Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Panduan Siaran Pers
  • Panduan Menulis Opini
  • Asia
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Dunia
  • Muda
  • SDGs
  • Topik
  • #LetterfromtheFounder
  • Unggulan
  • Wawancara

Upaya Sahabat Bumi Mengatasi Persoalan Sampah dengan Pertanian Organik

Sahabat Bumi mengatasi masalah sampah organik dengan mengolahnya menjadi kompos yang digunakan sebagai media tanam untuk pertanian organik di perkotaan.
Oleh Abul Muamar
10 Januari 2023
Wulansary saat menerima kunjungan mahasiswa di Kebun Rumahan di Delta Sari. | Foto oleh Komunitas Sahabat Bumi.

Wulansary saat menerima kunjungan mahasiswa di Kebun Rumahan di Delta Sari. | Foto oleh Komunitas Sahabat Bumi.

Sampah merupakan masalah kita bersama dan jalan untuk mengatasinya terasa masih panjang. Jumlah rata-rata sampah Indonesia setiap tahun mencapai 64 juta ton. Sampah rumah tangga menjadi penyumbang terbesar dari total keseluruhan sampah, yakni 58,8%.

Semua pihak dapat berpartisipasi dalam mengatasi persoalan sampah. Salah satunya adalah penggerak di komunitas akar rumput, yang kehadirannya dapat memberikan dampak yang berarti di tengah masyarakat.

Green Network mewawancarai Wulansary, penggagas komunitas Sahabat Bumi melalui telepon pada Rabu, 4 Januari 2023. Dosen perfilman di Universitas 45 Surabaya ini telah memulai gerakan pengelolaan sampah sejak tahun 2014. Dengan Sahabat Bumi, ia menginisiasi bank sampah secara mandiri untuk mengelola sampah rumah tangga di Cibubur Country, kompleks perumahan di daerah Cikeas, Bogor, tempatnya bermukim saat itu.

Tahun 2016, Wulan pindah ke Sidoarjo, tepatnya di Delta Sari, Kecamatan Waru. Apa yang telah ia lakukan di Cikeas juga ia terapkan di Delta Sari. Sejak 2022, ia pindah ke Jakarta dan bertekad untuk meneruskan gerakannya.

Hampir 9 tahun berjalan, Sahabat Bumi telah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia dan memiliki anggota yang tersebar di berbagai kota dengan latar belakang usia dan profesi yang beragam. Komunitas ini fokus pada pengelolaan sampah rumah tangga, pertanian organik, dan pemulihan lahan. 

Sahabat Bumi mengolah sampah organik rumah tangga menjadi kompos yang kemudian digunakan sebagai media tanam untuk pertanian perkotaan (urban farming) organik. Proses pengolahan kompos dilakukan tanpa menimbulkan bau dan belatung.

Banyak yang telah dilakukan oleh Sahabat Bumi, antara lain menginisiasi Kebun Rumahan dan bank sampah. Kebun Rumahan mendampingi para petani perkotaan dalam mewujudkan kondisi mandiri pangan pada skala yang paling kecil, yakni keluarga dan pemukiman warga. Selain itu, komunitas ini juga sering diundang untuk memberikan edukasi terkait pengelolaan sampah dan pertanian organik.

Apa masalah utama terkait sampah di Indonesia secara umum?

Masalah utamanya adalah tidak adanya kesadaran untuk memilah sampah sejak dari rumah. Kesadaran itu tidak terbangun sejak kecil. Yang saya dimaksud di sini adalah kesadaran komunal, ya. Kalau kesadaran individual, tentu banyak orang yang sudah punya.

Pendidikan tentang pemilahan sampah mestinya disampaikan sejak dini. Sebab sebelum dikelola, sampah mesti dipilah dulu. Itulah yang menjadi pangkal masalahnya, sehingga ujungnya menjadi ruwet: sampah berlebihan, TPA penuh, TPA terbakar, polusi dari TPA, bahkan pembuangan liar ke sungai-sungai. 

