Upaya EcoNusa Wujudkan Ekonomi Hijau dan Ketahanan Pangan Masyarakat Adat di Papua dan Maluku
Papua merupakan rumah bagi hampir 50% hutan Indonesia dan 52% hutan bakau yang tersisa. Lautan wilayah ini menyediakan hampir 50% stok ikan Indonesia. Selain itu, wilayah berjuluk ‘Surga Kecil’ ini merupakan habitat bagi beraneka ragam flora dan fauna, serta merupakan pusat segitiga karang dunia. Namun sayangnya, kekayaan alam tersebut rentan terhadap kerusakan yang pada gilirannya dapat mengancam ketahanan ekonomi dan pangan masyarakat setempat.
Yayasan EcoNusa bekerja bersama masyarakat adat untuk meningkatkan taraf ekonomi dan ketahanan pangan tanpa merusak ekosistem hutan, pesisir, dan laut Tanah Papua dengan membentuk kewirausahaan sosial lingkungan yang dinamai KOBUMI. Selain Papua, inisiatif ini juga melibatkan masyarakat adat di Maluku dan Maluku Utara.
Yang Dilakukan KOBUMI
Berdiri pada Juni 2022, KOBUMI berupaya menciptakan bisnis berkelanjutan dengan mempromosikan komoditas khas Indonesia Timur yang bernilai tinggi seperti pala, kenari, kayu manis, cengkih, kelapa, kopi, kakao, keladi, pisang, sagu, udang bakau, dan ikan serta produk perikanan lainnya yang telah dikelola turun temurun oleh masyarakat.
Misi KOBUMI adalah meningkatkan daya saing komoditas sekaligus kesejahteraan masyarakat adat berdasarkan sistem koperasi multi-pihak yang berfokus pada pengembangan nilai komoditas dan produk khas Indonesia Timur. Beberapa tantangan dalam pengembangan komoditas di wilayah Indonesia Timur, khususnya di Papua dan Kepulauan Maluku adalah kesenjangan pasar, rendahnya produktivitas dan nilai tambah, serta rantai pasok dan biaya logistik yang tinggi.
KOBUMI bekerja di wilayah-wilayah masyarakat adat yang rentan terhadap ancaman kerusakan dan memiliki nilai konservasi penting termasuk wilayah perhutanan sosial. Upaya ini guna mendukung pengembangan model ekonomi lokal yang berbasis ekosistem dan sejalan dengan agenda FOLU Net Sink 2030 serta memperkuat ketahanan pangan lokal masyarakat.
Selain itu, EcoNusa dan masyarakat adat setempat juga mengembangkan wisata alam berbasis masyarakat di beberapa wilayah Papua. Di antaranya kawasan Malaumkarta, yang menawarkan atraksi wisata alam seperti pengamatan burung dan menyelam.
Potensi Ekonomi Hijau untuk Ketahanan Pangan
Ekonomi hijau merupakan pilar pembangunan Tanah Papua yang telah disepakati dalam Deklarasi Manokwari pada 7 Oktober 2018 lalu. Deklarasi ini memuat tentang Pembangunan Berkelanjutan Berbasis Wilayah Adat di Tanah Papua.
Sesuai konsep ekonomi hijau, KOBUMI memiliki visi mengangkat komoditas lokal agar berdaya saing global untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat adat dan lokal sekaligus menghindari kerusakan lingkungan dan menjaga ekosistem. Model bisnis yang diadopsi oleh KOBUMI dapat menjadi percontohan pengembangan ekonomi hijau dengan memaksimalkan potensi kearifan lokal tanpa harus merusak alam.
Inisiatif di Tanah Papua ini dapat menjadi inspirasi bagi kabupaten atau provinsi lain yang kaya akan sumberdaya alam. Berbagai produk komoditas pertanian lokal dapat dikembangkan menjadi potensi ekonomi hijau dan ketahanan pangan.
“Pemerintah sangat mendukung upaya pengembangan komoditas unggulan daerah berupa tanaman hortikultura, karena selain menggerakkan perekonomian rakyat, juga dapat menjadi alternatif pangan bagi rakyat serta mendukung ketahanan pangan yang menjadi salah satu isu global saat ini,” ujar Sesmenko Susiwijono, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Editor: Abul Muamar
Kami harap konten ini bermanfaat bagi Anda.
Berlangganan Green Network Asia – Indonesia untuk mendapatkan akses tanpa batas ke semua kabar dan cerita yang didesain khusus untuk membawakan wawasan lintas sektor tentang pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan keberlanjutan (sustainability) di Indonesia dan dunia.
Maulina adalah Reporter & Peneliti untuk Green Network Asia - Indonesia. Dia meliput Indonesia bagian barat, tengah, dan timur.