Mengejar Ketertinggalan Belajar melalui Program INOVASI
Indonesia menghadapi persoalan ketertinggalan belajar (learning loss) kala pandemi COVID-19 menyerang. Kegiatan belajar-mengajar tatap muka terpaksa terhenti karena kekhawatiran penularan virus Corona di kalangan pelajar dan guru. Hal ini berdampak serius bagi proses pembelajaran siswa. Meskipun sistem belajar dialihkan menjadi daring, banyak siswa di Indonesia tidak mampu mengejar pemahaman mata pelajaran dan menyebabkan ketertinggalan belajar.
Pemerintah Australia bersama pemerintah Indonesia, yang meliputi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Kementerian Agama (Kemenag) dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), serta mitra-mitra di tingkat daerah berupaya menyelesaikan persoalan ketertinggalan belajar ini dengan mencanangkan program INOVASI.
Bahaya Ketertinggalan Belajar
Ketertinggalan belajar merujuk pada kondisi hilangnya pengetahuan dan kemampuan siswa, baik secara spesifik atau umum, yang dipengaruhi berbagai faktor. Ketertinggalan belajar identik dengan kemunduran siswa secara akademis yang berkaitan dengan kesenjangan yang berkepanjangan atau terganggunya proses pendidikan. Selama pandemi COVID-19, kesenjangan akses dan rendahnya kualitas pembelajaran menjadi faktor utama ketertinggalan belajar terutama karena proses belajar mengajar dilakukan secara daring.
Penelitian bersama yang melibatkan UNICEF, UNESCO, Bank Dunia, dan lainnya menemukan bahwa penutupan sekolah akibat pembatasan sosial telah memengaruhi sekitar 60 juta siswa di Indonesia dan menyebabkan adanya ketertinggalan belajar yang signifikan.
Ketertinggalan belajar menyebabkan hilangnya kemampuan belajar setara 0,9 hingga 1,2 tahun. Ketertinggalan belajar juga berdampak pada kemampuan literasi siswa/pelajar, di mana skor membaca dalam tes Programme for International Student Assessment (PISA) mengalami penurunan hingga Juni 2021 sebanyak 25 hingga 35 poin.
Di samping itu, persentase siswa kelas awal yang tidak dapat membaca juga meningkat akibat ketertinggalan belajar. Hal ini memperburuk kondisi anak-anak dari kelompok masyarakat rentan, termasuk anak-anak dari rumah tangga berpendapatan rendah, daerah pedesaan dan tertinggal, serta difabel. Secara garis besar, ketertinggalan belajar menyebabkan kesenjangan pendidikan, memperburuk ketidakadilan sosial, dan mengganggu pencapaian kesejahteraan.
Kemitraan Program INOVASI
Kolaborasi multi-pemangku kepentingan menjadi salah satu modal penting untuk menyelesaikan ketertinggalan belajar.
Program INOVASI membantu Pemerintah Indonesia dalam pemulihan belajar melalui penyediaan sarana teknis kepada mitra-mitra di tingkat nasional dan sub-nasional. Program ini juga memungkinkan pengembangan modul pembelajaran digital atau berbasis rumah. Program ini telah diimplementasikan di beberapa daerah di Indonesia, di antaranya Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Utara, dan Jawa Timur.
INOVASI menggunakan pendekatan khas dalam mengembangkan berbagai program rintisannya untuk meningkatkan hasil belajar. Program ini mendukung perubahan dalam praktik pembelajaran, sistem, dan kebijakan pendidikan yang berpotensi mempercepat peningkatan hasil belajar siswa di bidang literasi, numerasi, dan keterampilan.
Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam INOVASI mengadopsi metode Problem Driven Iterative Adaptation (PDIA) dari Harvard University. Metode PDIA menawarkan kerangka kerja dan metode untuk pengembangan masyarakat untuk melakukan hal-hal yang berbeda dan bertumpu pada empat prinsip:
- Solusi lokal untuk permasalahan lokal. Segala persoalan pendidikan disesuaikan dengan karakter dan tantangan daerah masing-masing, dimana penyelesaiannya membutuhkan kolaborasi pemangku kepentingan lokal.
- Mendorong pengelolaan masalah menjadi hal yang positif (Problem-driven positive deviance).
- Mencoba, mempelajari, mengulang, dan mengadaptasi pendidikan berbasis eksperimen.
- Melibatkan berbagai pemangku kepentingan dan organisasi secara luas dan relevan dengan kebutuhan pendidikan secara lokal.
Perlu Peran Semua Pihak
Pendidikan adalah jantung pembangunan suatu bangsa. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dimulai dari bagaimana sistem pendidikan dijalankan. Inovasi dan pembaharuan sistem pendidikan perlu didorong di seluruh wilayah Indonesia, tidak terbatas pada wilayah tertentu saja.
Selain itu, peningkatan kapasitas pendidik juga menjadi upaya yang perlu terus didorong untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Penguatan peran masyarakat, aktor pemerintahan dan non-pemerintahan dalam mendukung pendidikan juga perlu untuk terus diupayakan untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih inklusif dan adil bagi semua.
Editor: Abul Muamar
Jika Anda melihat konten ini bermanfaat, pertimbangkan join “Membership Individu Tahunan Green Network Asia – Indonesia” untuk mendapatkan akses online tanpa batas ke semua kabar dan cerita yang menampilkan wawasan seputar pembangunan berkelanjutan dari multi-stakeholder di pemerintahan, bisnis, dan masyarakat sipil di Indonesia dan dunia.
Maulina adalah Reporter & Peneliti untuk Green Network Asia - Indonesia. Dia meliput Indonesia bagian barat, tengah, dan timur.