Upaya Agradaya Berdayakan Petani Rempah di Menoreh
Indonesia kaya akan sumber daya alam, termasuk rempah-rempah. Namun, selama ini, banyak petani rempah yang belum sejahtera karena harga jual hasil panen yang rendah dan tidak adil di tingkat hulu. Agradaya, sebuah platform penjualan dan pengembangan rempah-rempah jenis biofarmaka, berupaya mengentaskan persoalan tersebut dengan menyasar petani rempah di wilayah perbukitan Menoreh, Yogyakarta.
Potensi Rempah-Rempah
Perdagangan rempah merupakan salah satu bisnis yang sudah ada sejak berabad-abad yang lampau. Rempah-rempah banyak digunakan sebagai obat-obatan, bumbu masakan, hingga wewangian.
Di era kiwari, rempah-rempah masih memiliki nilai ekonomi yang besar. Terlihat dari total nilai ekspor rempah-rempah dunia yang mencapai USD 26,9 miliar pada 2020, tumbuh 10,5 persen dibanding tahun sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa rempah masih menjadi komoditas yang bernilai secara ekonomi baik secara lokal maupun global. Banyak masyarakat memanfaatkan rempah-rempah sebagai bahan pengobatan untuk memperkuat imun dari berbagai penyakit.
Persoalan Petani Rempah Agradaya
Pertanian rempah di Indonesia, termasuk di wilayah Menoreh, Yogyakarta masih menghadapi sejumlah tantangan. Sebagai gambaran, para petani rempah di wilayah tersebut masih menghadapi kemiskinan dan kerawanan pangan. Rendahnya nilai ekonomi rempah di tingkat hulu membuat para petani tak menikmati hasil tanaman ini.
Petani juga menghadapi panjangnya rantai distribusi pemasaran hingga tidak adanya teknologi tepat guna untuk pengolahan pascapanen yang membuat komoditas ini memiliki nilai ekonomi rendah. Tantangan lainnya, produksi rempah-rempah menghadapi permasalahan ketenagakerjaan hingga permasalahan lingkungan, khususnya yang disebabkan penggunaan bahan kimia pertanian yang berlebihan.
Praktik pertanian yang buruk, kurangnya fasilitas pemrosesan yang memadai, dan beralihnya petani rempah-rempah ke tanaman lain yang lebih menguntungkan bagi mereka, juga mendorong munculnya kekhawatiran terkait pasokan jangka panjang, dampak terhadap keamanan pangan, dan juga kesejahteraan petani.
Yang Dilakukan Agradaya
Agradaya berupaya menciptakan nilai tambah untuk produk rempah-rempah demi membantu meningkatkan kesejahteraan petani rempah skala kecil di wilayah perbukitan Menoreh. Melibatkan lebih dari 150 petani binaan, Agradaya memanfaatkan lahan demplot rempah organik seluas 500 meter persegi yang berada di Dusun Pringtali, Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulonprogo sejak November 2016.
“Kami fokus untuk menghasilkan produk dari olahan rempah jenis biofarmaka seperti jahe, temulawak, dan kunyit untuk dihasilkan dalam bentuk essential oil, herbal drink, dan ekstrak powder,” kata Andhika Mahardika, CEO Agradaya.
Agradaya tidak hanya memproduksi olahan hasil rempah para petani. Kelompok wirausaha sosial itu juga memberikan pelatihan pertanian alami (organic farming) dan manajemen lahan kepada petani binaan, analisa usaha tani, pembuatan solar dryer house, dan mendorong akses pasar melalui pola pembelian langsung (direct-fair trade). Agradaya menekankan penggunaan metode pertanian yang memperhatikan prinsip people, planet, process, dan product. Secara keseluruhan, tiga strategi utama bisnis sosial Agradaya adalah:
- Pertanian Alami – Sistem pertanian yang menggunakan bahan alami dan lokal sebagai bahan pupuk makro dan mikro, pestisida, fungisida dan herbisida agar menjaga kelestarian lingkungan.
- Budidaya di Lahan Hutan dan Pekarangan (Agroforestry) – Pemanfaatan lahan hutan atau pekarangan yang diolah dengan prinsip tumpang sari dengan menanam di sela-sela pohon utama atau pohon keras di hutan.
- Teknologi Tepat Guna Terbarukan – Penggunaan teknologi Rumah Surya (Solar Dryer House) yang berfungsi untuk mengeringkan hasil panen rempah menggunakan sinar matahari dan tungku biomassa.
Agradaya menjadi contoh bahwa kewirausahaan sosial dapat berkontribusi bagi perekonomian lokal, meskipun dengan skala kecil. Kehadiran kewirausahaan sosial perlu mendapat dukungan dari stakeholder terkait, khususnya pembuat kebijakan dari sisi permodalan dan akses terhadap investasi.
Editor: Abul Muamar
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Maulina adalah Reporter & Peneliti untuk Green Network Asia - Indonesia. Dia meliput Indonesia bagian barat, tengah, dan timur.