Urgensi Konservasi Padang Lamun
Kehidupan berlangsung di darat dan di bawah air. Sedihnya, kedua ekosistem tersebut berada di bawah ancaman degradasi lingkungan, termasuk padang lamun di dasar laut. Padang lamun merupakan salah satu habitat penting yang kerap diabaikan dalam upaya konservasi laut. Di tengah ancaman pemanasan bumi, konservasi padang lamun menjadi sangat penting.
Peran Penting Padang Lamun
Lamun adalah satu-satunya tanaman berbunga yang dapat hidup di bawah air. Lamun berbeda dengan rumput laut yang merupakan salah satu jenis alga. Lamun hidup di perairan laut yang dangkal, di mana mereka dapat membentuk padang rumput bawah air yang luas. Padang lamun menutupi setidaknya 300.000 kilometer persegi dasar laut dan ditemukan di 159 negara kecuali benua Antartika.
Padang lamun sangat penting, tidak hanya untuk ekosistem laut, tetapi juga untuk kehidupan di darat. Mamalia laut besar seperti manatee, dugong, dan penyu hijau memanfaatkan padang lamun sebagai habitat utama mereka dalam mencari makan. Padang lamun juga menjadi tempat pembibitan ikan-ikan kecil, melindungi terumbu karang, dan menyerap zat berbahaya yang ada di laut.
Bagi kehidupan di darat, padang lamun berfungsi mencegah erosi pantai dan menyimpan karbon. Meskipun hanya mencakup 0,1% dasar samudra, padang lamun dapat menyimpan hingga 18% karbon samudra dunia, menjadikannya penting untuk mengurangi emisi.
Ancaman terhadap Padang Lamun
Sebagian besar kehidupan laut terkonsentrasi di empat habitat utama: hutan rumput laut, hutan mangrove, padang lamun, dan terumbu karang. Meskipun semuanya sama-sama rentan terhadap krisis, padang lamun adalah salah satu habitat yang paling tidak dilindungi. Sebuah laporan oleh UNEP menyatakan bahwa hanya 26% padang lamun yang berada di dalam kawasan lindung, jauh jika dibandingkan dengan 40% terumbu karang dan 43% hutan bakau.
Laporan tersebut lebih lanjut mengungkapkan bahwa luas padang lamun mengalami penurunan sejak 1930. Statistik terbaru memperkirakan bahwa 7% padang lamun hilang di seluruh dunia setiap tahunnya, setara dengan kehilangan satu lapangan sepak bola setiap setengah jam. Limpasan pertanian dan industri, pembangunan pesisir, perubahan iklim, dan kegiatan penangkapan ikan yang tidak diatur disebut sebagai ancaman utama bagi padang lamun.
Salah satu tragedi hilangnya padang lamun yang terkenal terjadi di Taman Laut Shark Bay, Australia. Pada tahun 2011, taman tersebut kehilangan 1.310 kilometer persegi padang lamun menyusul gelombang panas laut yang ekstrem. Gelombang panas terjadi di garis pantai Australia Barat, meningkatkan suhu air hingga 2-5°C lebih hangat dari rata-rata. Pemerintah Australia mencatat, kehilangan itu terjadi setelah padang lamun mengalami suhu laut ekstrem dalam jangka waktu lama.
Konservasi Padang Lamun
Baru-baru ini, para ilmuwan menemukan fenomena pemanasan laut yang mengkhawatirkan. Fenomena tersebut disebut-sebut lebih berbahaya dari El Niño, dan dapat memicu gelombang panas laut yang intens. Karena itu, melindungi dan melestarikan padang lamun menjadi sangat penting, lebih penting dari sebelumnya.
Secara global, konservasi padang lamun masuk dalam misi Dekade Restorasi Ekosistem PBB. Laporan UNEP tersebut juga menyajikan beberapa rekomendasi utama bagi pembuat kebijakan, di antaranya mengembangkan peta global distribusi dan kesehatan padang lamun yang komprehensif, mengakui perlindungan lamun dalam agenda SDGs 2030 dan target kebijakan internasional lainnya. Rekomendasi lainnya adalah meningkatkan pendanaan nasional, bilateral, dan multilateral untuk melakukan upaya konservasi yang komprehensif. Lembaga pemerintah, peneliti, masyarakat, dan organisasi lainnya juga mesti ikut berperan dalam upaya konservasi padang lamun demi keselamatan dan keberlangsungan hidup biota laut dan kita sendiri.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa inggris di Green Network Asia.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Madina adalah Reporter di Green Network Asia. Dia adalah alumni program sarjana Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Dia memiliki tiga tahun pengalaman profesional dalam editorial dan penciptaan konten kreatif, penyuntingan, dan riset.