Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan
  • GNA Internasional
  • Jadi Member
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Akar Rumput
  • Muda
  • Siaran Pers
  • Corporate Sustainability
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Menyimpan Makanan Tanpa Listrik dengan Model Penyimpanan Terbuka

Model penyimpanan terbuka menawarkan potensi solusi berkelanjutan untuk menyimpan makanan tanpa listrik.
Oleh Dinda Rahmania
28 November 2024
person holding a box of fruits and vegetables

Foto: Cup of Couple di Pexels.

Hari ini, mengawetkan makanan tanpa kulkas atau perangkat elektronik lainnya agaknya merupakan suatu hal yang sulit. Namun, krisis iklim mengharuskan kita untuk mewaspadai konsumsi listrik, termasuk penggunaan kulkas. Untuk mengatasi hal ini, model penyimpanan terbuka dapat menjadi solusi potensial untuk menyimpan makanan tanpa listrik.

Pendingin yang Turut Menyebabkan Pemanasan

Saat ini, penyimpanan makanan semakin bergantung pada sistem pendingin. Kulkas adalah salah satu pilihan paling umum bagi rumah tangga karena kemampuannya memperlambat pertumbuhan bakteri dan membantu makanan tetap segar lebih lama, menyediakan cara yang jauh lebih mudah dan tidak memakan waktu lama untuk mengawetkan makanan dibandingkan metode tradisional seperti pengawetan, pengeringan, atau pengalengan. 

Namun, ironisnya, kulkas dan sistem pendingin lainnya turut menyebabkan pemanasan Bumi karena banyaknya energi yang dikonsumsi. Mengingat sebagian besar listrik di dunia masih berasal dari bahan bakar fosil, tingkat penggunaan energi ini punya dampak yang merugikan terhadap lingkungan.

Selain itu, gas pendingin yang digunakan oleh perangkat pendingin, seperti hydrofluorocarbon (HFC), sangat merusak lingkungan. Beberapa HFC yang sangat kuat masih digunakan hingga saat ini. Satu ton gas HFC saja punya dampak lingkungan yang sama dengan melepaskan 14.800 ton karbon dioksida.

Model Penyimpanan Terbuka

Tanpa intervensi, penggunaan kulkas dan sistem pendingin lainnya secara berlebihan dapat memperparah pemanasan global, mendorong Bumi mendekati ambang batas suhu kritis 1,5°C. Ambang batas tersebut dapat terlampaui pada tahun 2024, sementara tahun 2023 telah menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat. Oleh karena itu, diperlukan alternatif sistem penyimpanan makanan pendingin konvensional. 

Model penyimpanan terbuka dapat memberikan alternatif berkelanjutan untuk pengawetan makanan tanpa listrik.  Model ini menggunakan wadah kayu terbuka tanpa penutup untuk memaksimalkan aliran udara dan mengatur kelembapan. Cara ini dapat mencegah kelembapan berlebih, sehingga mengurangi risiko jamur dan menjaga sayuran tetap segar lebih lama.

Hal ini dicoba diterapkan dalam proyek Save Food from the Fridge. Proyek ini menekankan pentingnya menyesuaikan metode penyimpanan dengan kebutuhan spesifik setiap jenis makanan. Model penyimpanan terbuka memungkinkan makanan disimpan dalam kondisi yang lebih sesuai dengan sifat alaminya. 

Misalnya, sayuran umbi-umbian dapat ditempatkan di kantong tanah agar tetap segar lebih lama. Wortel dan daun bawang dapat disimpan secara vertikal dengan alas pasir atau tanah untuk menjaga keadaan alaminya. Selain itu, beberapa desain penyimpanan terbuka menyertakan nampan air di bawah kotak untuk merehidrasi sayuran dengan mengganti kelembapan yang hilang setiap hari.

Contoh lain dari model ini adalah La Caja Verde dari Argentina, yakni sistem penyimpanan makanan terbuka berbasis furnitur. Terbuat dari kayu multi-laminasi fenolik, metode ini dirancang untuk tahan terhadap kelembapan dan dapat menyimpan hingga 20 kilogram makanan.

