Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan
  • GNA Internasional
  • Jadi Member
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Akar Rumput
  • Muda
  • Siaran Pers
  • Corporate Sustainability
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Kokolomboi Lestari: Konservasi Hutan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Adat

Program Kokolomboi Lestari memberdayakan masyarakat adat di Desa Leme-Leme Darat, Kabupaten Banggai Kepulauan, untuk mencegah degradasi hutan dan meningkatkan kesejahteraan melalui budidaya madu.
Oleh Seftyana Khairunisa
1 Februari 2024
tangkapan hutan dari atas

Foto: freestockcenter di Freepik.

Hutan merupakan sumber penghidupan yang penting bagi manusia dan rumah bagi keanekaragaman hayati. Namun, saat ini hutan menghadapi berbagai ancaman yang semakin meningkat, termasuk deforestasi maupun perburuan liar yang dapat merusak ekosistem hutan. Seperti yang terjadi di Pulau Peleng, Kabupaten Banggai Kepulauan (Bangkep), Sulawesi Tengah.  Deforestasi dan degradasi hutan telah mengakibatkan kondisi lahan kritis yang mengancam keberadaan satwa-satwa endemik di pulau tersebut. 

Melalui program Kokolomboi Lestari, PT Pertamina EP Donggi Matindok Field (PEP DMF) bergerak bersama masyarakat adat untuk melakukan konservasi hutan Kokolomboi di Pulau Peleng sekaligus meningkatkan taraf hidup penduduk setempat.

Degradasi Hutan Pulau Peleng

Menurut sebuah penelitian, degradasi hutan di Pulau Peleng disebabkan oleh banyak hal, di antaranya adalah alih fungsi hutan menjadi area perkebunan, permukiman, dan juga pembangunan jalan. Eksploitasi secara berlebihan yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu, termasuk dengan mengambil kayu, rotan, hingga berburu binatang di hutan, juga memperparah degradasi. 

Sayangnya, sebagian masyarakat Desa Leme-Leme Darat, Kecamatan Buko, yang wilayahnya dekat dengan kawasan Hutan Kokolomboi, juga turut berkontribusi dalam praktik buruk tersebut. Mereka yang menggantungkan hidupnya pada kegiatan pertanian dengan sistem ladang berpindah, kerap melakukan perambahan hutan dan penebangan. Selain itu, sebagian dari mereka juga kerap melakukan perburuan satwa liar untuk kebutuhan komersial maupun konsumsi pribadi. 

Tanpa disadari, kebiasaan tersebut semakin memperburuk degradasi hutan yang berujung pada kemiskinan dan kesenjangan sosial masyarakat. Oleh karena itu, penduduk Desa Leme-Leme Darat membutuh alternatif mata pencaharian yang dapat memutus ketergantungan mereka terhadap perambahan hutan dan perburuan. 

Kokolomboi Lestari

laki-laki sedang memegang botol madu
Labi Mopok, penggerak budidaya madu Desa Leme-Leme Darat, Kecamatan Buko, Kabupaten Banggai Kepulauan, Provinsi Sulawesi Tengah. | Dokumentasi milik PT Pertamina EP Donggi Matindok Field

Pada tahun 2020, PT Pertamina EP Donggi Matindok Field (EP DMF) meluncurkan program Kokolomboi Lestari untuk konservasi hutan dan pemberdayaan masyarakat adat Togong Tanga yang tinggal di Desa Leme-Leme Darat. Program ini dilakukan untuk mengatasi penurunan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas perburuan dan pembalakan liar.

Upaya konservasi dan pemberdayaan ini salah satunya dilakukan melalui budidaya lebah madu, yang telah dilakukan terlebih dahulu oleh Labi Mopok, seorang penjaga hutan yang didaulat sebagai local hero oleh Pertamina atas jasanya terhadap lingkungan.

Labi Mopok tergerak untuk untuk menghentikan aktivitas pembalakan dan perburuan liar setelah mengetahui keberadaan satwa yang terancam dari peneliti-peneliti yang sering datang ke Pulau Peleng. Sebelumnya, ia bersama warga setempat sempat ditugaskan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bangkep untuk menjaga area hutan Kokolomboi. Namun, kehadiran penjaga hutan tidak serta merta menghentikan aktivitas perburuan dan pembalakan liar begitu saja. Labi lantas terdorong mencari cara alternatif agar masyarakat desa bisa berhenti berburu di hutan, yaitu dengan memulai budidaya madu. Ia memilih madu karena merupakan komoditas yang sering diperjualbelikan oleh masyarakat Pulau Peleng.

Budidaya lebah madu tersebut dilakukan dalam hutan tanpa merusak lingkungan dengan menggunakan batang pohon palem sebagai media sarang bagi lebah hutan. Batang palem yang berasal dari kebun masyarakat dipotong sekitar satu meter dan dilubangi, lalu ditempatkan di dalam hutan dekat dengan pohon berbuah atau bunga-bungaan untuk menarik agar lebah mau bersarang di dalamnya. 

Lewat program Kokolomboi Lestari, lebih banyak masyarakat adat di Desa Leme-Leme Darat yang mendapat edukasi dan pendampingan untuk melakukan budidaya lebah ini. PT Pertamina EP DMF juga terlibat dalam memberikan mesin penyaring madu dan pemasaran produk ke berbagai daerah di Indonesia. 