Kalau hanya mengimbau kepada anak-anak ‘Jangan buang sampah sembarangan!’ atau semacamnya, itu sudah kuno. Harusnya, setiap orang diajarkan untuk memilah sampah sejak dari rumah, sejak kanak-kanak.

Bagaimana agar kesadaran komunal itu dapat terbentuk?

Ini tantangan yang tidak mudah. Saya akui saya sendiri masih kesulitan untuk mewujudkan kesadaran itu meskipun sudah bergerak sejak 2014. Masyarakat butuh penggerak dan didukung dengan sebuah sistem atau ekosistem.

Terus terang saya belum berhasil membangun kesadaran itu. Pada akhirnya kesadaran itu hanya dilakukan secara perorangan, pada skala individu, atau paling banter ditularkan ke tetangga kanan-kiri dan saudara. Ketika ada satu keluarga yang telah memilah sampah di rumahnya, tapi oleh tukang pengutip sampah dicampur, ya sia-sia jadinya.

Untuk membangun kesadaran komunal itu, yang utama adalah adanya kebijakan. Mulai dari tingkat RT, RW, kelurahan, kecamatan, dan seterusnya. Tanpa kebijakan, mustahil kesadaran itu akan terbentuk. Orang sudah bilang angel (susah) duluan kalau diajak mengelola sampah. Membangun kesadaran komunal ini masih PR sampai sekarang.

Komunitas penggerak seperti kami ini, sampai berbusa-busa berusaha menciptakan kesadaran komunal, tetap saja gagal. Tanpa adanya regulasi yang memaksa, itu akan sulit. Seperti halnya regulasi wajib pakai helm. Dulu zaman 80-an, orang tidak mau pakai helm. Tapi ketika ada kebijakan yang tegas dan orang tidak punya pilihan selain harus patuh, pada akhirnya orang pakai helm.

Apa yang Sahabat Bumi lakukan untuk mengatasi masalah tersebut?

Kami melakukan edukasi dan pendampingan. Kami mengelola sampah menjadi kompos untuk pertanian. Harus kita akui, orang sebetulnya tidak tertarik dengan sampah. Tetapi kalau sampah dapat dimanfaatkan, misal untuk membuat kebun yang sehat, yang bisa menghasilkan pangan yang sehat, orang lebih mungkin untuk tertarik. 

Ketika kita mengajak ‘Ayo berkebun sehat’, syaratnya paling tidak sampahnya harus beres dulu, dalam hal ini dibuat jadi kompos. Itulah yang kami lakukan.

Saya melihat, persoalan sampah ini jatuhnya lebih banyak jadi proyek. Sampah lebih banyak diproyekkan dengan pengadaan barang, mesin-mesin, dan sebagainya. Boleh Anda cek sendiri ke lapangan. Pada akhirnya lebih banyak mesin yang mangkrak daripada yang terpakai. Tapi yang mengherankan, itu tetap diulang oleh pemerintah.

Pada akhirnya saya mendapat insight bahwa kesadaran komunal itu bisa dibangun lewat film.

Wulansary bersama Global Ecobrick Alliance membuat bangunan dari ecobrick dan bahan alami di Probolinggo. | Foto oleh Komunitas Sahabat Bumi.
Wulansary bersama Global Ecobrick Alliance membuat bangunan dari ecobrick dan bahan alami di Probolinggo. | Foto oleh Komunitas Sahabat Bumi.

Lewat film seperti apa?

Kebetulan saya baru membahas tentang kampanye lewat film bersama teman-teman. Kali ini bukan soal sampah, tapi kedaulatan pangan lewat pertanian dengan metode leluhur—metode yang selaras dengan alam. Ini jadi media saya untuk tetap bergerak di isu lingkungan, dan Sahabat Bumi akan menjadi kendaraan untuk melakukan kampanye ke lebih banyak komunitas lain.