Mengarusutamakan Metode Penyimpanan Makanan Alternatif

Model penyimpanan terbuka menunjukkan bahwa menyimpan makanan tanpa listrik dan mengurangi kerusakan lingkungan dengan tetap menjaga kenyamanan modern bukanlah suatu hal yang mustahil. Jika memungkinkan, kita dapat mulai beralih ke gaya hidup berkelanjutan dengan memikirkan kembali kebiasaan konsumsi kita, seperti cara kita menyimpan makanan. 

Selain itu, mendukung intervensi sistemik, serta menyediakan pendanaan untuk alat dan ide praktis yang dapat mengurangi jejak karbon secara aktif, juga merupakan langkah yang penting. Menggabungkan inovasi, memikirkan kembali kebiasaan sehari-hari, dan mengarusutamakan praktik yang baik merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai tujuan iklim dan membangun masa depan yang lebih berkelanjutan bagi semua.

Editor: Nazalea Kusuma & Kresentia Madina

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia

Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Belajar, berbagi, berjejaring, dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Jadi Member Sekarang

Dinda Rahmania
Reporter at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Dinda adalah Reporter di Green Network Asia. Ia belajar Ilmu Hubungan Internasional di President University. Dinda bersemangat menulis seputar isu keberagaman, konsumsi berkelanjutan, dan pemberdayaan.

  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    Bagaimana Ongi River Movement di Mongolia Melindungi Manusia dan Lingkungan
  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    Bagaimana Upaya China dalam Meningkatkan Layanan Kesehatan di Tingkat Daerah
  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    Menengok Pelatihan Pemuda Desa di India untuk Kembangkan Pariwisata Berkelanjutan
  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    Kunci untuk Memastikan Sistem Transportasi Perkotaan yang Inklusif di Asia-Pasifik

Continue Reading

Sebelumnya: Petaka Perizinan Pembuangan Limbah Tambang ke Laut Dalam
Berikutnya: ADB Perbarui Kerangka Kerja Lingkungan dan Sosial

Lihat Konten GNA Lainnya

Fasilitas LNG di dekat laut. Menilik Dampak Proyek LNG di Tengah Pusaran Transisi Energi
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Menilik Dampak Proyek LNG di Tengah Pusaran Transisi Energi

Oleh Andi Batara
29 Oktober 2025
Sebuah nampan berisi ikan yang di sekitarnya terdapat sikat, pisau, dan makanan laut lainnya. Memanfaatkan Limbah Makanan Laut sebagai Peluang Ekonomi Biru yang Berkelanjutan
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Memanfaatkan Limbah Makanan Laut sebagai Peluang Ekonomi Biru yang Berkelanjutan

Oleh Attiatul Noor
29 Oktober 2025
Pembangkit listrik tenaga nuklir dengan dua menara pendingin besar yang mengeluarkan uap di malam hari, dikelilingi lampu-lampu dan struktur industri lainnya. Menilik PLTN Terapung: Potensi dan Tantangan Energi Nuklir di Indonesia
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Menilik PLTN Terapung: Potensi dan Tantangan Energi Nuklir di Indonesia

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
28 Oktober 2025
Seorang pria menjual dan mengipas jagung bakar di samping meja yang penuh dengan kelapa muda. Mengintegrasikan Keberlanjutan dalam Upaya Gastrodiplomasi Indonesia
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mengintegrasikan Keberlanjutan dalam Upaya Gastrodiplomasi Indonesia

Oleh Nazalea Kusuma dan Dina Oktaferia
28 Oktober 2025
Cover buku We are Eating the Earth: The Race to Fix Our Food System and Save Our Climate oleh Michael Grunwald. Bagaimana Memberi Makan Sembilan Miliar Orang Sembari Mendinginkan Langit?
  • GNA Knowledge Hub
  • Kolom Penasihat GNA
  • Resensi Buku

Bagaimana Memberi Makan Sembilan Miliar Orang Sembari Mendinginkan Langit?

Oleh Jalal
27 Oktober 2025
orang-orang diatas pohon saling membantu naik ke atas Bukan Sekadar Memimpin, tapi Juga Melakukan Transformasi: Bagaimana Perempuan Membentuk Kembali Keadilan Iklim di Asia
  • GNA Knowledge Hub
  • Opini

Bukan Sekadar Memimpin, tapi Juga Melakukan Transformasi: Bagaimana Perempuan Membentuk Kembali Keadilan Iklim di Asia

Oleh Cut Nurul Aidha dan Aimee Santos-Lyons
27 Oktober 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Laporan Akar Rumput GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia