Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • GNA Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Soft News
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Komunitas
  • Siaran Pers
  • Muda
  • ESG
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Langkah Thailand Hapus Keadaan Tanpa Kewarganegaraan

Di Thailand, berbagai upaya dilakukan untuk mengakhiri keadaan tanpa kewarganegaraan, mulai dari resolusi pemerintah hingga inisiatif akar rumput.
Oleh Kresentia Madina
2 Desember 2024
bendera Thailand di tiang menghadap langit biru

Foto: Dave Kim di Unsplash.

Setiap orang memiliki hak atas kewarganegaraan sebagaimana diamanatkan dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Namun, jutaan orang di berbagai belahan dunia masih belum mendapatkan hak ini, sehingga mereka berstatus tanpa kewarganegaraan. Di Thailand, berbagai upaya dilakukan untuk mengakhiri keadaan tanpa kewarganegaraan, mulai dari resolusi pemerintah hingga inisiatif akar rumput.

Orang-orang Tanpa Kewarganegaraan

Badan Pengungsi PBB mendefinisikan orang tanpa kewarganegaraan sebagai “orang yang tidak dianggap sebagai warga negara oleh negara mana pun berdasarkan hukum yang berlaku.” Penyebab keadaan tanpa kewarganegaraan bermacam-macam, dan banyak di antaranya disebabkan oleh diskriminasi berdasarkan ras, etnis, agama, bahasa, atau gender. 

Kewarganegaraan bukan sekadar identitas. Dengan kewarganegaraan, seseorang akan diakui sebagai bagian dari suatu bangsa dan diberikan perlindungan serta dipenuhi hak-haknya oleh pemerintah. Oleh karena itu, keadaan tanpa kewarganegaraan dapat membuat orang-orang menjadi rentan dan mengorbankan keselamatan dan kebebasan mereka. Hak-hak dasar mereka seringkali tidak diberikan, seperti hak untuk bersekolah, berobat ke dokter, membuka rekening bank, atau bahkan bepergian dengan bebas.

Keadaan Tanpa Kewarganegaraan di Thailand

Pada September 2023, hampir 600.000 orang terdaftar sebagai orang tanpa kewarganegaraan di Thailand, menjadikannya salah satu populasi tanpa kewarganegaraan terbesar di dunia. Kebijakan diskriminatif terhadap kelompok minoritas disebut-sebut sebagai salah satu alasan utama meluasnya masalah ini. Pada saat yang sama, jumlah migran dan pengungsi di negara tersebut juga bertambah.

Lalu, pada Oktober 2024, pemerintah Thailand menyetujui jalur percepatan untuk memberikan izin tinggal permanen dan kewarganegaraan. Melalui jalur ini, lebih dari 300.000 anggota etnis minoritas yang diakui secara resmi di Thailand akan memenuhi syarat untuk mendapatkan izin tinggal permanen dan dapat mengajukan permohonan kewarganegaraan Thailand setelah lima tahun. 

Selain itu, lebih dari 142.000 anak mereka yang lahir di Thailand akan memenuhi syarat untuk mendapatkan kewarganegaraan Thailand. Hal ini menandai langkah nyata pemerintah Thailand dalam mewujudkan janji untuk menghapus keadaan tanpa kewarganegaraan pada tahun 2024.

Di tingkat akar rumput, berbagai organisasi juga melakukan upaya untuk mendukung masyarakat dalam menjalani proses permohonan kewarganegaraan. Meefah Ahsong, seorang relawan komunitas dari Legal Community Network (LCN) dan Legal Advocacy Walk (LAW), berbagi pengalamannya membantu masyarakat di desa-desa etnis di seluruh Chiang Mai untuk mengajukan permohonan kewarganegaraan. 

“Saya senang mereka memiliki kehidupan baru, mereka punya pekerjaan yang lebih baik dan akses terhadap jaminan kesehatan,” katanya. “Saya ingin penduduk desa yang tidak memiliki kewarganegaraan lebih sadar akan hak-hak mereka.” Sebelumnya, Meefah sendiri pernah menjadi orang yang tidak memiliki kewarganegaraan.