Melalui film, saya ingin ada kebersatuan gerakan. Penggerak-penggerak bersatu sehingga punya kekuatan untuk konsisten eksistensinya, dengan harapan permasalahan sampah sudah selesai. Karena untuk menerapkan pertanian selaras alam, kita butuh sampah rumah tangga.

Filmnya ada tiga episode. Judulnya ‘Nusantara Code’, berupa film dokumenter. Syutingnya di Trawas, Jogja, dan Baduy. Kami sedang membahas soal penayangannya. Insya Allah tahun ini. Niat kami tayang di Indonesiana TV. Kami sedang mencari sponsor untuk penayangannya.

Kami akan melakukan road show pemutaran film ini sekaligus melakukan penguatan komunitas lokal tentang lingkungan. Jadi tidak hanya memutar film, tetapi berlanjut dengan diskusi dan workshop. Ada 3 hal yang akan kami sampaikan: bagaimana agar petani sejahtera, bagaimana lahan tercukupi dan dipulihkan dari racun sintetis, dan mengenalkan metode selaras alam.

Apa yang paling dibutuhkan terkait penanganan sampah?

Yang dibutuhkan adalah kebijakan. Kebijakan pilah sampah dari rumah. Peran pemerintah sangat dibutuhkan di sini, mulai dari tingkat paling bawah sampai nasional. 

Misal kebijakannya begini: Bagi masyarakat yang tidak memilah sampahnya, maka sampahnya tidak akan diangkut. Sebaliknya bagi yang memilah, maka akan mendapat reward, misalnya berupa diskon biaya retribusinya.

Namun tetap perlu diingat bahwa pendekatan penanganan sampah tidak bisa disamaratakan ke semua masyarakat. Karakteristik masyarakat kita berbeda-beda. Untuk masyarakat menengah ke bawah, pendekatan ekonomi mungkin bisa lebih diterima. Bisa disampaikan “Daripada buang sampah dan dikenai retribusi, ayo kumpulkan sampah yang bisa dibank-sampahkan dan dapat uang.” Orang dengan ekonomi menengah ke bawah akan tertarik.

Sedangkan untuk masyarakat mampu, misalnya orang-orang ekonomi atas yang di tinggal perumahan elite, pendekatan semacam itu tidak efektif. Pendekatan sosial yang akan lebih diterima oleh mereka. Misalnya dengan memaparkan hasil penelitian mengenai dampak lingkungan.

Aktivitas Sahabat Bumi dapat diikuti melalui akun Instagram @komunitas_sahabatbumi.

Terima kasih telah membaca!
Jika Anda melihat artikel ini bermanfaat, berlangganan Newsletter Mingguan kami untuk mengikuti kabar dan cerita seputar pembangunan berkelanjutan dari komunitas multistakeholder di Indonesia dan dunia.
Daftar Sekarang

Abul Muamar
Website | + posts

Amar adalah Manajer Editorial Indonesia di Green Network. Ia bertanggung jawab sebagai Editor untuk Green Network ID.

  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Upaya ASDP Turunkan Pencemaran Laut dengan Green Shipping
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Kalara Borneo: Menjaga Hutan Kalimantan dengan Produksi Olahan Non-Kayu Bernilai Tinggi
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    KKP dan FAO Kembangkan Model Perikanan Perairan Darat Berkelanjutan melalui IFish
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Langkah Pandawa Agri Indonesia Dukung Pertanian Berkelanjutan dengan Reduktan Pestisida

Continue Reading

Sebelumnya: Langkah BSI Dorong Ekonomi Hijau dengan Sediakan Reverse Vending Machine
Berikutnya: Komitmen Keberlanjutan Alfamart untuk Mendukung Pencapaian SDGs

Artikel Terkait

Petani kapas organik binaan SukkhaCitta di Jawa Timur dan Jawa Tengah SukkhaCitta Dorong Industri Fesyen Berkelanjutan melalui Produksi Kapas Organik dan Berdayakan Petani Perempuan
  • Kabar
  • Unggulan

SukkhaCitta Dorong Industri Fesyen Berkelanjutan melalui Produksi Kapas Organik dan Berdayakan Petani Perempuan

Oleh Maulina Ulfa
2 Februari 2023
foto hitam putih sebuah ruang kelas yang kosong Krisis Pendidikan di Lebanon Tidak Kunjung Membaik
  • Kabar
  • Unggulan

Krisis Pendidikan di Lebanon Tidak Kunjung Membaik

Oleh Nazalea Kusuma
2 Februari 2023
sebuah kapal feri berlayar di laut dengan kapal-kapal kecil berada di dekat dermaga. Upaya ASDP Turunkan Pencemaran Laut dengan Green Shipping
  • Kabar
  • Unggulan

Upaya ASDP Turunkan Pencemaran Laut dengan Green Shipping

Oleh Abul Muamar
1 Februari 2023
David Croft, Global Head of Sustainability di Reckitt. Siklus Hidup Produk dan Praktik Baik untuk Keberlanjutan: Wawancara dengan David Croft dari Reckitt
  • Unggulan
  • Wawancara

Siklus Hidup Produk dan Praktik Baik untuk Keberlanjutan: Wawancara dengan David Croft dari Reckitt

Oleh Lalita Fitrianti
1 Februari 2023
Ikon toko IKEA Langkah Keberlanjutan IKEA dan Pentingnya Tanggung Jawab Lingkungan Perusahaan Global
  • Kabar
  • Unggulan

Langkah Keberlanjutan IKEA dan Pentingnya Tanggung Jawab Lingkungan Perusahaan Global

Oleh Maulina Ulfa
31 Januari 2023
kerumunan fandom k-pop konser di stadion Potensi dan Kekuatan Fandom K-pop sebagai Komunitas Global
  • Kabar
  • Unggulan

Potensi dan Kekuatan Fandom K-pop sebagai Komunitas Global

Oleh Nazalea Kusuma
31 Januari 2023
  • Terbaru
  • Terpopuler
  • Partner
  • Petani kapas organik binaan SukkhaCitta di Jawa Timur dan Jawa Tengah SukkhaCitta Dorong Industri Fesyen Berkelanjutan melalui Produksi Kapas Organik dan Berdayakan Petani Perempuan
    • Kabar
    • Unggulan

    SukkhaCitta Dorong Industri Fesyen Berkelanjutan melalui Produksi Kapas Organik dan Berdayakan Petani Perempuan

  • foto hitam putih sebuah ruang kelas yang kosong Krisis Pendidikan di Lebanon Tidak Kunjung Membaik
    • Kabar
    • Unggulan

    Krisis Pendidikan di Lebanon Tidak Kunjung Membaik

  • sebuah kapal feri berlayar di laut dengan kapal-kapal kecil berada di dekat dermaga. Upaya ASDP Turunkan Pencemaran Laut dengan Green Shipping
    • Kabar
    • Unggulan

    Upaya ASDP Turunkan Pencemaran Laut dengan Green Shipping

  • David Croft, Global Head of Sustainability di Reckitt. Siklus Hidup Produk dan Praktik Baik untuk Keberlanjutan: Wawancara dengan David Croft dari Reckitt
    • Unggulan
    • Wawancara

    Siklus Hidup Produk dan Praktik Baik untuk Keberlanjutan: Wawancara dengan David Croft dari Reckitt

  • Ikon toko IKEA Langkah Keberlanjutan IKEA dan Pentingnya Tanggung Jawab Lingkungan Perusahaan Global
    • Kabar
    • Unggulan

    Langkah Keberlanjutan IKEA dan Pentingnya Tanggung Jawab Lingkungan Perusahaan Global

  • Pulau Semakau | Foto: NEA Pulau Semakau, TPA Hijau Permai di Singapura
    • Kabar

