WE Day UGM 2022: Meningkatkan Kesadaran akan Perubahan Iklim dan Mendorong Pemberdayaan Masyarakat
Anak muda memiliki kekuatan. Dari joget TikTok yang lucu hingga aktivisme digital, mereka mampu membuat berbagai hal menjadi tren dalam sekejap mata karena kelihaian mereka dalam menggunakan teknologi. Kesadaran yang cukup mengenai suatu masalah dan keberanian untuk memulai pembahasan barangkali adalah apa yang mereka butuhkan.
Dalam menyambut Hari Bumi, mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2022 (WE Day UGM 2022) untuk meningkatkan kesadaran akan perubahan iklim dan mendorong pengurangan emisi di Indonesia.
Kesadaran dan pemberdayaan
Di tahun kedua penyelenggaraannya, WE Day UGM mengusung tema “Breaking Free from Emissions and Raising Climate Change Awareness” (Bebas dari Emisi dan Meningkatkan Kesadaran Perubahan Iklim). Acara ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan perubahan iklim, khususnya di kalangan pemuda, dan menciptakan dampak jangka panjang bagi masyarakat sekitar.
“Kami ingin mengurangi kesenjangan antara pemuda dan masyarakat sekitar kita karena kehidupan kita sehari-hari tidak terlepad dari lingkungan. Tidak ada salahnya untuk lebih mengenal lingkungan kita. Untuk pengabdian kepada masyarakat, kami ingin lebih dapat menciptakan pemberdayaan jangka panjang ketimbang sekadar pengabdian,” ujar Faiza Salsabila Rahmah, Koordinator Acara WE Day UGM 2022 kepada Green Network, Kamis (7/5/2022).
Acara diawali dengan workshop urban farming (pertanian urban) dan kompetisi video, dilanjutkan dengan penanaman mangrove serta kelas iklim.
Tanaman hidroponik dan mangrove
Rangkaian acara WE Day UGM 2022 ini utamanya berfokus pada bagaimana kita dapat mengambil tindakan atas perubahan iklim dan mengurangi emisi di lingkungan terdekat kita. Workshop urban farming secara khusus membahas tentang bagaimana memulai pertanian hidroponik menggunakan metode Kratky, suatu bentuk hidroponik pasif yang tidak memerlukan instalasi yang rumit. Anda hanya membutuhkan air dan nutrisi.
Workshop tersebut menghadirkan Ahmad Ardan Ardiyanyo, seorang pengusaha hidroponik, untuk mengajak masyarakat menerapkan metode sederhana dan menyenangkan ini di tempat tinggal mereka. Workshop kemudian dilanjutkan dengan proyek video dimana para peserta mendokumentasikan proses pembuatannya.
Sementara itu, kegiatan penanaman mangrove dilakukan pada 18 Juni di Pantai Baros yang memiliki hutan mangrove dan konservasi. Penanaman dilakukan atas kerja sama dengan masyarakat sekitar yang disebut KP2B (Pemuda & Keluarga Baros) dan Keluarga Konservasi Sumber Daya Hutan dari UGM. Mereka memperkenalkan keanekaragaman hayati pantai lokal kepada siswa kelas 4 dan 5 SDN Tirtohargo yang berlokasi tak jauh dari pantai.
“Tidak hanya siswa SD, kami sebagai panitia juga banyak belajar tentang penanaman mangrove. Kami memulai dengan memberikan beberapa informasi dasar, kemudian dilanjutkan dengan penanaman mangrove itu sendiri, bersama dengan KP2B,” kata Faiza.
Menantang namun perlu
Suara anak muda sangat penting, tetapi untuk memantiknya tidaklah mudah. Meningkatkan kesadaran akan perubahan iklim memerlukan pendekatan yang cermat dengan topik-topik pilihan yang dapat menjangkau semua orang, termasuk anak sekolah dasar. Pada akhirnya, WE Day UGM ingin menyoroti pentingnya pengurangan emisi karbon individual dan memulai pembahasan tentang perubahan iklim di antara kelompok anak muda dan di media sosial.
WE Day UGM 2022 akan melanjutkan rangkaian acara dengan membuka kelas iklim yang digelar pada Agustus. Informasi lebih lanjut tersedia di akun Instagram mereka.
Penerjemah & Editor: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa inggris di Green Network Asia.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Madina adalah Reporter di Green Network Asia. Dia adalah alumni program sarjana Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Dia memiliki tiga tahun pengalaman profesional dalam editorial dan penciptaan konten kreatif, penyuntingan, dan riset.