Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • GNA Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Soft News
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Komunitas
  • Siaran Pers
  • Muda
  • ESG
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Kemiskinan Multidimensi: Kemiskinan Bukan Hanya tentang Uang

Memahami kemiskinan multidimensi sangat penting untuk mengembangkan kebijakan pemberantasan kemiskinan yang terinformasi dengan baik dan efisien.
Oleh Kresentia Madina dan Nazalea Kusuma
2 November 2023
Ilustrasi uang logam terbagi-bagi atas beberapa potongan yang menunjukkan tentang kebutuhan manusia.

Ilustrasi: Irhan Prabasukma.

Kemiskinan adalah salah satu masalah manusia yang paling klasik dan terus menerus ada. Kemiskinan membatasi kesempatan seseorang dalam memperoleh dukungan, peluang, dan kesempatan untuk merasakan hidup sejahtera. Upaya pemberantasan kemiskinan memerlukan pemahaman yang lebih baik, termasuk mengenai kemiskinan multidimensi. Mengapa kemiskinan bisa bersifat multidimensi?

Memahami Kemiskinan Multidimensi

Secara umum, orang menganggap dan mendefinisikan kemiskinan sebagai keadaan dimana seseorang tidak mempunyai cukup uang untuk memenuhi kebutuhan dasar. Namun, penyederhanaan itu sama artinya dengan mengabaikan kompleksitas kemiskinan. Akibatnya, tindakan yang kemudian dilakukan untuk mengentaskan kemiskinan menjadi terbatas.

Kemiskinan bersifat multidimensi. Dengan kata lain, kemiskinan mencakup kekurangan yang dialami oleh orang-orang dalam berbagai aspek kehidupan mereka, seperti kesehatan yang buruk, kurangnya pendidikan, lingkungan yang rusak, dan standar hidup yang rendah. Faktor-faktor penyebab kemiskinan juga sangat luas, saling berhubungan, dan sebagian besar bersifat sistemik.

Saat ini, masyarakat di seluruh dunia menghadapi krisis biaya hidup yang parah, yang menyebabkan jutaan orang jatuh miskin. Misalnya, harga pangan berada pada titik tertinggi dalam sejarah dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini menyebabkan banyak orang tidak mampu makan atau membeli makanan yang lebih murah dan kurang bergizi, sehingga menyebabkan malnutrisi dan masalah kesehatan, terutama pada anak-anak.

Permasalahan yang menyebabkan kemiskinan juga merupakan permasalahan yang paling berdampak terhadap masyarakat miskin. Perubahan iklim, bencana alam, pemanasan global, konflik, krisis pangan, degradasi lahan, ketimpangan gender, krisis pendidikan, dan krisis layanan kesehatan adalah beberapa permasalahan tersebut. Selain itu, kelompok yang terpinggirkan dan rentan—seperti perempuan, difabel, dan masyarakat adat—mempunyai risiko lebih tinggi untuk jatuh miskin. Mereka juga merupakan pihak yang paling merasakan dampak kemiskinan.

Untuk itu, memahami dan mengakui faktor-faktor yang saling berhubungan di luar faktor ‘uang’, adalah kunci untuk mengatasi kemiskinan.

Kondisi Kemiskinan Global

PBB memperkirakan sekitar 670 juta orang hidup dalam kemiskinan ekstrem. Dalam hal ini, orang yang hidup dalam kemiskinan ekstrem adalah mereka yang hidup di bawah Garis Kemiskinan, dengan mengacu pada paritas daya beli/purchasing power parities (PPPs) 2017 sebesar yakni US$2,15 per hari. Menurut Laporan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2023, kondisi yang berlangsung saat ini akan menyebabkan sekitar 575 juta orang masih hidup dalam kemiskinan ekstrem pada tahun 2030, dengan sebagian besar berada di Afrika Sub-Sahara.

Sementara itu, menurut laporan Indeks Kemiskinan Multidimensi Global (MPI), sebanyak 1,1 miliar orang merupakan orang miskin. Dari jumlah tersebut, hampir 991 juta orang hidup dengan standar hidup rendah, dan 600 juta orang hidup dengan penderita gizi buruk di rumah tangganya. Sebagian besar masyarakat miskin dunia berasal dari Afrika Sub-Sahara (534 juta orang) dan Asia Selatan (389 juta orang).

Data tersebut diperoleh MPI dengan mengukur kemiskinan di 110 negara. Pendekatan ini menggunakan sepuluh indikator yang mencakup kesehatan (gizi dan kematian anak), pendidikan (masa bersekolah dan kehadiran di sekolah), dan standar hidup (bahan bakar untuk memasak, sanitasi, air minum, listrik, perumahan, dan aset) untuk menentukan kondisi kemiskinan seseorang. Seseorang dikatakan miskin multidimensi jika tidak mempunyai lebih dari ⅓ indikator tersebut.

Yang Mesti Dilakukan

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)—sebagaimana Millennium Development Goals (MDGs) yang lebih awal—mendedikasikan tujuan pertama untuk mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuk di mana pun. Mengingat target-target SDGs yang saling berhubungan, maka sangat penting untuk memahami kemiskinan multidimensi untuk mengembangkan kebijakan yang tepat dan efisien dalam upaya pemberantasan kemiskinan. Beberapa negara telah mengadopsi indikator kemiskinan multidimensi dalam strategi mereka untuk mengakhiri kemiskinan. Meskipun demikian, perkembangan yang ada masih terbatas.

Pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya harus menargetkan faktor-faktor mendasar untuk mengurangi kemiskinan secara sistematis. Perlindungan sosial yang kuat seperti cakupan kesehatan semesta, bantuan kemanusiaan, peraturan pekerjaan yang layak, dan kebijakan yang responsif gender sangat penting dalam membatasi dampak perubahan iklim dan krisis lainnya yang tidak proporsional terhadap masyarakat miskin. Pada akhirnya, upaya untuk mewujudkan kesejahteraan bagi manusia dan planet Bumi tidak boleh meninggalkan siapa pun.

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.

Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan Langganan GNA Indonesia.

Jika konten ini bermanfaat, harap pertimbangkan Langganan GNA Indonesia untuk mendapatkan akses digital ke wawasan interdisipliner dan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Pilih Paket Langganan Anda

Kresentia Madina
Reporter at Green Network Asia | Website |  + posts Bio

Madina adalah Asisten Manajer Publikasi Digital di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Program Studi Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Madina memiliki 3 tahun pengalaman profesional dalam publikasi digital internasional, program, dan kemitraan GNA, khususnya dalam isu-isu sosial dan budaya.

  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Melestarikan Situs Warisan di Tengah Perubahan Iklim
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Strategi Regional Afrika untuk Prioritaskan Layanan Rehabilitasi
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Menilik Peran Kaum Muda dalam Mendorong Kemajuan Pembangunan Berkelanjutan
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Potret Polusi Plastik di Asia Tenggara dan Asia Timur
Nazalea Kusuma
Managing Editor at Green Network Asia | Website |  + posts Bio

Naz adalah Manajer Publikasi Digital Internasional di Green Network Asia. Ia pernah belajar Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota dan tinggal di beberapa kota di Asia Tenggara. Pengalaman pribadi ini memperkaya persepektifnya akan masyarakat dan budaya yang beragam. Naz memiliki sekitar satu dekade pengalaman profesional sebagai penulis, editor, penerjemah, dan desainer kreatif.

  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Langkah Mundur India dalam Kebijakan Emisi Sulfur Dioksida
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Pentingnya Ruang Terbuka Hijau Perkotaan yang Aksesibel dan Inklusif untuk Semua
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Mengulik Tren Gaya Hidup Minimalis di TikTok
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Mengatasi Tantangan dalam Implementasi Adaptasi Berbasis Ekosistem (EbA)

Continue Reading

Sebelumnya: NTTI Kembangkan Program Pendidikan Lingkungan di Pulau Bangka, Sulawesi Utara
Berikutnya: Mewujudkan Pekerjaan yang Layak untuk Pekerja Rumah Tangga

Lihat Konten GNA Lainnya

kantor pelayanan publik dengan beberapa pengunjung yang mengantri di tempat duduk. GovTech AI dan Transformasi Digital di Sektor Pelayanan Publik
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

GovTech AI dan Transformasi Digital di Sektor Pelayanan Publik

Oleh Seftyana Khairunisa
19 September 2025
padang rumput berwarna coklat di bawah langit biru Menilik Risiko Iklim di Australia
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Menilik Risiko Iklim di Australia

Oleh Kresentia Madina
19 September 2025
Beberapa perempuan Mollo sedang menenun Bagaimana Masyarakat Adat Mollo Hadapi Krisis Iklim dan Dampak Pertambangan
  • GNA Knowledge Hub
  • Wawancara

Bagaimana Masyarakat Adat Mollo Hadapi Krisis Iklim dan Dampak Pertambangan

Oleh Andi Batara
18 September 2025
Seorang penyandang disabilitas di kursi roda sedang memegang bola basket di lapangan. Olahraga Inklusif sebagai Jalan Pemenuhan Hak dan Pemberdayaan Difabel
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Olahraga Inklusif sebagai Jalan Pemenuhan Hak dan Pemberdayaan Difabel

Oleh Attiatul Noor
18 September 2025
alat-alat makeup di dalam wadah Fast-Beauty dan Dampaknya yang Kompleks
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Fast-Beauty dan Dampaknya yang Kompleks

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
17 September 2025
kawanan gajah berjalan melintasi ladang hijau yang subur Penurunan Populasi Gajah Afrika dan Dampaknya terhadap Ekosistem
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Penurunan Populasi Gajah Afrika dan Dampaknya terhadap Ekosistem

Oleh Kresentia Madina
17 September 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia