Kolaborasi untuk Mendorong Peningkatan Pendanaan Adaptasi terhadap Bencana Iklim di ASEAN

Foto: freestockcenter di Freepik.
Dunia sedang berubah, dan kita harus beradaptasi. Krisis iklim merupakan salah satu isu paling kompleks yang kita hadapi dalam beberapa tahun terakhir, yang dampaknya yang berjenjang dan memperparah krisis lainnya. Namun, beradaptasi untuk meningkatkan ketahanan terhadap krisis membutuhkan pendanaan yang substansial; dan ini merupakan isu lain yang harus kita atasi. Dalam upaya menjembatani kesenjangan pendanaan, beberapa organisasi mengumumkan kolaborasi untuk mendorong pendanaan adaptasi yang lebih baik di kawasan ASEAN.
Biaya Adaptasi
Pada tahun 2024, kita mengalami tahun yang mungkin merupakan tahun terpanas yang pernah tercatat. Meningkatnya suhu global merupakan salah satu dari banyak dampak perubahan iklim, yang bisa semakin parah jika tidak ada tindakan yang diambil untuk menghentikannya.
Beberapa kawasan telah dilanda gelombang panas ekstrem, kekeringan, dan kerawanan pangan yang mengganggu kehidupan sehari-hari. Kawasan lainnya mengalami kenaikan permukaan laut dan banjir, yang memengaruhi mata pencaharian ribuan orang. Dampak iklim paling parah dirasakan oleh negara-negara berkembang dan rentan, dan secara tidak proporsional berdampak terhadap perempuan, anak-anak, orang dengan disabilitas, dan kelompok rentan lainnya di negara-negara tersebut.
Adaptasi terhadap krisis sangat penting untuk meminimalkan kerusakan dan meningkatkan ketahanan di berbagai negara. Menerapkan sistem peringatan dini multi-bahaya dan melestarikan ekosistem, misalnya, dapat mendorong persiapan dan perlindungan yang lebih baik terhadap bencana yang disebabkan oleh iklim.
Namun, kesenjangan yang signifikan dalam pendanaan telah menghambat adaptasi iklim. Dana adaptasi merujuk pada dana yang dialokasikan untuk membantu masyarakat mengurangi risiko dan kerugian akibat bencana iklim. Laporan Kesenjangan Adaptasi UNEP 2024 menyatakan bahwa negara-negara berkembang membutuhkan antara USD 215 miliar dan USD 387 miliar per tahun pada tahun 2030 untuk memenuhi kebutuhan adaptasi iklim mereka. Namun, saat ini hanya sekitar USD 21,3 miliar yang tersedia setiap tahun.
Laporan tersebut lebih lanjut menyatakan bahwa meskipun aliran dana meningkat menjadi USD 27,5 miliar pada tahun 2022, berkat tercapainya tujuan Pakta Iklim Glasgow, menjembatani kesenjangan substansial dalam pendanaan adaptasi membutuhkan upaya yang lebih besar, seperti memobilisasi sumber daya keuangan tambahan dan beralih dari mekanisme pendanaan reaktif ke antisipatif.
Mendorong Pembiayaan Adaptasi di ASEAN
Krisis yang semakin meningkat membutuhkan pembiayaan adaptasi yang lebih besar. Pada Juni 2025, Inisiatif Keuangan Program Lingkungan Hidup PBB (UNEP FI), Forum Pasar Modal ASEAN (ACMF), dan Institut Keuangan Berkelanjutan Asia (SFIA) mengumumkan kolaborasi yang bertujuan untuk mendorong pembiayaan adaptasi yang lebih besar di ASEAN.
Kolaborasi ini bertujuan untuk mengembangkan panduan adaptasi regional yang menekankan langkah-langkah penting untuk adaptasi yang lebih baik dan ketahanan yang lebih kuat terhadap bahaya yang disebabkan oleh iklim. Panduan ini akan melengkapi dan menyempurnakan Taksonomi ASEAN, yang bertujuan untuk mengklasifikasikan kegiatan keuangan yang mendukung komitmen iklim dan lingkungan. Panduan ini merupakan cara untuk mengidentifikasi bagaimana layanan keuangan dapat membangun ketahanan terhadap bencana iklim dan memberikan manfaat bagi masyarakat dan perekonomian dalam prosesnya.
“Taksonomi keuangan berkelanjutan adalah kunci dalam menyediakan bahasa yang sama untuk hal ini. Panduan yang berfokus pada adaptasi regional memiliki potensi besar untuk menyempurnakan Taksonomi ASEAN dan mengarahkan modal menuju investasi yang memperkuat adaptasi iklim,” ujar Laura Canas da Costa, Pimpinan Kebijakan Global UNEP FI.
Lebih lanjut, inisiatif ini bertujuan untuk mengembangkan panduan manfaat bersama mitigasi dan Adaptasi untuk Ketahanan (mARs) guna meningkatkan Taksonomi ASEAN. Panduan mARs dapat membantu mengidentifikasi potensi dampak positif terhadap tujuan lain, seperti ekonomi dan kesehatan, yang timbul dari penerapan langkah-langkah adaptasi untuk satu tujuan.
Mengatasi Penyebab
Meskipun adaptasi penting, kita juga harus meminta pertanggungjawaban pihak-pihak yang berkontribusi signifikan terhadap emisi gas rumah kaca, mulai dari penggunaan bahan bakar fosil yang meluas hingga konflik bersenjata. Para pemangku kepentingan utama di pemerintahan dan bisnis, khususnya, harus menerjemahkan komitmen iklim mereka ke dalam tindakan nyata yang tidak merugikan manusia dan lingkungan. Pada akhirnya, menangani penyebab krisis iklim akan membantu meringankan beban adaptasi dan membangun dunia yang lebih aman bagi semua.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia
Madina adalah Asisten Manajer Publikasi Digital di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Program Studi Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Madina memiliki 3 tahun pengalaman profesional dalam publikasi digital internasional, program, dan kemitraan GNA, khususnya dalam isu-isu sosial dan budaya.