    Pulau Semakau, TPA Hijau Permai di Singapura

  • Rempah-Rempah | Foto: Shantanu Pal dari Pexels Penggemar Promosikan Warisan Budaya Rempah, Luncurkan Spice Hub Indonesia
    • Kabar
    • Unggulan

    Penggemar Promosikan Warisan Budaya Rempah, Luncurkan Spice Hub Indonesia

  • SDG-tracker UNESCAP Dukung Build Back Better, Kembangkan National SDG Tracker
    • Kabar

    UNESCAP Dukung Build Back Better, Kembangkan National SDG Tracker

  • Beena Rao mengajar anak-anak | Foto: Situs Beena Rao Beena Rao Mengajar Ribuan Anak dari Pemukiman Kumuh
    • Figur

    Beena Rao Mengajar Ribuan Anak dari Pemukiman Kumuh

  • Ahmad Bahruddin bersama rekan-rekannya mendirikan Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah Bagaimana Serikat Petani Mengentaskan Kemiskinan di Masyarakat
    • Wawancara

    Bagaimana Serikat Petani Mengentaskan Kemiskinan di Masyarakat

  • kontainer besar berwarna hijau, gedung berwarna biru, dan tabung besar di lokasi proyek Hamparan Gree Energy Raih Sertifikasi B-Corp dan Berkomitmen untuk Dekarbonisasi Industri Makanan
    • Kabar
    • Partner
    • Unggulan

    Gree Energy Raih Sertifikasi B-Corp dan Berkomitmen untuk Dekarbonisasi Industri Makanan

  • tari kecak ditampilkan oleh warga Bali pada malam hari Bali Rentangkan Sayap untuk Pemulihan Ekonomi yang Lebih Kuat
    • Ikhtisar
    • Partner
    • Unggulan

    Bali Rentangkan Sayap untuk Pemulihan Ekonomi yang Lebih Kuat

  • TEPI Talks #4 dengan tema “Melibatkan Media dalam Aksi Berkelanjutan”. WEA Indonesia Gelar Lokakarya Pelibatan Media untuk Aksi Berkelanjutan Gerakan Akar Rumput
    • Kabar
    • Partner
    • Unggulan

    WEA Indonesia Gelar Lokakarya Pelibatan Media untuk Aksi Berkelanjutan Gerakan Akar Rumput

  • Ilustrasi Harm Reduction dengan tujuan mendasar yakni menjunjung keselamatan dan martabat semua orang. Kenalan dengan Konsep Pengurangan Bahaya (Harm Reduction)
    • Ikhtisar
    • Partner
    • Unggulan

    Kenalan dengan Konsep Pengurangan Bahaya (Harm Reduction)

  • Sejumlah peserta hadir saat sesi dikusi panel acara Lestari Market Day di Park 23 Creative Hub, Bali. INKURI Luncurkan 12 Bisnis Lestari untuk Dukung Ekonomi Berkelanjutan di Bali
    • Kabar
    • Partner
    • Unggulan

    INKURI Luncurkan 12 Bisnis Lestari untuk Dukung Ekonomi Berkelanjutan di Bali

Tentang Kami

  • Tentang
  • Anggota Tim
  • Bermitra dengan Kami
  • Konten Sponsor
  • Dukung Misi Kami
  • Panduan Siaran Pers
  • Panduan Menulis Opini
  • Pedoman Media Siber
  • Jaringan Penasihat
  • Jaringan Penasihat Muda
  • Jaringan Kontributor Nasional
  • Jaringan Penulis
  • FAQ
  • Bekerja dengan Kami
  • Hubungi Kami
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
  • FAQ
  • Hubungi Kami
  • Telegram
  • Etsy
  • Tokopedia
  • Media Link 11
  • Media Link 12
  • Media Link 13
  • Media Link 14
  • Media Link 15
© 2023 Green Network ID