Melindungi Hak Setiap Orang

Upaya untuk mengakhiri keadaan tanpa kewarganegaraan di Thailand menunjukkan peran penting pemerintah nasional dan organisasi internasional dalam menjamin hak asasi manusia bagi semua orang, termasuk hak seseorang atas kewarganegaraan. Pada saat yang sama, kerja-kerja komunitas dan individu di tingkat akar rumput juga penting dalam mendukung dan menghilangkan stigma terhadap migran dan pengungsi di sekitar kita. 

Secara keseluruhan, upaya untuk mengakhiri keadaan tanpa kewarganegaraan harus dilakukan sesuai dengan pengakuan hak asasi manusia dan tidak meninggalkan seorang pun di dunia yang terus berubah.

Editor: Nazalea Kusuma

Penerjemah: Abul MuamarBaca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia

Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan Langganan GNA Indonesia.

Jika konten ini bermanfaat, harap pertimbangkan Langganan GNA Indonesia untuk mendapatkan akses digital ke wawasan interdisipliner dan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Pilih Paket Langganan Anda

Kresentia Madina
Reporter at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Madina adalah Asisten Manajer Publikasi Digital di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Program Studi Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Madina memiliki 3 tahun pengalaman profesional dalam publikasi digital internasional, program, dan kemitraan GNA, khususnya dalam isu-isu sosial dan budaya.

  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Melestarikan Situs Warisan di Tengah Perubahan Iklim
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Strategi Regional Afrika untuk Prioritaskan Layanan Rehabilitasi
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Menilik Peran Kaum Muda dalam Mendorong Kemajuan Pembangunan Berkelanjutan
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Potret Polusi Plastik di Asia Tenggara dan Asia Timur

Continue Reading

Sebelumnya: ASEAN Youth Conference 2024: Mengantarkan Suara Pemuda ke Tingkat Pengambilan Keputusan
Berikutnya: Aspek-Aspek Utama yang Membentuk Masa Depan Perlindungan Sosial

Lihat Konten GNA Lainnya

Seorang anak berkacamata menerima piring berisi makanan. Menengok Bagaimana Program Makan Gratis di Sekolah di Amerika Latin dan Karibia
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Menengok Bagaimana Program Makan Gratis di Sekolah di Amerika Latin dan Karibia

Oleh Attiatul Noor
12 September 2025
ilustrasi misinformasi; manekin kepala dengan bagian atas terbuka menerima koran yang dilabeli tulisan palsu Menangkal Masifnya Penyebaran Misinformasi dan Disinformasi
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Menangkal Masifnya Penyebaran Misinformasi dan Disinformasi

Oleh Seftyana Khairunisa
12 September 2025
pembagian makanan kepada anak-anak Menyalakan Kemanusiaan dengan Menyelamatkan dan Mendistribusikan Makanan Berlebih
  • GNA Knowledge Hub
  • Komunitas

Menyalakan Kemanusiaan dengan Menyelamatkan dan Mendistribusikan Makanan Berlebih

Oleh Dilla Atqia Rahmah
11 September 2025
Seorang perempuan pengguna kursi roda sedang meraih tombol lift. Kunci untuk Memastikan Sistem Transportasi Perkotaan yang Inklusif di Asia-Pasifik
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Kunci untuk Memastikan Sistem Transportasi Perkotaan yang Inklusif di Asia-Pasifik

Oleh Dinda Rahmania
11 September 2025
foto udara pemukiman padat yang ada di dekat bantaran sungai perkotaan Jerat Kemiskinan di Perkotaan
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Jerat Kemiskinan di Perkotaan

Oleh Seftyana Khairunisa
10 September 2025
seorang anak perempuan menulis dengan kapur di papan tulis hitam Bagaimana Pendidikan Lingkungan Dukung Ketahanan di Odisha, India
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Pendidikan Lingkungan Dukung Ketahanan di Odisha, India

Oleh Attiatul Noor
10 September 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia