Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan
  • GNA Internasional
  • Jadi Member
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Akar Rumput
  • Muda
  • Siaran Pers
  • Corporate Sustainability
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Meningkatnya Kasus Kekerasan Berbasis Gender Online

Di tengah perkembangan teknologi digital yang tidak terkendali, mengatasi kekerasan berbasis gender online di seluruh dunia merupakan suatu hal yang mendesak.
Oleh Kresentia Madina
6 September 2024
seorang remaja perempuan dan seorang perempuan dewasa sedang melihat ke layar ponsel pintar masing-masing

Foto: Freepik.

Perkembangan teknologi dan internet telah membuat banyak aspek kehidupan kita menjadi lebih mudah. Namun, pada saat yang sama, perangkat teknologi juga menimbulkan kekerasan berbasis gender online dan jumlah kasusnya semakin mengkhawatirkan. Di tengah perkembangan teknologi yang tidak terkendali, mengatasi kekerasan berbasis gender online di seluruh dunia merupakan suatu hal yang mendesak.

Apa Itu Kekerasan Berbasis Gender Online?

Pertumbuhan budaya internet dan teknologi digital telah meningkatkan kasus kekerasan berbasis gender online (KBGO) di banyak negara, termasuk di Indonesia. Amnesty International menyatakan bahwa KBGO “dilakukan, dibantu, diperparah, dan meluas melalui penggunaan teknologi informasi dan komunikasi atau media digital.”

Secara umum, perempuan dan anak perempuan merupakan mayoritas korban KBGO. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Institute of Development Studies menemukan bahwa antara 16-58% perempuan pernah mengalami kekerasan berbasis gender yang difasilitasi oleh teknologi dalam hidup mereka.

Ada berbagai KBGO. Menurut The Economist Intelligence Unit, tiga kasus KBGO yang paling umum dialami oleh perempuan dan anak perempuan di seluruh dunia adalah misinformasi dan pencemaran nama (67%), pelecehan online (66%), dan ujaran kebencian (65%). Perempuan dengan pekerjaan tertentu, seperti jurnalis dan politisi, lebih rentan menjadi sasaran.

Masalah Global

KBGO merupakan masalah global yang membutuhkan solusi yang efektif. Data Economist Intelligence Unit menyebutkan bahwa seluruh kawasan di dunia memiliki prevalensi KBGO di atas 70%, dengan prevalensi tertinggi di Timur Tengah (98%). Namun, masih banyak kasus yang tidak dilaporkan secara global, dengan 78% responden mengaku tidak menyadari bahwa mereka dapat melaporkan pelecehan online.

Selain itu, kemunculan AI Generatif juga turut memperburuk masalah ini. Misalnya, pada Agustus 2024, ribuan perempuan dan anak perempuan di Korea Selatan menjadi korban kejahatan seks digital. Kejahatan-kejahatan ini berkisar dari kamera tersembunyi hingga konten seksual palsu, di mana pelaku menggunakan alat digital untuk membuat gambar dan video palsu dan eksplisit secara seksual tanpa persetujuan korban dan mengedarkannya di grup-grup online. Perangkat AI juga dapat digunakan untuk mengedarkan berita palsu yang memperparah dampak buruk berbasis gender, membatasi kebebasan dan keamanan perempuan dan anak perempuan dalam beraktivitas secara online.

Menggunakan Teknologi dengan Bertanggung Jawab

Segala bentuk kekerasan berbasis gender merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia universal, yang memungkinkan setiap orang hidup dengan aman. Oleh karena itu, penanganan KBGO merupakan hal mendesak yang memerlukan intervensi kolektif, terutama dengan kemajuan teknologi digital. 

Pemerintah dan organisasi yang berfokus pada perempuan harus berkolaborasi untuk menciptakan mekanisme pelaporan yang efektif dan mudah diakses. Meningkatkan kesadaran akan keberadaan layanan tersebut juga penting untuk mendorong lebih banyak penyintas untuk melapor. Selain itu, pihak berwenang dan lembaga perlindungan harus memahami bahwa KBGO merupakan masalah serius dan meminta pertanggungjawaban pelakunya. Terakhir, penyedia internet dan pengembang perangkat digital juga harus mengedepankan tindakan pencegahan dan pembatasan untuk memastikan bahwa alat digital digunakan untuk tujuan yang baik. 

Editor: Nazalea Kusuma 

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia

Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Belajar, berbagi, berjejaring, dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Jadi Member Sekarang

Kresentia Madina
Reporter at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Madina adalah Asisten Manajer Publikasi Digital di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Program Studi Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Madina memiliki 3 tahun pengalaman profesional dalam publikasi digital internasional, program, dan kemitraan GNA, khususnya dalam isu-isu sosial dan budaya.

  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Seruan untuk Aksi Iklim yang Lebih Kuat di KTT Iklim 2025
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Bagaimana Laut Kaspia Menyusut Akibat Tekanan Perubahan Iklim
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Menghentikan Penurunan Populasi Lebah Dunia
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Menilik Risiko Iklim di Australia

Continue Reading

Sebelumnya: IBSAP 2025-2045: Panduan Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Berkelanjutan
Berikutnya: Inisiatif Green Academy untuk Dukung Pembangunan Berkelanjutan

Lihat Konten GNA Lainnya

bangunan roboh Robohnya NZBA: Kritik, Analisis, dan Seruan untuk Perbankan Indonesia
  • GNA Knowledge Hub
  • Kolom Penasihat GNA
  • Opini

Robohnya NZBA: Kritik, Analisis, dan Seruan untuk Perbankan Indonesia

Oleh Jalal
17 Oktober 2025
Empat tangan anak-anak yang saling berpegangan Mengatasi Perundungan di Lingkungan Pendidikan dengan Aksi Kolektif
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mengatasi Perundungan di Lingkungan Pendidikan dengan Aksi Kolektif

Oleh Andi Batara
17 Oktober 2025
sekawanan bison sedang memamah di atas padang rumput yang tertutup salju Mendorong Rewilding untuk Memulihkan Krisis Ekologi
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mendorong Rewilding untuk Memulihkan Krisis Ekologi

Oleh Kresentia Madina
17 Oktober 2025
meja dengan berbagai ikan segar tersusun di atasnya Memajukan Sektor Pangan Akuatik untuk Mendukung Ketahanan Pangan
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Memajukan Sektor Pangan Akuatik untuk Mendukung Ketahanan Pangan

Oleh Seftyana Khairunisa
16 Oktober 2025
dua elang hitam kepala putih bertengger di ranting pohon yang tak berdaun Bagaimana Bahasa Potawatomi Menghidupkan dan Menghormati Alam
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Bahasa Potawatomi Menghidupkan dan Menghormati Alam

Oleh Dina Oktaferia
16 Oktober 2025
Kursi roda anak berukuran kecil di samping deretan kursi kayu, dengan latar belakang papan tulis hitam dan lantai berkarpet berwarna cerah. Mengatasi Tantangan yang Dihadapi Anak dengan Disabilitas
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Mengatasi Tantangan yang Dihadapi Anak dengan Disabilitas

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
15 Oktober 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Laporan Akar Rumput GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia