Negara Pulau Kiribati di Bawah Ancaman Kenaikan Permukaan Laut
Masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil merupakan komunitas yang paling rentan di tengah perubahan iklim. Mereka menanggung dampak krisis iklim paling besar, padahal mereka bukan kontributor utama. Dan berbicara soal ancaman yang dihadapi pulau kecil, Kiribati adalah salah satu negara pulau kecil pertama yang akan punah karena naiknya permukaan air laut. Hal ini menunjukkan betapa mendesaknya kebutuhan akan dukungan untuk membantu membangun ketahanan iklim negara pulau tersebut.
Kerentanan Kiribati terhadap Perubahan Iklim
Kiribati adalah sebuah negara pulau yang terletak di tengah Samudera Pasifik. Negara ini sebagian besar terdiri dari atol karang dataran rendah, dan tidak ada bagian daratan yang tingginya lebih dari dua meter di atas permukaan laut. Topografi ini membuat negara tersebut dan penduduknya sangat rentan terhadap kenaikan permukaan laut dan cuaca ekstrem. Kombinasi badai dan air pasang dapat meningkatkan risiko banjir di Kiribati secara drastis.
Kini, bencana alam terkait perubahan iklim membuat Kiribati semakin rentan. Kekeringan, angin topan yang intens, dan intrusi air garam merupakan tantangan yang harus dihadapi negara ini, yang membuat penduduknya semakin terancam. Jumlah korban bencana alam di negara ini 125% lebih tinggi dibandingkan negara maju lainnya.
Dampak lain yang perlu dipertimbangkan adalah migrasi. Masyarakat dari pulau-pulau terluar Kiribati sudah pindah ke Tarawa Selatan karena infrastruktur yang tidak memadai, kurangnya akses terhadap air bersih, dan dampak perubahan iklim lainnya. Akibatnya, migrasi ini mengakibatkan peningkatan kepadatan penduduk dan peningkatan pengangguran di pulau utama.
Singkatnya, Kiribati kemungkinan tidak dapat dihuni lagi pada akhir abad ini. Perubahan iklim yang semakin meningkat menciptakan ancaman nyata yang mendesak Kiribati untuk menghadapi konsekuensi besar menyangkut tanah, penduduk, dan cara hidup mereka.
Mendukung Ketahanan Iklim Kiribati
Dukungan berkesinambungan dari komunitas global sangat penting untuk meningkatkan ketahanan iklim Kiribati. Terkait hal ini, Bank Dunia telah menyetujui paket dukungan senilai USD10 juta untuk Kiribati, yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan negara tersebut terhadap risiko ekonomi dan perubahan iklim.
“Dukungan untuk Kiribati ini bertujuan untuk membantu negara tersebut melindungi lingkungannya yang berharga, sekaligus membangun perekonomian yang lebih stabil dan berketahanan; salah satu hal yang memastikan negara tersebut dapat melihat lebih jauh pada siklus anggaran berikutnya dan mengambil keputusan jangka panjang,” kata Stefano Mocci, Country Manager Bank Dunia untuk Pasifik Selatan.
Selain itu, Operasi Kebijakan Pembangunan Pertumbuhan Tangguh Pertama Kiribati dengan Opsi Penarikan Ditangguhkan Bencana (Cat DDO) mencakup hibah langsung sebesar US$2 juta untuk krisis besar atau bencana alam. Ada juga dukungan sebesar $10 juta untuk kawasan ini, yang didanai melalui Asosiasi Pembangunan Internasional (IDA).
Menghapus Ketimpangan Iklim
Kiribati, negara-negara Kepulauan Pasifik, dan Negara Berkembang Kepulauan Kecil (SIDS) lainnya menanggung dampak perubahan iklim yang tidak proporsional, meskipun kontribusinya kurang dari 1% terhadap emisi gas rumah kaca planet Bumi. Sementara itu, negara-negara industri maju merupakan kontributor utama emisi global dan lebih siap menghadapi dampak perubahan iklim.
Ketimpangan yang mencolok ini menekankan perlunya kolaborasi global dan pembagian tanggung jawab. Terbatasnya kapasitas Kiribati untuk membangun ketahanan iklim meningkatkan urgensi bantuan eksternal. Bagaimanapun, mengatasi perubahan iklim memerlukan pengakuan terhadap ketidakseimbangan historis dan upaya untuk mencari solusi adil yang memprioritaskan kesejahteraan semua negara, terutama negara-negara yang terkena dampak secara tidak adil.
Editor: Nazalea Kusuma
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Dinda adalah Reporter di Green Network Asia. Dia belajar Ilmu Hubungan Internasional di President University. Dinda bersemangat menulis tentang isu keberagaman, konsumsi berkelanjutan, dan pemberdayaan.