangi 411% emisi karbon pada tahun 2030 dan nol-emisi karbon pada tahun 2060 atau lebih cepat.
“Momentum kolaborasi antar-otoritas perlu disongsong sedini mungkin, agar tercipta ruang untuk mengembangkan ruang fundamental dan infrastruktur ekosistem keuangan berkelanjutan,” kata Destry.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso, menuturkan bahwa OJK mendukung Bank Indonesia untuk menjaga pelaksanaan kebijakan keuangan berkelanjutan. Dalam jangka panjang, lembaga ini berkomitmen mengubah perekonomian Indonesia menuju ekonomi hijau dengan mempromosikan pembiayaan dan instrumen pasar keuangan yang memperhatikan aspek lingkungan, sosial, dan pemerintahan.
OJK telah memantau risiko mengenai tingginya biaya transisi ke ekonomi rendah karbon akibat perubahan iklim. OJK mencatat, pembiayaan berkelanjutan di Indonesia mencapai Rp 809,75 triliun dan penerbitan green bond (obligasi hijau) di pasar domestik mencapai Rp 500 miliar. Sementara, global sustainability bond (investasi hijau) mencapai Rp 31,6 triliun dan portfolio blended finance (optimalisasi instrumen pembiayaan) mencapai Rp 35,6 triliun.
Strategi Meningkatkan Keuangan Berkelanjutan
Ada tiga strategi Bank Indonesia (BI) untuk meningkatkan performa keuangan berkelanjutan di Indonesia, yakni:
- Mengembangkan instrumen keuangan dan investasi serta ekosistem keuangan yang lebih inklusif agar dapat menjadi sumber pertumbuhan baru dan perluasan tenaga kerja.
- Memprioritaskan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan dan membangun infrastruktur keuangan yang tangguh, seperti taksonomi hijau, jasa verifikasi, lembaga sertifikasi hijau, serta penyedia ratings hijau.
- Memprioritaskan pembangunan kapasitas dan bantuan teknis berkelanjutan untuk meningkatkan pemahaman dan keahlian seluruh pihak, yang keberhasilan penerapannya ditentukan dari ketangguhan kolaborasi, kebersamaan, dan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan.
Dari ketiga strategi yang dirumuskan oleh Bank Indonesia, OJK menyatakan dukungannya terhadap implementasi keuangan berkelanjutan melalui Indonesian Green Taxonomy dan kerangka kerja regulator mengenai carbon exchange (pajak karbon) untuk menuju instrumen keuangan berkelanjutan yang memperhatikan lingkungan dan sosial.
Editor: Abul Muamar
Jika Anda melihat artikel ini bermanfaat, berlangganan Newsletter Mingguan Green Network Asia untuk mengikuti kabar dan cerita seputar pembangunan berkelanjutan dari komunitas multistakeholder di Indonesia dan dunia.
Panji adalah Reporter & Penulis Konten In-House untuk Green Network ID. Dia meliput Indonesia bagian barat, tengah, dan timur.