Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Topik
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Komunitas
  • Partner
  • Siaran Pers
  • Muda
  • Dunia
  • Kabar
  • Unggulan

Mengungkap Realitas Aksi Iklim Perusahaan Global

Laporan Tanggung Jawab Iklim Perusahaan 2024 mengungkap sejauh mana aksi dan komitmen perusahaan di seluruh dunia terhadap perubahan iklim.
Oleh Dinda Rahmania
1 Mei 2024
gedung pencakar langit singapura dengan latar langit biru

Foto: Bernard Tey di Flickr.

Dunia usaha, khususnya perusahaan-perusahaan besar, punya tanggung jawab besar untuk mengubah praktik industri mereka menjadi berkelanjutan (sustainable). Sejarah panjang praktik-praktik berbahaya perusahaan yang hanya mencari keuntungan telah memberikan dampak negatif terhadap lingkungan, para pekerja, dan dunia industri secara keseluruhan. Seiring meningkatnya kesadaran, tuntutan hukum, dan desakan terhadap keberlanjutan, perusahaan-perusahaan kini didorong untuk memasukkan inisiatif iklim ke dalam kerangka kerja mereka. Sebuah laporan mengungkap realitas aksi dan komitmen perusahaan di seluruh dunia terhadap perubahan iklim.

Dampak Iklim Perusahaan Global

Diterbitkan oleh New Climate Institute, Laporan Tanggung Jawab Iklim Perusahaan 2024 memaparkan penilaian terhadap strategi iklim dari 51 perusahaan besar global. Penilaian ini bertujuan untuk mengukur sejauh mana perusahaan-perusahaan tersebut memenuhi tanggung jawab mereka terhadap manusia dan planet Bumi dengan mengevaluasi tindakan dan komitmen mereka terhadap perubahan iklim berdasarkan standar yang telah ditetapkan.

Sektor korporasi yang dicakup dalam laporan ini adalah manufaktur otomotif, utilitas listrik, fesyen, serta pangan dan pertanian. Pada tahun 2022 saja, sektor-sektor ini secara kolektif menghasilkan pendapatan sebesar $6,1 triliun dan menyumbang 16% emisi gas rumah kaca global. Laporan CCRM 2024 menilai upaya komitmen iklim perusahaan pada skala dari “Tinggi” hingga “Sangat Buruk” untuk menilai integritas mereka.

Aksi Iklim Perusahaan yang Tidak Memadai

Meski terdapat peningkatan komitmen perusahaan dibandingkan tahun 2022, Laporan Tanggung Jawab Iklim Perusahaan 2024 mengungkap bahwa target-target yang ada masih belum cukup untuk menyelaraskan dengan jalur aksi iklim global untuk membatasi kenaikan suhu global di bawah 1,5°C.

Laporan tersebut mengungkapkan bahwa sasaran iklim yang ditetapkan oleh 51 perusahaan pada tahun 2030 rata-rata hanya mencapai 30% dari total pengurangan emisi, dengan skenario paling optimistis hanya memproyeksikan penurunan sebesar 33% antara tahun 2019 dan 2030. Target-target ini masih jauh dari persyaratan minimum global, yakni Pengurangan 48% lintas sektor.

Banyak perusahaan yang menargetkan target emisi nol bersih pada 2030 yang tidak jelas atau hanya menjanjikan pengurangan emisi yang minim. Banyak target yang kurang transparan karena berbagai masalah seperti tidak mencantumkan sumber emisi tertentu, penggunaan tahun dasar yang tidak konsisten, kegagalan memperbarui tahun dasar emisi, atau memberikan konteks yang tidak memadai.

Selain itu, dilaporkan juga bahwa hanya empat perusahaan yang mencapai kemajuan, mulai dari sekadar janji hingga tindakan nyata. Upaya-upaya yang ada termasuk menargetkan pengurangan emisi metana dari susu segar serta mendorong produk-produk nabati, meningkatkan kapasitas energi terbarukan, dan berinvestasi pada kendaraan tanpa emisi dan bahan-bahan ramah lingkungan.

Namun, sektor fesyen, khususnya, gagal dalam menyajikan strategi pengurangan emisi yang meyakinkan, dan lebih menekankan pada listrik terbarukan tanpa mengatasi permasalahan seperti produksi berlebih atau praktik fast fashion.

Solusi yang Meragukan

Banyak perusahaan yang beralih ke solusi yang dianggap meragukan, seperti Penangkapan, Pemanfaatan, dan Penyimpanan Karbon (CCUS), Sertifikat Energi Terbarukan (RECs) yang berdiri sendiri, bioenergi, dan penghilangan karbon dioksida, alih-alih berfokus pada pengurangan emisi yang sebenarnya.

Beberapa perusahaan seperti Nestlé, Danone, Nike, Stellantis, dan Volvo Group mulai meninggalkan klaim netralitas karbon di masa lalu dan meningkatkan transparansi dalam komunikasi iklim mereka. Namun, hanya sedikit yang berkomitmen untuk menghentikan penggunaan bahan bakar fosil secara bertahap.

Dari 20 perusahaan yang diperiksa, hanya empat yang mengklaim netral karbon untuk produk atau bagian tertentu dari operasi mereka yang menggunakan kredit karbon pada tahun 2022 atau 2023, yaitu Daimler Truck, Danone, Mars, dan Volkswagen Group. Namun, klaim-klaim ini dianggap memiliki integritas yang sangat buruk atau tidak jelas. Setiap klaim hanya membahas sebagian dari emisi perusahaan, dan tidak ada satupun yang memberikan bukti bahwa kredit karbon yang mereka gunakan cukup untuk mengimbangi emisi mereka sendiri.

Meningkatkan Komitmen dan Aksi Nyata

Meskipun terdapat beberapa kemajuan dalam aksi iklim perusahaan, laporan tersebut menyoroti kesenjangan besar antara target pengurangan emisi dan tindakan nyata yang dilakukan. Masih banyak perusahaan yang tertinggal karena komitmen yang tidak jelas atau tidak memadai, di saat beberapa perusahaan secara perlahan mulai bergerak maju menuju keberlanjutan. 

Untuk itu, sangat penting bagi perusahaan untuk memprioritaskan pengurangan emisi secara nyata, meningkatkan transparansi dalam komunikasi iklim, dan menyelaraskan strategi mereka dengan jalur aksi iklim global untuk memitigasi kenaikan suhu. Dengan upaya yang terintegrasi dan komitmen yang lebih kuat, perusahaan dapat memberikan kontribusi yang memadai dalam mengatasi krisis iklim dan menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan untuk semua.

Baca laporan selengkapnya di sini.

Editor: Nazalea Kusuma

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.


Berlangganan Green Network Asia – Indonesia
Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Pilih Paket Langganan

Dinda Rahmania
Reporter at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Dinda adalah Reporter di Green Network Asia. Ia belajar Ilmu Hubungan Internasional di President University. Dinda bersemangat menulis seputar isu keberagaman, konsumsi berkelanjutan, dan pemberdayaan.

  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    Mengurangi Limbah Elektronik dengan Material yang Dapat Didaur Ulang dan Diperbaiki
  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    Singapura Luncurkan Alat Pelaporan ESG Otomatis
  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    PUA-DEM: Model Komputer yang Lebih Akurat untuk Prediksi Longsor
  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    Memahami Prinsip Bisnis dan HAM (BHR) untuk Keseimbangan HAM dan Keuntungan

Continue Reading

Sebelumnya: Pusat Informasi Standar dan Iptek Gambut untuk Dukung Konservasi Lahan Gambut
Berikutnya: Kisah Dua Masa Depan

Artikel Terkait

seekor orangutan duduk di ranting pohon di hutan GEF Danai Dua Proyek Konservasi Keanekaragaman Hayati di Indonesia
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

GEF Danai Dua Proyek Konservasi Keanekaragaman Hayati di Indonesia

Oleh Abul Muamar
20 Juni 2025
mesin tik dengan kertas bertuliskan “artificial intelligence” Pentingnya Regulasi AI untuk Penggunaan AI yang Bertanggung Jawab
  • Kabar
  • Unggulan

Pentingnya Regulasi AI untuk Penggunaan AI yang Bertanggung Jawab

Oleh Ayu Nabilah
20 Juni 2025
Pulau-pulau kecil di tengah laut Raja Ampat Tambang Nikel Raja Ampat dan Dampak Eksploitasi Sumber Daya Alam
  • Kabar
  • Unggulan

Tambang Nikel Raja Ampat dan Dampak Eksploitasi Sumber Daya Alam

Oleh Andi Batara
19 Juni 2025
bunga matahari yang layu Pemantauan Kekeringan Komprehensif dan Partisipatif untuk Tingkatkan Mitigasi Bencana
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Pemantauan Kekeringan Komprehensif dan Partisipatif untuk Tingkatkan Mitigasi Bencana

Oleh Kresentia Madina
19 Juni 2025
tulisan esg di atas peta negara ESG Saja Tidak Cukup: Mengapa Dunia Butuh CSV dan SDGs?
  • Opini
  • Unggulan

ESG Saja Tidak Cukup: Mengapa Dunia Butuh CSV dan SDGs?

Oleh Setyo Budiantoro
18 Juni 2025
beberapa megafon terpasang pada pilar Peran Komunikasi Risiko untuk Kesiapsiagaan Bencana yang Lebih Baik
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Peran Komunikasi Risiko untuk Kesiapsiagaan Bencana yang Lebih Baik

Oleh Kresentia Madina
18 Juni 2025

Tentang Kami

  • Founder’s Letter GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Siaran Pers GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Internship GNA
  • Hubungi Kami
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia - Indonesia.