Adanya program budidaya lebah ini pun mendukung diversifikasi sumber pendapatan bagi masyarakat adat Desa Leme-Leme Darat sehingga dapat mengurangi ketergantungan pada sumber daya tunggal. Selain itu, para petani madu yang dilibatkan juga mengalami peningkatan pendapatan, sehingga tidak perlu lagi melakukan pembalakan hutan atau berburu satwa liar. 

Pemulihan Ekosistem

Budidaya lebah merupakan salah satu cara untuk merehabilitasi kawasan hutan mengingat peran lebah yang dapat membantu penyerbukan tanaman. Pemulihan ekosistem dalam Program Kokolomboi Lestari secara tidak langsung meningkatkan dan mempertahankan tutupan vegetasi dan pengkayaan pakan satwa. Setidaknya, melalui program ini 2.500 pohon telah ditanam dan 4 hektare lahan telah direstorasi, sehingga Indeks Keanekaragaman Hayati baik flora maupun fauna di Hutan Kokolomboi pun ikut meningkat.

Hutan memiliki peran penting untuk mengurangi risiko bencana akibat perubahan iklim. Masyarakat adat yang menjadikan hutan sebagai ruang hidupnya harus dijadikan sebagai aktor utama dalam upaya konservasi dan mitigasi krisis iklim. Perusahaan dan pemangku kepentingan lainnya dapat mendukung masyarakat adat agar mereka dapat hidup dengan sejahtera dan terlibat dalam perbaikan ekosistem bersama mereka.

Editor: Abul Muamar

Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Belajar, berbagi, berjejaring, dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Jadi Member Sekarang

Seftyana Khairunisa
Reporter at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Nisa adalah reporter dan asisten peneliti di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Sarjana Ilmu Hubungan Internasional dari Universitas Gadjah Mada. Ia memiliki minat di bidang penelitian, jurnalisme, dan isu-isu seputar hak asasi manusia.

  • Seftyana Khairunisa
    https://greennetwork.id/author/seftyanaauliakhairunisa/
    Mekanisme Anti-SLAPP Lewat Putusan Sela: Harapan Baru bagi Pembela Lingkungan?
  • Seftyana Khairunisa
    https://greennetwork.id/author/seftyanaauliakhairunisa/
    Memajukan Sektor Pangan Akuatik untuk Mendukung Ketahanan Pangan
  • Seftyana Khairunisa
    https://greennetwork.id/author/seftyanaauliakhairunisa/
    Deklarasi Sira: Memperjuangkan Pengakuan dan Perlindungan Hak Masyarakat Adat
  • Seftyana Khairunisa
    https://greennetwork.id/author/seftyanaauliakhairunisa/
    Mengupayakan Keadilan Ekologis

Continue Reading

Sebelumnya: Minimnya Perkembangan Energi Terbarukan ASEAN di Tengah Potensi yang Melimpah
Berikutnya: Laporan UNICEF Ungkap Kondisi Anak-Anak di Dunia saat Ini

Lihat Konten GNA Lainnya

Fasilitas LNG di dekat laut. Menilik Dampak Proyek LNG di Tengah Pusaran Transisi Energi
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Menilik Dampak Proyek LNG di Tengah Pusaran Transisi Energi

Oleh Andi Batara
29 Oktober 2025
Sebuah nampan berisi ikan yang di sekitarnya terdapat sikat, pisau, dan makanan laut lainnya. Memanfaatkan Limbah Makanan Laut sebagai Peluang Ekonomi Biru yang Berkelanjutan
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Memanfaatkan Limbah Makanan Laut sebagai Peluang Ekonomi Biru yang Berkelanjutan

Oleh Attiatul Noor
29 Oktober 2025
Pembangkit listrik tenaga nuklir dengan dua menara pendingin besar yang mengeluarkan uap di malam hari, dikelilingi lampu-lampu dan struktur industri lainnya. Menilik PLTN Terapung: Potensi dan Tantangan Energi Nuklir di Indonesia
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Menilik PLTN Terapung: Potensi dan Tantangan Energi Nuklir di Indonesia

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
28 Oktober 2025
Seorang pria menjual dan mengipas jagung bakar di samping meja yang penuh dengan kelapa muda. Mengintegrasikan Keberlanjutan dalam Upaya Gastrodiplomasi Indonesia
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mengintegrasikan Keberlanjutan dalam Upaya Gastrodiplomasi Indonesia

Oleh Nazalea Kusuma dan Dina Oktaferia
28 Oktober 2025
Cover buku We are Eating the Earth: The Race to Fix Our Food System and Save Our Climate oleh Michael Grunwald. Bagaimana Memberi Makan Sembilan Miliar Orang Sembari Mendinginkan Langit?
  • GNA Knowledge Hub
  • Kolom Penasihat GNA
  • Resensi Buku

Bagaimana Memberi Makan Sembilan Miliar Orang Sembari Mendinginkan Langit?

Oleh Jalal
27 Oktober 2025
orang-orang diatas pohon saling membantu naik ke atas Bukan Sekadar Memimpin, tapi Juga Melakukan Transformasi: Bagaimana Perempuan Membentuk Kembali Keadilan Iklim di Asia
  • GNA Knowledge Hub
  • Opini

Bukan Sekadar Memimpin, tapi Juga Melakukan Transformasi: Bagaimana Perempuan Membentuk Kembali Keadilan Iklim di Asia

Oleh Cut Nurul Aidha dan Aimee Santos-Lyons
27 Oktober 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Laporan Akar Rumput GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia